Buru-buru aku bangkit dari posisi tengkurap. Berlari cepat ke luar kamar dengan niat menemui Ibu. “Ibu!” teriakku. “Apa, Neng?” tanyanya dari arah dapur. Aku menghampirinya dan menggenggam lengannya erat-erat seakan butuh pertolongan. “Bu, aku ... Neng gak mau nikah sama orang itu,” ucapku cepat. “Ibu boleh deh cari calon lain, Neng bakal terima. Asal tidak dengan dia.” “Pliss, Bu. Neng gak mau.” “Kenapa, Neng? Kemarin bilang mau?” Ibu bertanya dengan santainya. “Iya, tapi kemarin Neng belum tau orangnya. Bu, batalkan aja, ya.” Sengaja, aku menyipitkan mata penuh permohonan. Berharap empati dan sedikit iba dari Ibu. “Oh sekarang udah lihat? Tampan kan orangnya? Dari foto aja keliatan perkasa begitu, apalagi aslinya. Percaya sama Ibu, Neng akan bahagia bersamanya.” “Ibu apa-apaan sih, ah.” Aku menggerutu sebal. Ini bagaimana konsepnya? Apa hubungannya foto sama perkasa? “Gak ada pembatalan,” pungkas Ibu. “Pernikahan bukan barang orderan.” Detik kemudian, suara deru kendaraa
Last Updated : 2023-09-26 Read more