Tepat tengah malam, Reina keluar dari kamar. Tungkainya bergerak menuju dapur, mencari kotak yang dikirim oleh Susan siang tadi. Diam-diam dia menyuruh Bi Ijah untuk menyembunyikan kotak tersebut lantaran isinya belum selesai dilihat. Yah, Reina mengakui dirinya cukup bodoh. Untuk apa pula melihat sesuatu yang akan menyakiti hatinya lagi.Menguatkan diri, Reina menarik napas rakus. Butuh dari sekadar keberanian untuk melihat isi kotak tersebut lebih lanjut. Kedua tangan Reina terulur untuk membuka penutupnya, namun suara pintu menutup serta derap langkah yang terdengar, membuatnya refleks mendorong kotak itu ke sudut lain di bawah pencucian."Reina? Mas cariin kamu, ternyata kamu ada di sini. Kenapa? Mau muntah lagi?" Alex menghampiri sang istri, memijit tengkuk Reina tanpa diminta. Mengingat wajah Reina masih pucat pasi, wajar jika Alex berpikir demikian."Lapar, Mas. Mau makan, tapi Mas yang masak. Mau?"Alex mengecup bibir Reina sebelum mengangguk. "Pastinya mau, Sayang. Mas nggak
Read more