All Chapters of Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat : Chapter 1 - Chapter 10

36 Chapters

Diperlakukan Tak Adil

Aku baru saja tiba di bandara, setelah selama dua tahun bekerja menjadi TKW di luar negri. Sengaja tidak mengabari kedua orang tua jika aku telah pulang ke Indonesia, karena ingin memberikan kejutan pada mereka. Ingin rasanya kupeluk mereka dengan erat untuk mengobati rasa rindu. "Loh, kenapa kamu tiba-tiba pulang?" tanya Ibu saat aku telah tiba di depan pintu.Reaksi kedua orang tua beserta ketiga saudaraku tampak tak sesuai harapan. Tatapan mereka sangat dingin, padahal selama dua tahun aku sangat merindukan mereka. Aku langsung menyeret dua koper besar yang kubawa ke dalam rumah, sementara mereka masih berdiri mematung, mereka tampak kecewa dengan kepulanganku hingga tak ada yang mau menyambut koper besar yang kubawa."Iya, Bu, Ayah. Aku sudah pulang karena kontrak kerjaku sudah selesai. Aku sengaja tidak mengabari kalian karena berniat memberikan kejutan.""Bukankah kamu sering mengatakan bahwa majikan wanita sangat baik dan puas dengan kinerjamu, kenapa tidak tambah kontrak?"Ak
Read more

Kabur

Keesokan paginya, saat ketiga adikku sekolah, sementara kedua orang tuaku tengah pergi ke pasar, diam-diam aku meninggalkan rumah dengan membawa koper. Aku tak bisa lagi membiarkan diri ini berada dalam tekanan mereka. "Mau kemana, Neng Kirana?" tanya Mang Agus, tukang ojek di kampungku."Tolong antar saya ke simpang tol, Mang, saya mau pergi ke Jakarta.""Loh, tapi bukankah kamu akan dinikahkan dengan Juragan Karta?"Mendengar pertanyaannya seketika bulir bening berjatuhan hingga membasahi pipi. Perasaan pedih ini sulit sekali kusembunyikan, terlebih aku tak memiliki siapapun untuk mengadu."Mamang ngerti apa yang kamu rasakan, ayo naik, akan mamang antar ke simpang tol," ujarnya lalu memberikan helm.Setelah itu Mang Agus membawaku ke jalan yang sepi."Kenapa lewat sini, Mang?" "Biar gak ketemu sama orang tuamu atau Juragan Karta."Aku mencoba memercayainya, karena setahuku Mang Agus adalah tukang ojek yang baik dan jujur. Namun, air mataku tiba-tiba tak berhenti mengalir, memikir
Read more

Salah Paham

"Non Bella selama ini kemana aja?" Selama di perjalanan, wanita yang mengaku bernama Mbok Minten itu terus memegangi tanganku sembari terus menanyakan hal yang sama. Sementara aku terus menoleh kanan kiri, memastikan taksi yang kami naiki telah melaju jauh meninggalkan restoran tempat Bu Linda berada."Bu atau Mbok, sebenarnya saya bukan Bella, jadi saya mau turun aja di sini." Setelah menyadari bahwa kami telah melaju sangat jauh, aku memutuskan untuk keluar dari taksi ini."Non jangan seperti itu, Non. Kita harus pulang ke rumah keluarga suami Non. Den Leo pasti akan senang dengan kedatangan Non.""Leo siapa?""Anaknya Non Bella.""Anak?""Oalah, sepertinya Non mengalami hilang ingatan," ujarnya sembari menatapku dengan tatapan pilu."Em...tapi...""Non tenang aja, nanti simbok akan bantu Non Bella untuk mengingat semuanya.""Tapi saya bukan Bella.""Kamu itu Bella, nama suami kamu Mas Gio."Kepalaku pusing saat mendengar ucapan Mbok Minten, mataku seketika berkunang-kunang, lalu
Read more

