Share

37 Karena Bujukan Setan

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Pria itu mengembuskan napas berat.

“Tidak sih, tapi ....”

“Tunggu apa lagi? Loloskan mereka, biarkan mereka ikut masa percobaan seperti pegawai lainnya sebelum tanda tangan kontrak resmi. Kalau hasil kerja bagus, kita bisa gunakan uang ini. Kalau ternyata kurang memuaskan, kita kembalikan uang ini dengan potongan sekian persen. Gimana, Pak?”

“Kamu benar-benar bikin saya dalam situasi sulit.”

“Tidak ada yang sulit kalau Anda mau bekerja sama, Pak!”

Lagi-lagi pria itu bimbang, tapi Andika terus memaksa dengan gigih. Hingga akhirnya kata setuju itu meluncur keluar dari bibirnya dan Andika bersorak gembira.

“Tapi kamu harus pastikan kalau tidak ada orang lain yang mengetahui tentang hal ini ....”

“Anda tenang saja, Pak. Yang tahu soal ini cuma saya dan Bapak saja,” sahut Andika sambil terkekeh.

“Suruh mereka yang sudah kamu incar itu untuk menghadap saya, kita harus benar-benar melakukannya dengan rapi.”

“Baik, Pak. Saya mengerti, kita lakukan bertahap saja.”

Pria yang selama ini
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    38 Saya Percaya Kamu Mampu

    “Sini, bantu saya untuk menjelaskan protes dari calon pegawai tetap lain yang merasa lebih berpotensi!” Andika mengacak rambutnya, tapi dia berusaha untuk tetap tenang. “Begini, kami sudah melakukan tes dari berbagai macam aspek sejak awal penerimaan pegawai baru. Jadi meski kalian berpotensi di beberapa aspek dan ada aspek lain yang belum memenuhi syarat, kami tentu punya penilaian tersendiri untuk menolak atau tetap menerima kalian.” Andika menjelaskan, berusaha kelihatan berwibawa supaya mereka percaya dengan apa yang dia katakan. Nggak apa-apa manipulatif sedikit, batin Andika dalam hati. “Terus apa yang kami dapatkan selama masa percobaan di sini?” “Betul, kami sudah mengeluarkan tenaga dan juga pikiran kami.” Andika dan Mantyo saling pandang. “Jangan khawatir, kalian akan tetap mendapatkan hak kalian. Gaji, uang makan dan bensin. Untuk kontrak kerja, mohon maaf sekali karena nama kalian tidak masuk dalam daftar kami. Semoga ke depan kalian menemukan tempat yang sesuai deng

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    39 Cari Perhatian Andika?

    “Tidak juga, saya hanya ada urusan sedikit.” Nayara tidak lagi bicara dan lebih memilih untuk melihat-lihat jalanan yang dilalui mobil Elkan. Sepintas tidak ada hal yang aneh, tapi lama kelamaan .... Aku kok kayak kenal rute jalan ini ya, pikir Nayara sambil menegakkan tubuhnya. “Ngapain kamu?” tanya Elkan yang merasa terusik. “Pak, ini kita ke kantor mana kalau boleh tahu?” “Nanti kamu juga lihat sendiri, tenang saja.” Nayara akhirnya diam dengan memendam sejuta pertanyaan di dalam kepala. Hingga akhirnya mobil yang dikemudikan Elkan memasuki pelataran parkir sebuah gedung yang tentunya sudah tidak asing lagi di mata Nayara. Altavisioner, perusahaan tempat Andika bekerja. “Ayo turun, kenapa kamu diam saja?” sentak Elkan sembari membuka pintu mobilnya. “Saya harus ikut Bapak masuk? Gimana kalau saya ke kantin dan makan siang duluan?” “Tidak sopan, kamu makan duluan di saat bos kamu masih kerja ....” “Lagian kenapa Bapak memilih jam makan siang untuk kuker sih?” “Apa kuker

