Home / Romansa / Istri Dadakan si Dosen Tampan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Istri Dadakan si Dosen Tampan: Chapter 101 - Chapter 110

140 Chapters

Part 101 - Kejahilan Asha

“Sayang, sini deh gulungin siku kemejaku,” pinta Mas Ezar. Aku yang baru keluar kamar mandi pun menghampirinya dan memenuhi permintaannya untuk menggulung lengan kemajanya sampai setengah lengan. “Emang gak bisa ya gulung sendiri?” tanyaku. “Bisa, tapi maunya digulungin kamu.”Aku tersenyum tipis mendengar responsnya yang membucin di pagi hari. Begitu selesai, aku hendak berlalu dari hadapannya dan ingin bersiap untuk berangkat ke toko.Namun, Mas Ezar tiba-tiba menarik pinggangku dan mencium bibirku dengan ganas. ‘Waduh!’Bahkan, untuk protes saja aku tak mampu, karena ia terus menyerangku tanpa membiarkan adanya perlawanan. Kini, Mas Ezar menggendong tubuhku dengan bibir kami yang masih saling tertaut. Dia merebahkanku ke tempat tidur dan langsung menindih tubuh ini.Tumput bergoyang pun tahu apa yang diinginkan suamiku pagi ini. ‘Duh, kalau dibiarin, ini bakal keter
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

Part 102 - Double Date

Mas Ezar seketika tertawa, lalu tiba-tiba diam. Suasana kamar menjadi senyap. Ah, dia seperti orang kerasukan jurik penghuni kayu gede.“Mana ada ngigo coretannya tertata? Rambutku juga ikatannya rapi sudah persis ekor kambing,” celetuk Mas Ezar. Aku merapatkan bibir, susah payah menahan diri untuk tidak tertawa.“Mas sendiri loh yang bilang, bukan aku,” ucapku pelan.“Kamu tuh nakal banget sih, Sayang. Muka suami dijadiin badut segala.” Mas Ezar mengerucutkan bibir kesal. “Kan bukan aku pelakunya, Mas. Kok masih nuduh-nuduh, sih?” “Mana ada? Aku lebih percaya telur duluan dari ayam daripada harus percaya omongan kamu sekarang,” terang Mas Ezar. Akhirnya, tawa yang sedari tadi kutahan-tahan meledak juga. “Gak usah ketawa!” ketus Mas Ezar yang lantas membuatku mengunci mulut rapat-rapat. Aku menunduk, meremas jari-jari tangan, sesekali menggigit bibir bawah melihat Mas Ezar dengan raut yang tak bisa kutebak. Rada kesal, tapi gemes juga. “Maafin, Asha,” lirihku tanpa sedikit pu
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

Part 103 - Berenang

Aku terus melangkah mundur manakala langkah Raihan semakin mendekat, hingga kini tubuh ini sudah terpojok di tembok. “Raihan, ka—mu mau ngapain?” tanyaku terbata.Sebuah senyum sinis tercipta dari sudut bibir Raihan. Tatapannya tak lepas dariku, membuat tubuh ini bergetar. ‘Ya Tuhan. Dia mau ngapain?’“Sha, sungguh aku masih sayang sama kamu,” lirih Raihan. “Aku menyesal udah ninggalin kamu demi cewek sialan itu.”“Terus kamu mau apa?”“Aku mau balikan.” Raihan menatapku penuh harap. “Itu tidak mungkin, karena aku udah menikah, Raihan!” tegasku. Raihan tak menggubris.Dia mendekat ke arahku, sampai berusaha menyentuh tubuh ini, tetapi aku mendorongnya dengan sekuat tenaga, lalu hendak berlari. Hanya saja, baru beberapa langkah, Raihan berhasil mencekal tanganku dan mendorong tubuh ini ke tembok. “Aku rela jadi kekasih bayangan kamu, asal tetap sama kamu, Sha.”‘Gila bang
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

