Semua Bab Istri Manja Om Duda: Bab 91 - Bab 100

112 Bab

Chapter 91

Alex membulatkan matanya tak percaya. Bahkan laki-laki itu mulai meragukan penglihatannya sendiri. Akan tetapi, yang terjadi di depannya merupakan sebuah kenyataan. Gilang memeluk Reina. Tanpa rasa sungkan atau bersalah, seakan-akan tetangganya itu sudah menanti momen berharga yang satu ini.Reina sendiri mematung, tak mampu bergerak barang seinci. Dia terlalu terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Gilang yang mengundang maut ini. Diliriknya sang suami, ternyata sama-sama terkejut dan berusaha mencerna apa yang sedang terjadi.Gilang mengurai pelukan yang berlangsung selama kurang lebih satu menit itu. Laki-laki itu tersenyum puas, masih sempatnya mengelus kepala Reina penuh kelembutan. Alex mengatupkan bibirnya. Sekarang bukan saat yang tepat untuk beramah-tamah. Ada sesuatu yang lebih mencuri perhatian. Alex mengepalkan kedua tangannya, siap meluncurkan tinjuan ke arah Gilang, namun belum bisa dilakukan. Tidak berhenti di situ saja, tangan kiri Gilang menggapai pinggang Reina, memeluk
Baca selengkapnya

Chapter 92

"Mas Alex ...."Keduanya bertatapan selama beberapa detik. Namun dengan cepat Alex kembali menutup pintu, menyisakan hujan keheningan yang mendera Reina dengan ganasnya. Wanita itu tidak percaya, sekarang dia merupakan penghuni bernamakan kekecewaan dalam hati sang suami.Reina menitihkan air matanya, meratapi nasib. Pasti Alex merasakan sakit hati dua kali lipat lebih besar darinya. Mengingat dirinya berjuang di luar kota demi keluarganya hingga tertusuk dan berbaring di rumah sakit, namun sang istri malah menghabiskan banyak waktu dengan laki-laki lain. Tentunya Alex sangat berhak untuk marah dan mendiamkannya.Dia istri yang tak berguna. Bukannya menjaga dirinya sebagai seorang istri dalam setiap keadaan, justru mencari tambatan lain yang dijejalkan sebagai teman. Reina menyadari, ternyata dirinya cukup munafik. Sisa malam itu, Reina bergelung di balik selimut. Menikmati kegelapan yang merengkuhnya, seakan-akan memang itulah tempatnya—kesendirian. Alex pun tidak memasuki kamar lag
Baca selengkapnya

Chapter 93

"Ha! Untung aja kamu lagi hamil, Re. Kalau enggak, aku nggak bakal ragu buat nyungsepin kamu ke trotoar!" Celetuk Tara yang membuat kedua sudut pipi Reina tertarik ke bawah."Kok jahat begitu sih, Tar? Aku kan lagi curhat," imbuhnya.Di hadapan dua wanita tersebut, Rendi menggeleng-gelengkan kepala. "Sebenarnya aku mau ngomong yang sama kayak Tara sih, Re. Lagian ya, kalau kamu butuh teman, kamu bisa panggil aku atau Tara. Kenapa harus cari orang lain yang bahkan asal-usulnya nggak kamu ketahui dengan jelas? Okelah dia terlihat baik, tapi kamu bisa lihat hatinya? Enggak kan?"Reina makin murung. Sesudah bercerita mengenai permasalahan yang menimpa rumah tangganya, memang pantas baginya untuk mendapat petuah menyakitkan dari dua sahabatnya. Benar apa yang dikatakan oleh Rendi, seharusnya dia memanggil salah satu dari keduanya—bukannya mengedepankan ego dan memilih untuk mencari teman baru yang tidak terlalu dikenalinya."Jadi, kejadiannya masih fresh from the oven dong ya?" tanya Tara
Baca selengkapnya

