Aku meringis pelan menahan sakit dan perih yang bergumul menjadi satu di dalam sana.Sakit perut seperti ini memang paling kutakutkan karena nyaris membuat pingsan ketika sudah datang. Sialnya, karena sampai sekarang aku tak bisa mengenali kapan ia datang? Sebab kupikir ketika akan datang bulan, tapi tidak melulu sakit seheboh ini juga. “Sha, kamu kenapa?” tanya Vina cemas.Dia berusaha menyentuh wajah, lengan, hingga kaki yang kurasakan sudah dingin. “Perutku sakit,” lirihku menarik napas. Nada suara Vina terdengar panik. “Habis makan kebanyakan daging kamu?” Baik Vina ataupun Mika memang sudah tahu kalau perutku bukan perut Omnivora. Bahkan bisa dibilang sensitif perihal daging. Tapi, bukan berarti tak suka daging. Aku tetap makan, tapi harus sedikit. Sedikit pun masih mungkin membuat perutku kesetanan. “Mana ada gue makan daging.” “Haid?”“Belum juga, tapi emang mungkin mau.”“Nah itu, nyeri haid pasti,” cicit Vina. “Aku punya balsem, mau diolesi gak perutnya?”“Kok lu kayak
Terakhir Diperbarui : 2023-11-07 Baca selengkapnya