Part 104 - Masa Lalu Asha

Aku bergeming cukup lama mendengar pertanyaan Mas Ezar. Tatapanku seolah menerawang jauh ke depan. Sesekali kugigit bibir yang basah oleh air kolam sambil mengembuskan napas berulang. “Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?” tanyaku padanya.Mas Ezar merangkulku. Dia menoleh padaku sebentar, lalu mengalihkan pandangan ke depan. “Waktu aku pertama kali ngajak kamu ke resto, kamu langsung minta pulang pas ada Raihan. Agak aneh sebenarnya, tapi pas itu aku gak mau banyak tanya. Terus, waktu dia datang ke rumah, aku ngerasa dia merhatiin kamu. Tatapannya ke kamu, kayak tatapan ada rasa di antara kalin,” ungkap Mas Ezar. Aku memperhatikannya yang sedang berbicara dari samping. Mendengar itu, aku mendesah berat. “Kalau aku bilang, kamu gak boleh cemburu ya.”“Emang kenapa? Kami selingkuh dari aku?” tanyanya memicing.“Bukan,” cicitku. “Raihan itu mantan pacarku.”“Hah? Kapan kamu pacaran sama dia? Kamu sama dia selama pacaran ngapain aja? Dia ngasih apa sampe kamu mau?”Spontan, aku m
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

Part 105 - Bukan Aku yang Naksir, tapi Dia!

“Bun, kenapa ke sini gak bilang-bilang dulu ke aku atau Asha, sih?” tanya Mas Ezar memasang wajah cemberutnya. “Emang gak boleh kami main ke sini?” Bunda Ola bertanya balik. Dia sambil menatapku dengan Mas Ezar secara bergantian.Dalam beberapa saat, Mas Ezar mendesah berat. Dia yang semula berdiri berkacak pinggang kini duduk di dekat sang Bunda. Aku pun yang juga masih berdiri beralih mengambil tempat di samping Kak Kyra. “Bukan gak boleh Bundaku tersayang dan tercinta sejagat maya, tapi harusnya Bunda kabari dulu Ezar atau Asha, dong. Biar gak kayak tadi main nyelonong masuk,” tutur Mas Ezar. “Ezar mah biasa aja, tapi Asha?”“Dia misuh-misuh nyalahin Ezar karena malu sama kalian.”Spontan, Bunda beralih menatapku dengan tatapan teduhnya.Aku menoleh ke arah Kak Kyra yang juga melihat ke arahku. Dia menaikkan alis sekilas. Detik kemudian, Bunda tersenyum, begitupun Kak Kyra yang lagi-lagi menaikkan alis da
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

Part 106 - Wanita Itu Rumit!

Menjelang sore, mertua beserta kakak iparku pun pamit pulang ke rumah masing-masing. Lumayan seharian sama mereka itu bisa menambah kedekatan dan mengeratkan hubungan kekeluargaan kami. Walaupun kadang, aku masih suka kesal sendiri karena mereka terlalu overprotektif sama keadaan tangan ini yang sebenarnya kurasa sudah baik-baik saja.Aku tau mereka peduli, tapi pedulinya overdosis. Tapi, hal itu bikin aku patut banyak-banyak bersyukur karena mendapatkan mertua dan ipar yang baik. Berbanding terbalik dengan realita yang sering kudengar di luar sana. Konon, mertua itu pada jahat-jahat sama mantu.Sementara Mas Ezar masih mandi, aku meraih ponsel di atas nakas, lalu duduk di sisi ranjang. Berniat untuk mengecek apa-apa saja yang sudah masuk di ponselku hari ini? Barangkali ada urusan pekerjaan. Namun, yang kudapati pesan masuk di instagram dari username yang tampak tidak asing dalam pandangan. Sebab penasara
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

Part 107 - Jika Cinta yang Kambuh?

Pagi ini, aku kembali bersiap untuk masuk kerja. Walau ada sedikit perbedaan, karena mulai hari ini aku tak lagi mengenakan kostum toko, melainkan pakaian bebas asal sopan. Ya, setelah rapat hari Jumat kemarin, statusku bukan lagi pegawai toko, melainkan kepala keuangan di toko. Cie, jadi kepala tanpa kaki. Hahaha! Walaupun, tempat kerjaku tak berpindah lokasi, tapi cukup berpindah lantai dan ruangan. Yang biasanya bekerja di lantai dasar. Sekarang, bekerja di lantai 2. Di ruangan khusus yang berseberangan dengan ruangan Vina, juga ruangan supervisor toko. Dan tentu juga ruangannya Bu Aina. Tapi, jika tak ada keperluan yang sangat penting, Bu Aina hanya datang setiap hari Rabu, Jumat, dan Sabtu saja.Sedikit banyaknya, aku jadi mengingat Almarhumah Mika yang dulu menghuni ruangan ini. Hmm, aku cuma berharap dia sudah tenang di alam barunya.Aku ikhlas, tapi aku rindu! Tok ... tok ... tok!
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

Part 108 - Mau Dilamar?

