"Ciyeeeee," celetuk Julio kemudian.Seketika Rafka dan Rania saling menjauh. Keduanya menjadi salah tingkah."Maaf," lirih Rafka.Lampu merah telah berubah menjadi warna hijau. Rafka segera tancap gas dan melanjutkan perjalanan."Kita mau ke mana, Dek?" tanya Rafka kepada Julio."Kalau nonton film boleh nggak, Kak? Habis itu minum es krim, jalan-jalan di Mall, terus ke tempat bermain anak deh.""Ish, banyak sekali maunya. Ini udah gelap, Jio. Nanti kapan-kapan kita main lagi, ya?" celetuk Rania di belakang."Kak Rania benar, Dek. Kasihan dia kalau lama-lama ninggalin Mas Amar.""Kenapa Mas Amar nggak ikut saja tadi. Dia nggak pernah mau nemenin Jio main. Iya 'kan Kak Rania?" ujar bocah kecil itu."Maafkan Mas Amar, ya? Dia sibuk bekerja, Sayang. Pasti Mas Amar sebenarnya juga pengen main sama kamu."Uhuk ! Uhuk !Tiba-tiba Rafka terbatuk. Ia malas jika Rania selalu membela Amar. Padahal sejak dulu abangnya tersebut memang tidak peduli kepada Julio. Alasannya adalah Julio anak dari Rosi
Read more