Chapter 94

Makanan telah dihidangkan. Reina menepuk tangannya, senang bukan main. Ditiliknya sang mertua yang sedang mengarahkan Bi Ijah di dapur. Reina mengulum senyum, lalu melangkah ringan untuk mencuci tangan. Entah rasa syukur macam apa yang mampu mendeskripsikan perasaannya saat ini. Wanita itu seperti mendapatkan uluran tangan dari Dewi Fortuna di tengah-tengah badai yang menerpa kapalnya ini.Alex dan Reina memang sedang menghalau badai yang datang itu dengan cara masing-masing. Akan tetapi, terdapat sebuah pelampung di dalam kapal yang dinaikinya kan? Maka, datangnya Nora hari ini merupakan perwujudan dari pelampung itu sendiri.Kehadiran Nora akan membuat Alex tidur di kamarnya, bukan di ruang keluarga atau lainnya. Sebab Reina mempunyai firasat bila Alex enggan menambah beban pikiran ibunya lagi. Senyum Reina mendadak mengendur. Dia merupakan alasan utama mengapa beban itu terbentuk. Dan lagi, kala badai menerjang pun, Alex masih bersusah payah melindunginya.Alex datang ketika senja
Baca selengkapnya

Chapter 95

Pagi harinya, Reina sudah tak mendapati Alex. Reina mengembuskan napas perlahan, menyabarkan diri. Sebetulnya dia sendiri penasaran dengan reaksi Alex saat bangun dan mendapati dirinya berada dalam pelukan laki-laki itu. Reina tertawa pelan, lalu menghirup aroma yang tertinggal pada sisi Alex tidur semalam. Menenangkan sekali."Reina! Ayo sarapan dulu, Nak!"Dengan senyum yang mengudara, Reina melangkah ke kamar mandi sebentar, lantas keluar dan melayangkan sapaan manisnya. "Eh?" Reina mengerjapkan kedua matanya. Dia pikir, Alex sudah pergi bekerja. Akan tetapi, laki-laki itu masih berada di meja makan dengan piring bersih yang belum diisi apa-apa. Seakan-akan suaminya itu tengah menunggunya terbangun."Kenapa, Reina? Ayo sarapan dulu! Lihat tuh! Suamimu tidak mau makan kalau kamu belum keluar." Kata Nora. Reina tersenyum kikuk. Entah itu hanya sekadar alasan belaka atau memang sungguhan, Reina terlalu malu untuk sekadar memandang Alex. Duduk di samping Alex, Reina dapat menghirup ar
Baca selengkapnya

Chapter 96

Secepat kilat, Reina mencari alasan untuk bertemu dengan Tara. Jika tidak begitu, Nora takkan mengizinkannya keluar walaupun sedari tadi kondisinya baik-baik saja. Reina menuju gedung agensi yang menaungi pekerjaan sahabatnya itu menggunakan ojek online. Selesai membayar dengan nominal lebih—yang membuat sopir ojeknya kaget—Reina bergegas memasuki gedung agensi yang berdiri menjulang di hadapannya itu. Baru saja menginjak lobi, Tara melambai dari balik meja resepsionis. Meskipun Reina bertanya-tanya bagaimana sahabatnya bisa bersembunyi di sana, dia tetap menghampiri dengan kekalutan memuncak."Tara! Di mana?! Di mana Mas Alex?!" tanyanya tak sabar.Tara memberi tanda untuk diam. Reina menurut, lantas mengedar pandang. Tandanya, mungkin suaminya sedang bersama dengan model bernama Evelynn itu di sekitar lantai dasar. Begitu Tara keluar dari balik meja resepsionis dan berpamitan dengan rekan yang berjaga, wanita muda itu langsung menarik Reina ke sisi lain lantai dasar."Kafe." Kata T
Baca selengkapnya

Chapter 97

Ketika Alex pulang pada sore harinya, laki-laki itu membawakan sekotak martabak manis yang kebetulan saja hendak dibeli oleh Reina ditemani sang mertua. Reina terperangah, menerima martabak manis tersebut dengan hati berbunga-bunga. Dia tak menyangka jika suaminya masih sempat-sempatnya berbaik hati di tengah rundungan permasalahan yang diperbuatnya."Makasih, Mas." Reina tersenyum manis, namun Alex diam saja. Justru melewati Reina seakan istri manjanya itu merupakan patung tak bernyawa. Reina mendengus lelah. "Yah, seengaknya udah ada kemajuan ketimbang kemarin."Hari ini cukup menyenangkan, sebab Alex mau berinteraksi sedikit dengannya—walaupun dia harus membuat alasan demi buah hati mereka yang berada di dalam perut. Reina meletakkan martabak manis tersebut di atas meja makan, lantas menuju kamar untuk mengabari Tara mengenai perkembangan apa saja yang telah dialaminya.Sesiangan tadi, sahabatnya itu khawatir apabila baru saja menambahkan masalah baru hanya karena memergoki Alex da
Baca selengkapnya

