Semua Bab Istri Manja Om Duda: Bab 81 - Bab 90

112 Bab

Chapter 81

Kedekatan yang terjalin antara Gilang dan Reina sudah seperti teman lama yang tak bertemu selama beberapa tahun. Bahkan mereka sudah memanggil dengan nama biasa, berbicara begitu akrab. Bi Ijah mengamati Gilang dan Reina yang berada di meja makan, melangsungkan sarapan dengan senyum merekah.Sejujurnya, Bi Ijah bertanya-tanya, apakah pantas baginya untuk mengamati kedua orang tersebut. Namun siapa pun yang melihat keduanya, akan dikira sebagai sepasang suami-istri sungguhan. Katanya, Reina berteman dengan Gilang hanya sebagai hiburan dan menemani dalam sepi saja. Akan tetapi, Bi Ijah menangkap pandangan yang berbeda dari sorot mata Gilang. Tetangga depan yang masih muda dan tampan itu tentunya cocok bila harus bersanding dengan Reina. Namun selama bekerja di rumah ini, Bi Ijah lebih memilih tuannya yang lebih mengayomi dan bijaksana.Masalahnya, hampir genap dua minggu belakangan, tak ada kabar sedikit pun dari Alex. Barangkali saja, tuannya itu akan pulang secara tiba-tiba dan membe
Baca selengkapnya

Chapter 82

Plak!Sebuah tamparan mendarat dengan sempurna pada pipi Gilang. Deru napas Reina yang bercampur dengan sekelumit kemarahan membuat wanita itu menitihkan air mata. Gilang memegang pipinya. Perih. Namun bagi Gilang, sensasi semacam itu masih bisa diabaikan. Dia hanya ingin mengutarakan perasaannya pada Reina. Itu saja."Apa-apaan kamu?! Kamu nggak sadar sama apa yang baru aja kamu lakukan, Gilang? Aku ini bersuami, sedang hamil! Gimana kalau ada tetangga yang tau dan lihat? Kamu kebangetan!""Kebangetan?" Gilang mendengus kesal. "Bukannya selama ini kamu mendekati aku karena juga punya perasaan yang sama, Reina?""Apa?""Kamu selalu saja menempatkan diri di sampingku. Pas aku nolak, kamu juga mati-matian melancarkan berbagai macam rayuan supaya aku mau menuruti permintaan kamu. Semua itu kamu lakukan karena kamu mempunyai perasaan sama aku kan? Tapi karena kamu menikah sama Pak Alex, kamu bingung mau kayak gimana."Reina menggelengkan kepalanya. Tak mengira bahwa laki-laki itu memiliki
Baca selengkapnya

Chapter 83

Bukan momen seperti ini yang diinginkan Reina saat bertemu Alex setelah lama tak berkabar. Reina sampai harus berpegangan dengan ibu mertuanya agar bisa menghampiri Alex yang terbaring lemah di atas ranjang pesakitan. Air mata yang berusaha nati-matian Reina bendung pun telah membasahi pipinya. Melihat betapa menyedihkannya Alex saat ini, semakin menambah beban dan rasa bersalah Reina."Ayo, Nak! Dekati suamimu, genggam tangannya." Nora menuntun Reina. Kedua wanita itu sama-sama menumpahkan air mata. Tak tega melihat Alex dengan kondisi yang tak pernah mereka bayangkan. Bahkan Reina mendapati sebuah lebam yang bersarang pada pipi kanan suaminya itu.Kata dokter, Alex telah membuka mata pagi tadi. Berhasil melewati masa kritis setelah kehilangan sangat banyak darah. Reina mencium punggung tangan sang suami. Dingin. Namun setidaknya terdapat detakan yang tersalur dari jantung, sehingga jawaban pasti mengenai hidup Alex mampu melegakan hati Reina."Bu, kenapa Mas Alex bisa kayak begini?
Baca selengkapnya