Melihat kami, Raihan buru-buru bangkit dan menghampiriku dan Mas Ezar dengan langkah sedikit tertatih. Sesekali memegangi perutnya yang kuduga masih ada nyeri bekas pertengkarannya dengan Mas Ezar kemarin.qAku sedikit kaget melihat wajah mulusnya dipenuhi dengan lebam di berbagai titik itu.‘Astaga, separah itu kemarin Mas Ezar menghajarnya?’“Lu ngapain di sini?” tanya Mas Ezar ketus. Bahkan, ia sama sekali tak ingin melihat wajah Raihan. “Lu gak punya malu, ya?”“Zar, gue ....”Belum sempat Raihan melanjutkan ucapannya, Mas Ezar cepat memotong. “Gue gak sudi lihat muka lu lagi!” bentaknya. “Pergi atau perlu gue seret keluar?”“Mas ....” Aku menyentuh lengan Mas Ezar dan meremasnya sedikit kuat agar ia tak terlalu kasar pada Raihan. Melihat kondisi Raihan saat ini sangat memperihatinkan. Namun, Raihan tak mengindahkan perintah Mas Ezar, dia melihat ke arahku dengan tatapan memelas. Berharap belas k
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

Part 109 - Masalah Raihan?

“Terus?” Mas Ezar cuek saja seakan enggan untuk membahas.Dia yang tadinya nempel di tubuh ini seketika mengubah posisi layaknya sedang menjaga jarak.“Dia minta maaf. Terus dia bilang kalau ibunya sakit.” Aku melanjutkan ceritaku, walau kutahu Mas Ezar malas mendengar. Hanya saja, aku berharap mata hatinya sedikit terbuka. Kuhela nalas, sambil menggeleng pelan. “Aku gak tau, ibunya sakit apa, Mas? Tapi sepertinya parah.”“Apa hubungannya ibunya sakit dengan kamu?” tanya Mas EzarAku menggigit bibir bawah mendengar responsnya yang ketus. Lalu, menyimpan kemasan pocky yang masih berada dalam genggaman ke meja.Kuraih tangan Mas Ezar dan menggenggamnya dengan maksud agar emosinya terhadap Raihan sedikit mereda. “Dia tulang punggung keluarga tanpa tulang rusuk, Mas. Kalau dia dipenjara, siapa yang akan mencari nafkah untuk keluarganya?” “Ngapain kamu peduli sama dia?” Tatapan nyalang Mas Ezar membuatku
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

Part 110 - Marahnya Suami

Aku yang tengah termenung di sofa kamar dikagetkan dengan kedatangan Mas Ezar yang langsung melompat dari belakang dan menghempaskan bokong di dekatku. “Ngapain, Sayang? Lagi ngitungin rambut terus berharap jadi ilmuan rambut?” tanyanya asal. Aku sampai memutar bola mata mendengar pertanyaannya yang ngawur.“Aku gak kurang kerjaan kali sampe ngitungin rambut segala, Mas,” jawabku sambil memajukan bibir.Aneh-aneh saja menghitung rambut yang tipis macam kesabaran. “Ya udah, kamu temenin aku bikin soal final test untuk mahasiswa.” Mas Ezar perlahan membuka laptopnya.“Taro aja pertanyaan, jelaskan bagaimana proses kencingnya ayam?”Seketika itu, Mas Ezar menoleh dan menatapku tajam. Beberapa saat kemudian, tawanya tersembur.Aku hanya membisu melihatnya tertawa puas sambil memegang perut.“Kamu tuh kepikiran nyampe ke sana, gimana ceritanya, sih?” tanyanya. “Gak tau. Emang Mas gak pernah miki
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status