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    40 Jangan Dekat-dekat Elkan

    Andika memilih duduk di meja yang sudah dibersihkan, kemudian masih terngiang-ngiang dengan keberadaan Elkan dan juga Nayara beberapa saat yang lalu. Kok bisa mereka berdua muncul bersama? “Kenapa sih kamu nggak pernah mau memperkenalkan Elkan sama aku?” protes Lika lagi. “Tadi itu kesempatan yang bagus untuk kita saling mengenal, nanti kalau kita punya bisnis kan dia bisa jadi target pertama kita.” Andika menggelengkan kepalanya. “Sebentar dulu, Yang. Aku masih bingung sejak kapan Elkan jadi atasan Naya, setahu aku Pak Ryan itu nama bosnya.” Lika terdiam, ekspresi wajahnya memperlihatkan kebingungan yang sama. “Ya sudahlah, nggak penting juga. Yang penting adalah gimana caranya kita akrab sama Elkan, kelihatannya dia bukan orang sembarangan. Pengusaha atau apa?” “Entahlah, jujur aku nggak terlalu kenal sama Elkan. Dia sepupu jauh, setahu aku dia sudah mapan sih.” “Terus kenapa mantan istri kamu bisa jadi pegawainya Elkan?” “Itu yang aku belum tahu, satu-satunya kemungkinan ad

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    41 Segalanya Tentang Elkan

    “Kita harus bikin Naya dipecat, Yang. Biar kita bisa dekat sama Elkan, siapa tahu bisa minta suntikan modal kalau kita buka bisnis.” Andika bergeming, kali ini dia agak kurang setuju dengan ide yang diajukan Lika. “Ada Naya atau nggak, bukan masalah. Kalau memang kita sudah ada bisnis, tinggal kita kasih tahu Elkan dan buat penawaran yang bagus buat dia. Kalau cocok, Elkan pasti akan kasih kita suntikan modal tanpa perlu pertimbangan Naya.” “Begitu?” “Ya iyalah, coba deh pikir. Setahuku jabatan Naya di kantor adalah sebagai pegawai admin, jadi dia nggak ada urusannya sama Elkan. Mana bisa dia jadi penghalang kita meraup kesuksesan.” Lika menepuk-nepuk dagunya. Meskipun terdengar logis, tapi tetap saja dia merasa risih jika melihat Nayara yang tampak akrab sekali dengan Elkan. “Ya sudah, gampang lah itu. Tapi seandainya Naya mencoba jadi penghalang kita, maka kamu harus secepatnya bertindak.” Andika mengibaskan tangannya. “Santai, aku nggak akan membiarkan Naya mengusik rencana

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    42 Aktivitas yang Kurang Wajar

    “Salah, Bu. Elkan itu sudah jadi bos sekarang,” ujar Andika. “Paling karena campur tangan papanya, Elkan itu anak mama papa.” Ibu nyinyir. “Latar belakang orang tua Elkan itu pengusaha, tapi ibu nggak tahu pasti usaha apa.” “Oh, jadi Elkan pakai jalur orang dalam. Gayanya sok kasih nasihat sama aku, kalau dia merintis karir. Tanpa orang dalam, dia nggak bisa apa-apa.” Andika monyong-monyong sendiri bibirnya, teringat bagaimana Elkan tadi berlagak memberinya nasihat bijak supaya karirnya menanjak. “Yang, kita ke mal yuk?” ajak Andika saat malam minggu tiba. “Mau ngapain?” Lika tidak seperti biasanya, dia terlihat tidak antusias. “Belanja dong, memangnya mau ngapain lagi?” “Kok tumben kamu ngajak aku ke mal? Kemarin-kemarin katanya disuruh hemat, jangan boros boros.” Andika nyengir melihat kekasihnya yang merajuk. “Kemarin itu aku Cuma mau ngerem kebiasaan belanja kamu, soalnya kalau nggak direm kamu tuh suka kebablasan. Tapi kali ini aku pengen bikin kamu senang, Yang. Kamu bol

