"Lebih baik kamu segera mandi, Lun. Mbak sudah siap, kok masaknya." "Sekali lagi maaf ya, Mbak. Nggak bantuin Mbak masak pagi ini." "Tidak apa-apa, Lun. Cepat gih sana! Nanti telat loh ke kampusnya," perintah Rania. Gadis itu mendekat ke tubuh Rania. Kemudian mengecup singkat pipi kirinya. "Makasih banyak Mbak Rania. Aluna akan segera mandi." Tanpa menunggu jawaban dari Rania, Aluna segera masuk ke dalam kamarnya. Ia bersiap untuk mandi dan mengenakan pakaian terbaiknya. Beberapa menit berlalu, semua sudah siap menikmati makan pagi buatan Rania. Tentu saja Rafka yang paling bersemangat di antara mereka. "Pelan-pelan, Mas. Nggak terburu-buru, 'kan?" Rania mengelap sudut bibir suaminya dengan sebuah tisu ketika melihat Rafka belepotan karena terlalu antusias untuk sarapan. "Terima kasih, Sayang. Maaf, aku terlalu berlebihan. Masakan buatan kamu sangat nikmat dan bikin ketagihan. Sejak dulu." Rafka tersenyum manis sehingga terlihat lesung pipinya. Hal itu membuat Aluna kesulitan
Read more