Semua Bab Istri Manja Om Duda: Bab 101 - Bab 110

112 Bab

Chapter 101

Sialan!Reina tidak bisa tidur. Seberusaha mungkin memejamkan mata, wanita itu malah teringat dengan wajah tampan suaminya. Saat menghadap sisi kanan ranjang, dia teringat dengan lengan kekar sang suami yang senantiasa memeluknya dari belakang. Begitu pula pada sisi kiri, dia malah membayangkan sosok Alex yang tertidur sembari menggenggam tangannya dalam keadaan bertelanjang dada.Malam ini barangkali bukan malam yang baik untuk kabur tanpa berpamitan. Tetapi kalau berpamitan dulu, namanya juga bukan kabur sih. Reina menggigit bibir bawahnya. Dia tidak lapar, tapi ingin sekali membeli sesuatu atau sekadar mencari angin. Melirik jam dinding, rupanya dia sudah terjaga cukup lama."Aduh, kenapa udah jam satu?" gerutunya. "Biasanya jam segini kalau belum tidur, ya aku minta dipeluk sama Mas Alex. Atau kayak kemarin tuh, deketin sendiri ke pelukannya Mas Alex."Reina meringis. Melempar boneka beruang berwarna merah muda yang masih awet menghuni kamar lamanya. "Ck! Aku gimana sih? Bukannya
Baca selengkapnya

Chapter 102

"Mbak?"Reina mematung. Pertanyaan yang terdengar dari bibir Susan serasa baru melemparnya ke sisi lain jurang yang tengah dipandanginya. Reina dan sekelumit permasalahan hati mengenai rumah tangga maupun kesanggupannya sebagai seorang ibu masih membutuhkan jawaban pasti dari jurang yang melambai ke arahnya di bawah sana. Akan tetapi, pertanyaan Susan tadi merupakan uluran tangan kegelapan paling panjang yang mampu menjangkaunya tanpa keraguan. Reina mencengkeram rok yang dikenakannya itu dengan setitik ketidakberdayaan. Sementara di depannya, Susan memandanginya seolah-olah menanti jawaban yang berupa izin tak tertulis itu.Susan mendengus pelan, menyandarkan dirinya sembari melipat kedua tangan di depan dada. "Sudah kuduga, kamu pasti nggak bakalan mau."Reina terhenyak, apakah Susan sedang bergurau? Dengan pertanyaan yang sudah membuatnya kelimpungan setengah mati, lalu menjadikan dirinya bagaikan orang bodoh yang tidak tau apa-apa. "Mbak ....?"Susan menerbitkan seutas senyum. "
Baca selengkapnya

Chapter 103

Sudah tiga hari belakangan, Reina hanya mendekam di dalam rumah lamanya. Melamun tiap mencoba memikirkan banyak hal. Godaan berupa cuaca yang teduh akibat datangnya musim penghujan tak membuat Reina beranjak keluar. Entah karena terlalu malas atau memang tidak tau harus pergi ke mana, yang jelas kerinduannya terhadap Alex malah bertambah besar.Semalam, dia mengobrol dengan Rendi dan Tara melalui panggilan grup dalam bentuk suara saja. Sengaja, Reina tak mau memberitahu keduanya bahwa dia sedang berada di rumah lamanya. Dua sahabatnya bersikap seperti biasa, dengan kesibukan masing-masing yang membuat intensitas panggilan mereka berkurang.Reina tidak bisa protes, memang hanya dirinya yang tidak melakukan apa-apa di sini. Mungkin saat pagi dia akan berhubungan dengan Felia terkait rumah konveksi, tapi selebihnya dia akan berdiam diri seperti patung. "Kayaknya aku butuh hobi baru."Wanita itu cepat-cepat menggeleng. Hobi baru? Berolahraga tidak suka, membaca, memasak, kalau tidak ditem
Baca selengkapnya