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    43 Mengganggu Jatah Cuti

    Elkan menoleh ke arah Nayara dan mengisyaratkannya untuk makan. Nayara menurut dan membuka plastik itu, sebuah kotak makan terlihat menggoda karena aromanya sungguh menggugah selera. “Wah!” Mata Nayara terbelalak ketika dia melihat satu paket nasi, ayam bakar, lalapan serta sambal yang tersaji di hadapannya. “Kenapa sih? Tidak pernah makan ayam?” ledek Elkan ketika melihat reaksi Nayara. “Bapak tahu salah satu makanan kesukaan saya, canggih!” “Masa? Justru saya lihat kamu apa-apa doyan, kamu ini pemakan segala?” Nayara tidak menanggapi, air liurnya nyaris menetes dan sudah tidak sabar untuk menyantap menu makanan itu. “Saya makan duluan, Pak!” Nayara buru-buru pindah ke arah sofa. “Kenapa harus pindah sih?” “Saya merasa tidak pantas saja kalau atasan harus makan satu meja sama bawahan, Pak.” Elkan mendengus. “Di luar, kita sudah sering makan satu meja.” “Itu lain, kita ini kan sedang di kantor. Jangan sampai Jaka atau siapa pun merasa curiga kalau kita terlalu akrab.” Elka

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    44 Selentingan Soal Pungutan Liar

    “Sebentar Pak, saya belum siap-siap ini ....” Tut! Elkan langsung memutuskan percakapan, seperti kebiasaan-kebiasaan sebelumnya. “Selalu saja dadakan kayak tahu bulat ... kenapa nggak kemarin-kemarin sih? Pas pengajian cuti saja di-ACC, tapi tetap saja disuruh masuk kerja ....” Nayara terus saja menggerutu setibanya di kantor. Setelah sarapan yang sangat terburu-buru dan apa adanya itu, dia terpaksa memenuhi panggilan Elkan untuk membantunya menyelesaikan pekerjaan. “Datang juga kamu.” Elkan tersenyum miring saat Nayara memasuki ruangannya. “Terpaksa, demi uang halal.” Nayara menyahut ketus. Elkan berdiri dan melangkah pasti ke arah Nayara dengan sebelah tangan terselip di saku celana panjangnya. “Anda m—mau apa, Pak?” Sontak Nayara menjadi gugup saat Elkan semakin dekat, dia refleks melangkah mundur untuk menciptakan jarak. Kepala Elkan menunduk, hingga membuat Nayara memejamkan matanya dengan jantung berdegup kencang. “Telinga kamu masih ada bekas sabun, atau sampo? Kamu ma

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    45 Misteri Biaya Tambahan

    “Kan ada jawaban lain yang bisa Anda berikan, kenapa tidak bilang saja kalau saya kasih pinjaman uang?” Mantyo tertegun, ingin rasanya mengelak meskipun ucapan Andika benar adanya. “Kenapa Bapak diam? Sekarang urusannya jadi melebar kan? Tapi kalau sudah dibilang itu dana tambahan, memangnya bagian keuangan tidak curiga itu dana dari mana?” Mantyo menggeleng perlahan, itu karena dia mengatakan jika dana itu didapat dari seorang dermawan yang berniat untuk memberikan dana secara cuma-cuma. “Dan mereka percaya begitu saja?” ucap Andika dengan mata melebar. “Begitulah ....” Andika menyibak rambutnya, merasa ada yang janggal dengan hal ini. “Ya sudah, itu artinya masalah selesai. Saya kira pungutan liar itu benar-benar diketahui, Pak ... Lain kali kasih infonya jangan setengah-setengah, bikin orang jantungan saja.” “Ya pegawai lainnya kan bisa saja menafsirkan macam-macam, Andika!” “Ah, itu sih cuma kekhawatiran Anda saja. Sepanjang pegawai baru yang kita bantu kemarin ti