Chapter 84

"Ayo! Sini aku antarkan ke kamar mandi, Mas!" Alex tersenyum geli. Mengapa istrinya bisa seantusias ini? Tapi tidak masalah, Alex sangat menyukainya. Selama beberapa hari belakangan, Reina merawatnya dengan penuh kasih sayang; bersedia membantu Alex ke kamar mandi, atau berjalan-jalan menggunakan kursi roda mengitari rumah sakit."Mau apa kamu, Sayang, hm?"Reina mengerucutkan bibirnya. "Ih, kok tanyanya begitu sih, Mas? Kan aku cuma mau membantu Mas Alex. Nggak boleh ya? Ya udah, aku keluar nih, cari angin sama adek bayi."Alex mencekal tangan Reina sesaat setelah wanita itu berbalik. "Kamu sekangen itu sama Mas ya?""Hih? Siapa yang kang—"Reina tersenyum puas di tengah ciuman yang dilayangkan oleh Alex. Saat kedua lengannya baru saja melingkari leher Alex, ponsel Reina bergetar pelan, tanda adanya pesan masuk dari seseorang yang sudah bisa Reina prediksi. Ciuman keduanya pun terputus. Alex mengernyit, menyadari keanehan yang ada pada diri Reina. "Kenapa, Reina? Ada pesan soal pek
Baca selengkapnya

Chapter 85

Hari itu, Alex sudah diperbolehkan untuk pulang. Ketimbang Yudistira dan Maya, laki-laki itu mendapatkan perawatan lebih lama lantaran mendapatkan luka yang cukup parah. Sepanjang perjalanan, Alex menempel pada istrinya seperti anak beruang yang merindukan induknya. Reina mengecup kening sang suami. Dia sendiri sangat menyukai suaminya dalam mode manja seperti ini.Sebab pada hari biasa, Alex akan malu untuk bermanja-manja dengannya. Laki-laki itu hanya akan membiarkan Reina menempel padanya. Padahal kalau Alex mau bergelayutan, Reina takkan mempermasalahkannya. Hanya saja, pikiran Reina masih berkelana pada masalah Gilang. Dia tidak bisa fokus, apalagi setelah tiap kilometer terlewat, yang artinya dia akan cepat pulang.Apakah laki-laki itu sungguh selesai dengan perasaannya yang berdasarkan salah paham itu? Semoga saja. Sebab Reina tak tau harus berhadapan dengan Gilang menggunakan cara apa lagi. Dia mencintai Alex. Tidak ada keyakinan lain yang dapat mengubahnya sedikit pun.Setiba
Baca selengkapnya

Chapter 86

"Oh, benar, tebakannya Mas Gilang tepat sekali." Alex menyahut ramah. Sementara itu Reina sudah seperti bermain rolet dengan kehidupannya sebagai jaminan terbesar. Wanita itu mengembuskan napas lega yang disamarkan agar tidak terlalu kentara. Gilang menangkap kegugupan yang menguasai Reina. Laki-laki itu tersenyum timpang, lalu memasang tampang bersahabat pada Alex. Gilang sedang berperan sebagai tetangga baik hati yang perhatian. Menjenguk tetangga yang sedang sakit, dan bersikap normal. Padahal, Reina mengetahui adanya maksud lain dari tatapan Gilang barusan. Ternyata, laki-laki itu belum bisa melepas kesalahpahaman yang mengungkung tanpa alasan pasti.Reina hanya mampu terdiam selagi Alex dan Gilang berbicara. Saat sedang tenang-tenangnya, tiba-tiba saja Gilang sengaja memancing adrenalinnya."Mbak Reina kok diam saja? Eh, wajahnya pucat ya? Seperti kemarin-kemarin itu, saat terkena demam." Celetuk Gilang.Reina menggigit pipi dalamnya. Laki-laki itu memang ingin sekali membuatnya
Baca selengkapnya

Chapter 87

Seharian itu, Alex tak berpikir lebih mengenai kenyataan yang baru didapatinya bahwa Reina sudah sering berjalan-jalan pagi dengan laki-laki lain. Dia berpendapat, mungkin cuma kebetulan, dan laki-laki yang menyertai Reina itu tidak tega melihat istrinya berjalan sendiri. Atau, barangkali saja Reina pernah muntah di tengah jalan.Lagi pula sejak kembali dipertemukan dengan sang istri, binar sayang itu masih sama besarnya seperti dulu. Perlakuan Reina tidak berbeda sama sekali. Justru wanita itu semakin mendekatkan dirinya, dua kali lipat lebih manja. Alex tak boleh memikirkan yang tidak-tidak. Buktinya saja, Reina sangat tak ingin jauh darinya lagi. Merawatnya penuh cinta dan limpahan kasih sayang yang kewalahan ditanggapi.Petang itu, hujan mengguyur bumi begitu derasnya. Alex dan Reina duduk di ruang tamu dengan pintu utama terbuka lebar. Keduanya memandangi tetesan air hujan yang menenangkan. Terutama Reina, akhirnya dia bisa merasakan pelukam Alex dan suasana seindah ini."Mas, ke
Baca selengkapnya

