Pada akhirnya, aku harus pulang dengan tangan kosong. Aku tak berminat menunggu Pak Ezar di kampus, karena ia pun tidak jelas kapan akan datang. Beruntung, karena aku punya teman yang selalu ada di segala situasi dan kondisi. Dia mengajakku jalan-jalan untuk sekadar melepaskan penat sebelum nanti sore harus bekerja. “Gue bingung banget sama Pak Ezar, Ka. Dia sendiri yang bilang jadwalnya full di kampus hari ini, giliran gue datang. Dia gak ada. Padahal, dia hadir loh di sempronya Fadly.” Aku berjalan ke arah pagar besi jembatan dan menyender di sana. “Mungkin ada urusan yang genting banget, Sha,” ucap Mika menenangkan. “Setidaknya balas pesan gue kek atau minimal angkat telepon,” cetusku. Mika berdehem pelan. Dia sesekali memejamkan mata, merasakan hamparan angin menyapu di wajahnya. “Sabar. Kata Vina, orang sabar disayang Tuhan,” ujar Mika. “Terlalu sabar diinjak-injak,” cibirku. “Kalau udah g
Last Updated : 2023-11-12 Read more