Bab terbaru

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    101

    "Ya, hiduplah dengan lebih baik lagi bersama keluarga kecil kamu." Gio mengangkat tangannya sebagai isyarat bagi Nia untuk segera pergi.Sesaat setelah Nia keluar, sebuah taksi menepi di depan Kafe dan Kalila melangkah turun."Aku sudah sampai, nih ... Masih lama? Ya sudah, aku tunggu!" Kalila mengakhiri percakapan dengan seseorang, kemudian menyimpan kembali ponsel miliknya ke dalam tas.Namun, langkah Kalila sontak terhenti saat seseorang menabraknya tepat setelah dia melangkah masuk ke dalam kafe."Gio! Kok main tabrak saja?"Kalila terhuyung sebentar sebelum akhirnya bisa menyeimbangkan diri."Hati-hati kalau jalan!" imbuhnya sedikit kesal.Gio menyipitkan matanya."Mentang-mentang kita sudah bercerai, apa harus kamu seangkuh ini di depanku?"Kalila balas menatap Gio yang wajahnya sedikit memerah."Aku tidak mengerti kamu ngomong apa."Kalila bergegas pergi menjauh untuk mencari meja yang masih kosong. Jika sesuai rencana, seharusnya Zia akan menyusul lima belas menit kemudian.Na

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    79

    "Terus kenapa menatapnya penuh curiga begitu? Saya ini bukan tukang tipu," sela Elkan sedikit tersinggung. "Bukan curiga, Pak. Aneh saja, kenapa tidak ambil pegawai lain saja untuk jadi asisten pribadi?" "Suka-suka saya, hanya saya lihat akhir-akhir ini kerjaan kamu beres semua ...." "Yang kemarin-kemarin tidak beres memangnya?" potong Nayara berani. "Beres sih, tapi akhir-akhir ini kamu gesit. Kebetulan saya akan sangat sibuk ke depannya." Nayara langsung memegang keningnya. Bayangan seberapa banyak pekerjaan jika menjadi asisten pribadi Elkan membuatnya tegang duluan. "Kenapa wajahmu begitu, seharusnya kamu bahagia karena ini penawaran langsung dari bos." Nayara memutar bola matanya dengan malas. "Gajinya berapa, Pak?" "Soal gaji, saya tidak pernah mengecewakan. Saya naikkan lima belas persen, lumayan kan?" "Cuma lima belas persen?" "Kenapa, kurang?" Nayara sibuk menimbang-nimbang. "Gimana, ya? Kalau dua puluh lima persen saya mau, Pak!" "Wah, mata duitan." Nayara ce

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    78

    "Aku tidak bilang begitu, hanya saja apa kalian sudah mampu dari segi modal?"Pertanyaan Elkan tak urung membuat Andika dan Lika diam membisu."Justru itu! Kami sedang berusaha mencari investor yang mau kasih pinjam modal ke kita," kata Andika pongah."Kenapa tidak mengumpulkan modal sendiri dari gaji kalian? Minim risiko dan jelas lebih aman.""Kelamaan kalau kami harus mengumpulkan uang dulu, El." Kali ini Lika yang menjawab. "Berapa sih gaji pegawai seperti kami ini?""Tentu lumayan kalau digabungkan berdua," sahut Elkan kalem. "Saranku, kalian menabung dulu sambil memikirkan gambaran bisnis apa yang ingin kalian wujudkan. Investor kaya sekalipun, dia akan tetap mempertanyakan proposal bisnis kalian."Andika melirik Lika dengan isyarat seolah dia sudah menduga jika menemui Elkan adalah perbuatan yang sia-sia saja.Jaka tiba untuk mengantarkan minuman sesuai permintaan Nayara."Maaf menunggu lama, Pak ....""Apa Nayara tidak kasih tahu kamu kalau saya ada tamu?" tanya Elkan."Sudah