Chapter 104

"Egois?"Gilang memiringkan kepala, sedangkan wanita hamil di depannya itu mengangguk penuh kepastian. Selama beberapa detik, keduanya tak mengeluarkan suara sekecil apa pun. Hanya deru napas masing-masing yang bersahutan seolah melempar amarah melalui udara di sekitar mereka.Reina hendak menyuruh laki-laki itu untuk menyingkir, lantaran tak perlu membicarakan hal lain lagi. Akan tetapi, Gilang malah mendecih disertai seutas senyum yang mengundang kernyitan pada dahi Reina. "Oke!"Lagi-lagi, Reina dibuat tak paham. Bertanya pun sudah terlalu malas, jadi dia membiarkan Gilang bertingkah semau laki-laki itu saja. Terlebih, dia ingin sekali keluar untuk mencari udara segar."Sepertinya semua sudah jelas." Gilang manggut-manggut tanpa diketahui apa penyebabnya. "Kalau begitu, aku pulang dulu ya, Reina? Rasanya lega sekali setelah tau keadaan kamu baik-baik saja. Dan ... perasaanmu masih baik-baik saja."Reina memicingkan mata. "Perasaanku baik-baik saja? Apa maksudnya?"Gilang menggelen
Baca selengkapnya

Chapter 105

Makan siang kali itu benar-benar menjatuhkan suasana hati Reina hingga ke dasar bumi sekaligus. Tetap saja, meski pada mulanya Alex sudah berbaik hati untuk mengajaknya makan bersama, pada akhirnya yang tampak menikmati sesi tersebut ialah Alex dan Evelynn. Keduanya berbicara seakan tidak ada hari esok. Bahkan yang membuat Reina ingin membanting piring, ketika suaminya menanyakan apa saja yang disukai oleh model cantik itu, begitu juga sebaliknya.Reina yang semula kelaparan, jadi tidak terlalu berminat untuk melahap bebek penyet yang menggugah selera itu. Terutama dengan sejumput pemandangan menyebalkan yang tersaji di hadapannya, Reina hanya mampu melahap sekadarnya demi sang anak yang berada di dalam perutnya.Saat Alex dan Evelynn telah menandaskan makanan masing-masing, keduanya langsung beranjak dan pamit begitu cepat. Reina menganga, tak membayangkan bahwa dia baru saja ditinggal—walaupun yang membayar tetap Alex. Rasanya luar biasa menjengkelkan. Bahkan Alex enggan menanyakan
Baca selengkapnya

Chapter 106

Serangkaian malam yang tak mudah untuk dilewati lagi. Gambaran mengenai Evelynn yang berusaha menggoda Alex dalam balutan lingerie merah menyala terus menghantui bagaikan kaset rusak. Reina melirik jam dinding. Terbangun pukul tiga dini hari, padahal dia baru memejamkan mata satu jam sebelumnya. Mungkin lingkar matanya sudah seperti panda. Reina tidak mau bercermin kalau begini caranya."Jam delapan ...."Reina bergumam pelan sembari mengingat jadwal penerbangan yang akan Alex dan Evelynn lakukan. Masih tersisa lima jam. Wanita itu terheran-heran, adakah cara agar dua manusia tersebut membatalkan perjalanan udara mereka nanti?Tangannya yang semula hendak meraih ponsel, berubah haluan jadi menutup mulutnya yang menguap lebar-lebar. Tidak ada pilihan. Dia harus tertidur lagi barang sebentar. Demi kebaikan pikiran serta bayinya yang kelelahan di dalam perut, Reina harus mengistirahatkan diri.Reina membaringkan tubuh, tetapi sudut matanya menangkap hasil rajutan yang berada di atas meja
Baca selengkapnya

Chapter 107

Reina mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Barangkali saja salah mendengar, Reina menajamkan pendengaran, memastikan bahwa suara yang baru didengarnya merupakan khayalan belaka. Satu menit tak tersiar suara apa pun, Reina mengembuskan napas perlahan."Ternyata memang cuma khayalanku aja," wanita itu tersenyum kecut, seraya mengelus perutnya. "Pasti gara-gara semalam kurang tidur.""Apa? Kamu kurang tidur?"Reina terlonjak. Suara itu kembali menyapa telinga, namun kini dia berbalik, menghadap seseorang yang berdiri tepat di belakang sofa. Untuk beberapa saat, Reina tak bisa memercayai penglihatannya. Dunia seakan berhenti berputar, membuat Reina kepayahan untuk berkata-kata, sedangkan kedua matanya mulai memburam dengan sendirinya.Seseorang yang berdiri di belakang sofa lantas bergerak pelan, menghampiri Reina yang mematung dengan penuh kelegaan. Dalam satu tarikan napas, Alex memeluk Reina—sangat erat. Reina bergeming. Belum mampu mencerna segalanya dengan cepat, lantaran dia merasa ba
Baca selengkapnya