Dikira Hilang Ingatan

"Meski hilang ingatan, tapi ikatan batin antara Non Bella dan Den Leo sangat kuat," ujar Mbok Minten sembari tersenyum saat aku mengelus rambut anak lelaki berusia 4 tahun yang tengah terlelap di pangkuanku."Apakah benar, Mbok pengasuhku sejak kecil?""Iya, mbok yang menjaga Non Bella sejak berusia 5 tahun, karena kedua orang tua Non selalu sibuk bekerja. Bahkan ketika menikah, Non Bella meminta pada keluarga ini agar simbok tetap mengurusi semua kebutuhan Non.""Apakah sekarang kedua orang tuaku masih hidup?""Tentu saja, mereka pasti akan senang jika bertemu dengan Non Bella," ujar Mbok Minten."Kalau begitu ayo kita temui mereka! Aku ingin bertemu dengan mereka."Aku sengaja mencari alasan untuk keluar dari rumah ini, lalu setelah itu aku akan kabur saat dalam perjalanan. Memiliki suami kaya raya adalah impianku, tapi suami dan keluarga ini bukanlah milikku, karena aku bukanlah Bella. Jika aku tetap berada di rumah ini, maka kelak aku akan mendapatkan masalah besar ketika Bella ya
Read more

Teriakan Minta Tolong

"Bella, sejak kapan kamu pintar memasak, padahal dulu kamu masuk dapur saja tak pernah mau," ujar Opa William."Karena aku bukan Bella, Opa."Tiba-tiba kulihat lelaki berambut putih sebagian itu seketika memegangi kepalanya."Opa mohon, jangan lagi mengatakan hal itu.""Ayo, Mas, kita tunggu di meja makan saja!" Oma Sandra langsung menggandeng suaminya itu, sementara Mama Clara masih menatapku tanpa berkedip."Mama kenapa bengong begitu, mau bantu?"Seketika ia langsung terhenyak dengan pertanyaanku."Kamu lanjutkan masak, mama hanya penasaran bagaimana rasa masakanmu, pasti tidak seenak Villia."Aku hanya tersenyum getir dan kembali fokus memasak. Saat di Arab dulu, semua anggota keluarga di sana memuji semua masakanku. Mereka bilang aku cocok menjadi koki restoran bintang lima."Mbak Carlota, daripada bengong aja, mending bantuin saya iris wortel dan buncis, iris memanjang seperti korek api, ya."Seketika ia mendelik sinis, tetapi tetap melakukan apa yang aku minta.Beberapa saat ke
Read more

Villia Cemburu

Wanita yang wajahnya mirip denganku itu terus berlari bahkan berkali-kali terjatuh. Sementara lelaki yang membawa pisau itu terus mengejarnya tanpa rasa iba. Hingga tiba-tiba wanita itu terjebak di tepi jurang, sementara si lelaki bersiap menghunuskan pisaunya."Jangaaaaaaan!" teriakku.Seketika wanita itu melompat ke jurang tersebut hingga membuatku seketika berteriak histeris."Bella! Bella! Kamu kenapa?" Seketika aku langsung terbangun saat seseorang mengguncangkan tubuhku. Perlahan kubuka mata, lalu kulihat Gio menatapku dengan tatapan cemas bercampur penasaran."Kamu mimpi buruk?" tanyanya sembari duduk di sampingku dan mencoba untuk memelukku.Aku langsung beringsut menjauhinya, hingga membuatnya mengernyitkan dahi."Kamu kenapa tidak mau kusentuh? Aku hanya ingin membuatmu lebih tenang." Ia malah menarik tanganku lalu memelukku dengan erat.Seketika dadaku berdebar kencang saat berada dalam pelukannya. Tidak, ini tidak boleh terjadi, dia suami orang, jadi aku tak boleh diam sa
Read more

Bertemu Orang Tua Bella

"Mama mau kemana?" tanya Leo."Mama mau menemui orang tua mama.""Aku mau ikut," rengeknya."Tapi Leo kan harus sekolah." Seorang wanita berpakaian baby sitter tiba-tiba muncul, tampaknya ia adalah pengasuh Leo yang diceritakan Mbok Minten baru masuk hari ini setelah kemarin izin tak masuk kerja karena keluarganya sakit."Memangnya Leo udah sekolah?""Iya, Non Bella, Leo kan sudah PAUD. Kok Non Bella bisa lupa? Ngomong-ngomong, selamat datang kembali di rumah ini," sapanya lembut."Saya hilang ingatan, ngomong-ngomong nama kamu siapa?""Saya Tiar, Non.""Leo, Sayang. Hari ini Leo sekolah, ya, gak usah ikut sama mama." Aku membujuknya."Emm...oke, deh."Dia anak yang sangat pintar dan menggemaskan, andai saja aku tak berada dalam situasi ini, aku ingin menjadi ibunya. Namun, aku harus secepatnya meninggalkan rumah ini, sebelum mereka menyadari bahwa aku bukanlah Bella, lalu menuduhku sebagai penipu. Setelah itu Tiar membawa Leo ke kamar, sementara aku bergegas menuju meja makan."Kamu
Read more