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    77 Ayah Tiri Nayara

    “Sudah dari tadi, Bu!” Nayara sengaja mengeraskan suaranya, seraya melirik ayah tirinya. “Anak datang kok nggak disuruh masuk sih,” omel ibu sambil menggamit lengan Nayara. “Ngomel terus perasaan, bikin pusing lama-lama di rumah ....” “Jangan di rumah kalau begitu, kerja sana!” “Aku ini suami lho, kepala keluarga, kok dibentak-bentak begini ... Kualat gimana?” “Nggak akan kualat kalau kepala keluarganya kayak kamu,” gertak ibu. “Yuk Nay, kita masuk saja.” Ayah tiri Nayara melengos, kemudian keluar dari rumah sambil mengentakkan kakinya. “Kok kayaknya aku datang di saat yang salah ya, Bu?” tanya Nayara tidak enak. “Aku pikir sudah lama nggak nengok Ibu, makanya sengaja datang. Tapi ayah malah marah-marah nggak jelas, memang aku yang salah sih ... Nggak pernah kirim kabar, apalagi kirim uang.” Ibu mengembuskan napas panjang. “Ibu lihat kamu sehat begini saja sudah senang, kamu tambah kinclong ... Itu artinya kamu bahagia, kurang apa lagi, coba?” “Kurang membaha

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    76 Kunjungan Kerja

    Andika hanya meringis, dia bersedia melakukan segala cara supaya bisa meraih simpati Elkan kembali. “Besok Anda ada kunjungan kerja, Pak.” Nayara memberi tahu Elkan di hari pertama akhir bulan. “Bersama Pak Kalandra dari Lazuardi, agenda kegiatannya meninjau pabrik daur ulang ... Saya tidak ikut kan, Pak?” Nayara mendongak menatap Elkan yang sedang menyeruput kopinya. “Pak?” Elkan hanya balas menatap Nayara dengan cangkir masih menempel di bibirnya. “Pak!” “Ohok!” Elkan langsung tersedak dan terbatuk-batuk. “Eh maaf, Pak!” Nayara jadi merasa bersalah karena memanggil Elkan di saat atasannya itu sedang minum kopi, buru-buru diulurkannya beberapa lembar tisu kepada Elkan. “Kamu ini ya ...” Elkan masih terbatuk-batuk. “Mau bunuh saja?” “Kejam amat, tersedak saja tidak akan membuat Anda lewat, Pak!” Elkan tidak menjawab, melainkan sibuk membersihkan tumpahan air kopi sembari masih terbatuk-batuk kecil. “Saya pesankan kopi baru ya, Pak!” Lagi-lagi Elkan tida

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    75 Selalu jadi Penghalang

    Elkan mendengus. “Saya kok tidak percaya.” “Lho, itu terserah Anda. Tidak ada yang memaksa untuk percaya, apalagi orangnya juga belum saya temukan.” Elkan tidak bicara lagi, melainkan fokus mengemudi karena sudah ada pekerjaan yang menunggunya di kantor. “Argh, menyebalkan!” Lika memukul-mukul tangannya sendiri dengan kesal. “Kenapa sih janda satu itu selalu saja nempel sama Elkan? Bikin aku jadi susah untuk melancarkan pesonaku, padahal aku yakin kalau Elkan sebenarnya ramah ... Semua gara-gara si janda!” Lika mengembuskan napas gusar, dia memperbaiki posisi duduknya kemudian mengambil bedak untuk merias ulang wajahnya yang merah padam. “Semoga saja apa yang aku lakukan baru-baru ini bisa bikin Andika mendapatkan jabatan sekretaris lagi, uang jajanku sudah menipis ... Aku nggak mau hidup hemat kayak orang susah,” gumam Lika yang tidak bisa menutupi perasaan gusarnya. Salah satu alasan dia bersedia menjalin hubungan dengan Andika adalah karena pria itu sangat loyal da