Chapter 98

Suasana hati Reina benar-benar memburuk. Saat teringat dengan ulah menjengkelkan Alex, Reina ingin sekali membalik kasur dan menjatuhkan suaminya itu. Tetapi dia sadar diri bahwa dia tidak sekuat itu. Pada akhirnya, terpaksa menutup mata dengan kedongkolan yang menyertai sampai pagi harinya.Belum puas dengan perlakuan yang dilayangkan suaminya itu semalam, kali ini Alex kembali menjatuhkan bom patah hati padanya. "Mas Alex nggak bisa menemani Reina kontrol, Bu?"Nora memandang Reina khawatir. "Iya, Sayang. Maaf ya? Nanti, kontrol sama Ibu dulu. Baru besok-besok kamu kontrol sama Alex. Katanya, ada rapat penting yang harus dia hadiri, tidak bisa diundur atau digantikan sama sekali."Reina terduduk lemas seraya melayangkan tatapan tak semangatnya ke arah berbagai lauk yang telah dihidangkan. Sudah semalam dibuat kesal, lalu tak memberitahu perihal tak jadi menemani kontrol, pagi-pagi langsung kabur seolah menghindari dirinya laksana virus berbahaya. "Sudah ya, Reina? Nanti kalau Alex
Baca selengkapnya

Chapter 99

Reina mau pingsan. Dengan santainya, Gilang memperkenalkan diri dibarengi kepercayaan diri kelewat tinggi yang menyesatkan. Reina merasakan tatapan keheranan Nora tertuju padanya setelah melepaskan tautan tangan dari Gilang. Masih tidak puas dengan perkenalan mengejutkan yang dilontarkan, Gilang malah mendekat dan menghadapkan wajahnya ke depan perut Reina."Halo, Nak? Kata Dokter tadi bagaimana? Pasti kamu sehat-sehat saja di dalam sana kan?" Gilang hendak mengulurkan tangannya untuk mengelus perut wanita itu, namun langsung ditepis oleh Reina. "Mas Gilang apa-apaan ka—" Reina tak mampu melanjutkan ucapannya, sebab gelombang mual itu datang secara tiba-tiba. Nora panik, langsung membawa menantunya itu ke toilet umum yang berada di sekitar, mengabaikan eksistensi Gilang yang dianggap tidak waras.Gilang hanya mampu memandang kepergian Reina dengan perasaan campur aduk. Terbersit rasa bersalah yang menghinggapi dadanya saat melihat Reina menjadi mual-mual lagi seperti itu. Kedua tang
Baca selengkapnya

Chapter 100

Mungkin Alex sudah muak dengan sisi manjanya yang kelewatan dan tidak bisa diharapkan sebagai ibu dari anak mereka di masa depan nanti. Dengan asumsi tersebut, Reina pulang ke rumah tanpa keraguan akan satu langkah besar yang akan ditempuh. Sepanjang perjalanan, wanita itu masih sanggup membendung air mata yang telah berkumpul di pelupuk matanya.Setibanya di rumah, Reina langsung mengambil kopernya yang tersimpan di atas lemari. Tidak tergapai, Reina mengambil sebuah kursi plastik dan menaikinya. Akan tetapi, entah mengapa sesuatu terasa licin sehingga Reina nyaris terjatuh. Untuk sesaat, jantung wanita itu seakan tergelincir ke tanah.Reina mengembuskan napas perlahan, lantas mengelus perutnya. "Maaf ya, Nak? Setelah ini Mama akan berhati-hati."Ussai berkata demikian, Reina melakukan percobaan kedua. Beruntung dia dapat meraihnya. Sesegera mungkin Reina memindahkan seluruh pakaiannya ke dalam koper. Kali itu Reina tak berhasil dalam upaya yang kesekian untuk menahan air matanya. Se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status