Klien dari Turki

Aku menatap satu persatu foto Bella saat dia masih kecil. Ada foto saat dia memotong kue ulang tahun, ada foto saat berlibur bersama kedua orang tuanya, bahkan ada juga foto bersama teman-temannya saat mereka masih mengenakan seragam SD. Meskipun Mbok Minten pernah mengatakan bahwa kedua orangtuanya selalu sibuk bekerja, tapi dari foto-foto itu aku bisa melihat kalau kedua orangtuanya selalu meluangkan waktu untuk Bella, dia sangat beruntung karena memiliki semua hal yang aku inginkan di dunia ini."Tampaknya kamu sangat suka melihat foto-fotomu saat masih kecil?" tanya wanita yang dipanggil Bunda oleh Gio hingga membuyarkan lamunanku.Aku hanya mengangguk dan tersenyum."Ayo, bunda ajak kamu ke kamarmu," ujarnya sembari menuntunku ke sebuah kamar.Setibanya di sana, kulihat foto-foto Bella memenuhi seluruh dinding di kamar itu. Dari mulai saat SD, SMP, SMA bahkan ada juga foto saat ia wisuda."Kamu ingat foto-foto itu, Sayang?"Aku hanya menggeleng."Gak apa-apa, nanti lambat Laun ka
Read more

Mr. George dan Miss Allara

"Tapi aku masih kangen sama Ayah dan Bunda." Aku mencoba mencari alasan agar tidak ikut bersamanya, karena ketika Gio mengetahui bahwa aku tidak lancar bahasa Inggris, maka ia akan mencurigai bahwa aku bukanlah Bella."Sudahlah, Sayang, kamu ikut saja bersama Gio, nanti kamu bisa datang kesini kapanpun kamu mau," ujar Bunda.Akhirnya aku tak bisa lagi menolak keinginan Gio untuk menemaninya menemui kliennya itu. Sepanjang perjalanan, dadaku berdebar kencang, andai nanti semuanya terungkap, aku akan mengatakan bahwa sejak awal aku sudah berusaha mengatakan bahwa aku bukanlah Bella. Aku akan berusaha membela diri, jika mereka malah menuntutku.Setibanya di sebuah restoran, kami langsung mendatangi sepasang suami istri yang kemungkinan adalah Mr. George dan istrinya."O çok güzel," ucap wanita bermata hijau berambut coklat itu.Seketika aku langsung tersenyum saat mendengar bahwa ia mengatakan bahwa aku cantik dengan bahasa Turki. Aku tersenyum bukan karena pujiannya, tapi karena dia men
Read more

Kemunculan Bella

"Fitri, kamu Fitri, kan?" Aku kembali bertanya padanya."Kamu kenal dia, Beb?" tanya lelaki tua itu.Wanita yang wajahnya sama persis dengan Fitri itu menggeleng."Maaf, Mbak, mungkin Mbak salah orang. Saya Celine, bukan Fitri," ujarnya sembari menarik tangan lelaki tua itu agar segera pergi meninggalkanku.Bagaimana mungkin dia menyangkal bahwa dirinya adalah Fitri, padahal tanda lahir di keningnya bisa membuktikan bahwa dia adalah Fitri."Kamu kenal dia?" tanya Gio tiba-tiba."Sepertinya aku salah orang.""Siapa Fitri yang kamu maksud, setahuku kamu gak punya teman yang namanya Fitri?""Sudahlah, jangan dibahas." Setelah itu aku langsung mengajak Gio untuk segera pulang.Sebenarnya ada untungnya juga jika wanita yang wajahnya sama persis dengan Fitri itu pura-pura tidak mengenaliku, karena dengan cara itu rahasiaku sebagai Kirana tidak terbongkar di hadapan Gio. Namun, tetap saja aku merasa penasaran, mengapa tiba-tiba penampilan Fitri begitu terbuka, padahal setiap pulang kampung d
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status