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    74 Yang Ikut Terlibat

    “Jangan bahas itu di sini,” tegur Lika diiringi gelengan kepala. Sore harinya di kediaman orang tua Elkan .... “Bikin pusing saja.” “Kenapa, Pa?” Alvi menatap Elkan, lalu menarik napas panjang. “Masalah di kantor Al Drink, ada lagi, ada lagi!” “Namanya juga bisnis, Pa. Ada kalanya dapat ujian,” sahut mama Elkan. “Ujian apa sih yang tidak bisa papa hadapi?” komentar Elkan sembari meraih cangkir berisi teh. “Ini lain, kalian tidak akan menyangka ...” Alvi menatap istri dan anaknya bergantian. “Papa dapat kabar dari Pak Bobi, katanya ada pegawai lain yang ikut terlibat selain Andika.” Elkan terdiam, dia teringat kembali dengan kasus yang ditimbulkan Andika di kantor ayahnya. “Jadi Andika tidak bertindak sendiri, Pa?” “Tidak, makanya papa heran. Kecewa, lebih tepatnya. Kalau seperti ini, gimana perusahaan kita mau maju dan bertahan?” “Kalau memang kesalahan mereka sangat fatal, mungkin sudah saatnya Papa mempertimbangkan untuk memecat mereka.” “Elkan

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    73 Luput dari Penyelidikan

    Andika melangkah penuh percaya diri menuju ruangan Bobi sembari membawa bukti rekaman yang sudah dia edit sedemikian rupa. “Pak Mantyo sudah sembuh?” sapa Wildan saat bertemu dengan Wildan yang akan menyeduh kopi. “Saya ... sedikit lelah,” jawab Mantyo linglung. “Oh ya, mana Lika?” Kening Wildan berkerut ketika mendengar pernyataan Mantyo. “Dia ada di mejanya, Pak.” “Kalau Andika?” Kening Wildan berkerut lagi. “Tadi sih setahu saya, Andika bersih-bersih ruang rapat. Memangnya kenapa, Pak?” “Tidak, tidak apa-apa.” Wildan mengangguk dan segera pergi setelah dia selesai menyeduh kopi. Baru saja dia mau masuk ke ruangannya, Andika muncul dan memanggil nama Wildan. “Kamu dipanggil Pak Bobi tuh!” “Oke, terima kasih sudah kasih tahu.” Andika tidak menanggapi ucapan terima kasih itu, Wildan sendiri tidak mengerti kenapa dia bersikap seperti musuh kepadanya. Tanpa menunggu waktu lama, Wildan segera pergi menemui Bobi di ruangannya. Selang beberapa menit, Wildan keluar

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    72 Kalau Andika Balas Dendam

    Lika terus melakukan pendekatan-pendekatan melalui nada bicaranya yang manja. Mantyo dengan mudah terperangkap dalam pesona semua yang Lika pancarkan. “Kamu ... tidak kembali kerja?” “Pekerjaan saya adalah membuat Bapak bahagia, enak kan kopinya?” “Enak sekali ....” “Mau yang lebih enak?” “Ap—pa maksudnya?” Lika tersenyum dan terus mendekat Mantyo untuk meneguk kopi itu hingga tandas. “Saya agak kesulitan, Pak ...” Lika mulai mengeluh dengan gaya manjanya yang khas. “Kesulitan kenapa! Siapa yang berani-berani membuat kamu merasa kesulitan?” Lika tidak segera menjawab, hanya saja dia membuat wajahnya terlihat semelas mungkin. “Katakan apa yang kamu alami, Lika! Saya pasti akan bantu kamu,” bujuk Mantyo dengan wajah memerah. “Mana bisa kamu bekerja di sini, tapi tidak merasa nyaman seperti itu.” Lika mengangguk dengan wajah muram. “Terima kasih atas motivasinya, Pak ....” “Katakan siapa orang yang bikin kamu tidak nyaman?” “Saya ... tidak enak

DMCA.com Protection Status