Chapter 108

"Maaf, Reina."Reina memberanikan diri untuk menatap lawan bicaranya. Terkesan tidak sopan bila dia mengalihkan pandang selagi Gilang mengatakan sesuatu dengan bersungguh-sungguh. Belum selesai, Gilang melanjutkan kalimat yang berasal dari hati paling dalam."Seperti yang kamu lihat, aku juga menjadi bagian dari rencana yang diperbuat oleh Pak Alex dan dua sahabatmu itu."Tadinya Reina mau mengumpat, bahwa dua sahabatnya itu turut menjadi tim perencanaan. Namun dia urung, sebab masih berada dalam atmosfer lain yang Gilang ciptakan. Dan entah mengapa, dia merasakan satu titik kelegaan yang mengisi selubung di antaranya dan Gilang. Reina tak merasa terancam seperti dulu lagi. Situasi sudah berbeda, sehingga Reina tak perlu tertekan."Maaf karena sudah membuat kamu kesal belakangan ini, Reina. Hanya itu satu-satunya cara, supaya aku juga bisa melihat betapa besar kesungguhan yang kamu punya atas cinta suami kamu." Ucap Gilang. "Yah, tapi asal kamu tau, sebagian besar yang aku ucapkan itu
Baca selengkapnya

Chapter 109

Reina tidak pernah ingat jika suaminya itu memiliki spasi tanpa atap pada ruangan khusus yang dimiliki di lantai dua. Ciuman keduanya yang berada di tangga harus terputus, sebab Tara melihat dari kejauhan dan berseru akan melemparkan piring kalau tidak mencari ruang terlebih dulu untuk melakukannya."Mas?" Reina berhenti melangkah. "Ini semua, Mas yang mempersiapkannya?"Alex mengendikkan bahu. "Enggak tau ya? Memangnya Mas bisa mempersiapkan semua ini di sela kesibukan yang menyerang Mas di kantor?"Reina mencebikkan bibirnya. Seingatnya, ruangan terbuka ini tak pernah ada. Ditilik dari cat kayu yang melapisi sebuah set meja bundar dan sepasang kursi pada tengah bagian, semuanya terlihat baru saja selesai dibangun. Begitu juga dengan sofa panjang berwarna cokelat yang terendus aroma barang baru saat Reina melewatinya."Ah satu lagi," Alex mendekat, lalu meletakkan kedua tangannya pada pinggang Reina. "Apa kamu tau seberapa cemasnya Mas selama beberapa hari ini, Sayang? Mas nggak bisa
Baca selengkapnya

Chapter 110 - Tamat

Kejutan yang dipersiapkan Alex bukan hanya yang Reina alami seharian ini saja. Melainkan, suaminya itu tengah menyodorkan layar ponselnya yang memperlihatkan pembayaran dua buah tiket penerbangan ke Singapura. Reina menganga sehingga Alex harus menutup mulut istrinya itu secara perlahan. "Mas? Tadinya aku yang mau kasih kejutan, tapi malah Mas yang kasih kejutan dulu ke aku." Reina memindai tiap kata yang tertera pada layar ponsel sang suami. "Kok mendadak sih, Mas?"Alex mengendikkan bahu. Walaupun tidak bisa fokus lantaran penampilan Reina saat ini terlalu menggoda, dia berusaha untuk menjawab. "Benar kata Ibu, Reina. Ada benarnya kalau kita berbulan madu selagi perut kamu belum terlalu besar. Sebenarnya Mas nggak masalah, kalau kamu mau berbulan madu saat menginjak trimester ketiga. Cuma takutnya Mas yang merasa nyaman dengan bulan madu itu, tapi enggak buat kamu."Reina mengelus perutnya yang berada di balik balutan gaun malam tipis—omong-omong, dia baru membelinya sore ini denga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status