Chapter 88

"Reina?"Terkejut, Reina menjatuhkan tak sengaja menjatuhkan ponselnya. Derap langkah sang suami pun terdengar mendekat. Pintu kamar tamu terbuka perlahan, memperlihatkan suaminya yang bertelanjang dada sembari membawa segelas air dari dapur. "Reina? Kamu di sini rupanya." Alex mengernyit, didapatinya sang istri yang memungut ponsel dengan kegugupan luar biasa. "Ada apa? Kamu sedang ditelepon oleh seseorang? Tadi Mas sempat mendengar getaran HP kamu."Reina meringis. "Ditelepon sama Tara, Mas. Maaf kalau bikin Mas bangun, ini juga, kayaknya dia lagi di luar negeri dan di sana udah pagi, makanya sengaja banget mau pamerin aku."Secepat kilat, Reina mematikan sambungan panggilan yang pastinya masih terdengar oleh Gilang di seberang telepon sana. "Mas habis ngapain? Ambil minum?""Hm, sama Mas penasaran, ke mana perginya istrinya Mas yang cantik ini."Sudut pipi Reina langsung tertarik tinggi-tinggi. Dia tidak bisa mengabaikan, betapa senangnya mendapat sebutan semanis itu dari sang sua
Baca selengkapnya

Chapter 89

Reina memberontak. Namun pelukan Gilang terlalu erat dan kuat, sehingga tak ada pilihan lain selain meluncurkan satu tendangan ke belakang—tepat mengenai pusat tubuh Gilang. Berhasil lolos, Reina tak mau repot-repot menanyakan keadaan laki-laki itu. Dia harus segera keluar dari rumah terkutuk ini. Akan tetapi, belum genap wanita itu melangkah keluar rumah, seruan yang bercampur dengan erangan kesakitan dari Gilang berhasil menghentikannya. "Kamu mau aku mati, Reina?"Deg!Reina serasa dibawa ke masa lampau, di mana dirinya berhadapan dengaan seseorang yang mengakhiri hidup tepat di hadapannya. Kedua tangan Reina mengepal. Cepat-cepat wanita itu menggeleng, berusaha menghalau ingatan lama itu menyeruk masuk menguasainya. Tidak! Itu sudah lama berlalu.Menyadari Reina terdiam setelah dirinya melontarkan pertanyaan seperti itu, dahi Gilang berkerut heran. Perlahan-lahan, sembari mengabaikan rasa sakit pada pusat tubuhnya, Gilang mendekati Reina. Betapa terkejutnya Gilang saat mendapati
Baca selengkapnya

Chapter 90

Reina mengulum bibirnya seraya menimbang-nimbang. Menjawab panggilan masuk dari Lily, berarti dirinya masih cukup dekat dengan dunia Gilang. Tetapi Lily merupakan seseorang yang sudah dianggap sebagai adik sendiri—terlepas dari hal tersebut, Lily tak mengetahui permasalahan yang terjadi di antara dirinya dan Gilang.Mengembuskan napas sebentar, Reina memilih untuk membalasnya. "Halo, Ly? Apa kabar? Lama nggak bicara nih!""Hai, Mbak Reina!" Sahutan penuh semangat itu menyemburkan senyuman pada wajah Reina. "Aku baik kok, Mbak! Iya sih, kita udah jarang cerita. Tapi aku lagi banyak tugas, terus pas libur nggak bisa main sama sekali.""Hm, semangat ya!""Omong-omong, Mbak," nada bicara Lily berubah serius. "Bisa minta tolong kasih tau Bang Gilang buat ngasih uang tambahan buat beli alat lukis nggak?""Ha?" Reina tergagap. Benar dugaannya. Dia masih akan terseret pada drama bertajuk Gilang. "Ke-kenapa harus Mbak yang kasih tau? Kenapa nggak kamu sendiri? Kebetulan Mbak Reina lagi di kant
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status