Home / Pernikahan / ISTRI SAH PEWARIS HARTA / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of ISTRI SAH PEWARIS HARTA: Chapter 21 - Chapter 30

98 Chapters

21. Rencana Awal yang sukses

Arjun merasa tertekan oleh pertanyaan tersebut. Ia meraba-raba kata-kata untuk menjelaskan situasi ini tanpa membuat semakin rumit segala hal. Namun, ia sadar bahwa dia harus memberikan jawaban yang jujur dan transparan kepada istrinya. "Sita, aku datang ke sini untuk menemui clien dan membahas pembebasan lahan," ujar Arjun dengan ragu-ragu namun tetap mencoba menjawab pertanyaan istrinya secara jujur. "Apakah kau lupa jika Mayang adalah Sekretarisku?" Sita merasa kebingungan mendengar penjelasan Arjun. Ia tidak menyangka jika Mayang masih bekerja di kantornya. "Kenapa kamu tidak memecat Mayang? Apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?" tanya Sita dengan nada sedikit menuduh. Arjun terdiam sejenak, mencoba mengumpulkan pikirannya. "Ayolah, Sita. Kita tidak bisa memecat Mayang begitu saja, hanya karena masalah pribadi kita. Kita harus tetap profesional," bujuk Arjun. "Baiklah, sekarang kau harus minta maaf kepada Anand. Dia adalah teman kuliahku dulu, dan kami tidak sengaja
Read more

22. Kegelisahan Anand

"Mas Arjun, kenapa kau tidak bilang kepadaku jika kau berada di kota ini bersama dengan Mayang?" tanya Sita ketika dia menemani Arjun makan malam. Wajahnya terlihat sedikit tegang dan penuh pertanyaan. Arjun merasa gugup saat ditanya seperti itu oleh Sita. Dia memandangi wajah cantik Sita dengan tatapan yang penuh penyesalan. "Maafkan aku, Sayang," ucapnya pelan sambil menggenggam tangan Sita lembut. "Sebenarnya aku ingin mengatakan kepadamu sejak awal tentang keberadaanku di kota ini bersama Mayang. Namun, sejak malam itu, aku takut kau cemburu dan marah padaku." Sita mendengarkan penjelasan Arjun dengan hati yang berdebar-debar. Air mata hampir saja jatuh dari matanya namun ia berhasil menahan tangisannya. Ia mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya sedih dan terluka. "Percayalah kepadaku, Sayang," lanjut Arjun dengan suara serak karena rasa khawatirnya akan reaksi Sita. "Aku tidak ada lagi hubungan dengan Mayang. Aku sudah memilihmu sebagai satu-satunya wanitaku, dan akan sela
Read more

23. Kecemburuan Arjun

"Baiklah, aku rasa diskusi ini sudah selesai, aku akan pergi ke kantor," tutur Sita mengakhiri perdebatan yang ada di meja makan tersebut. Sita duduk di meja makan, menatap kosong ke arah jendela. Dia tidak ingin berlama-lama melihat wajah suami serta adik angkatnya yang sudah bermain belakang dengannya. Setelah apa yang mereka lakukan padanya, Sita merasa sangat terluka dan kecewa. Hatinya penuh dengan amarah dan ketidakpercayaan. Jika saja bukan karena sebuah rencana menghancurkan keduanya, Sita ogah sekali menerima kembali mereka berdua tinggal satu atap dengannya. Dia tahu bahwa jika dia memberikan kesempatan kedua kepada mereka, maka dia hanya akan membuka pintu bagi lebih banyak pengkhianatan dan sakit hati. Saat ini rumah tangga mereka seperti reruntuhan yang hancur berantakan setelah badai besar melanda. Semua harapan dan impian indah tentang masa depan bersama telah hancur berkeping-keping. Sita merasa seperti dia telah kehilangan segalanya. "Bolehkah aku ikut denganmu?"
Read more

24. Mayang gusar

"Maaf, saya tadi hanya tidak bisa membiarkan istri anda terjatuh. Apalagi sampai di terluka," sindir Anand dengan nada sinis, sambil melepaskan tangannya dari pinggang ramping Sita. Hal ini membuat Arjun semakin kesal oleh sikapnya tersebut. Dia merasa bahwa Anand sedang mencoba untuk menyinggungnya dan mengganggu hubungan mereka sebagai suami istri. Azkia hanya bisa tersenyum tipis melihat bagaimana suaminya cemburu. Hal sudah lama tidak dia lihat dalam diri Arjun ketika ada pria lain yang dekat dengan Sita. Setelah insiden tersebut, aktivitas kembali normal dan mereka bertiga melanjutkan langkah menuju lokasi pembangunan kantor baru milik Anand. Mereka berjalan bersama-sama sambil membicarakan rencana masa depan mereka dan bagaimana proyek pembangunan kantor baru ini. Sesampainya di lokasi pembangunan, mereka semua sangat terkesan dengan ukuran dan letak bangunan yang sedang dibuat. Arjun menjelaskan detail tentang konsep arsitektur modern yang akan diterapkan dalam kantor baru i
Read more

25. Tawaran Sita

Mayang terus menatap kebersamaan Arjun dan Sita dengan perasaan campur aduk. Hatinya berdesir ingin sekali menghentikan mereka, tapi dia tahu bahwa itu tidak mungkin. Dia merasa cemburu melihat kedekatan mereka, padahal sebenarnya dia tidak memiliki hak untuk merasa seperti itu. Akhirnya, Mayang memutuskan untuk mengambil langkah berani dengan menelepon Arjun. Dia mencoba mengabaikan rasa takut yang melanda dirinya saat menekan tombol panggil di ponselnya. Namun sayangnya, Arjun memilih untuk mengabaikannya karena takut Sita curiga tentang hubungan mereka. Berbeda dengan reaksi dingin dari Arjun, Sita justru tersenyum simpul ketika membaca nama Mayang yang terpampang di layar ponsel Arjun. Dirinya merasa bahagia karena membayangkan betapa jengkelnya Mayang saat itu ketika panggilannya di abaikan oleh Arjun. "Mas, ponsel kamu dari tadi berisik, kenapa nggak kamu angkat saja sih?" protes Sita sambil menatap kesal ke arah Arjun. Tatapan kesal itu membuat Arjun sedikit terkejut dan ia m
Read more

26. Rayuan Mayang

"Baiklah, setelah kita kembali ke Jakarta, aku akan mengenalkanmu kepada teman-temanku. Aku ingin kamu menjadi istri pria mapan dan tentunya yang masih bujang serta mapan," tutup Sita sambil tersenyum manis. Dia segera menutup ponselnya dan melihat Arjun yang tampak gusar. Arjun merasa cemas karena Mayang begitu saja setuju dengan tawaran Sita untuk dijodohkan dengan teman-temannya. Dia tidak bisa membiarkan Mayang menikahi lelaki lain karena dia sangat mencintainya dan tidak ingin kehilangan anak yang dikandung oleh Mayang. Hatinya berdegup kencang saat menyadari bahwa hubungan mereka mungkin berada di ujung tanduk. "Sayang, aku permisi ke kamar mandi dulu, ya?" ujar Arjun dengan suara gemetar ketika ia meminta izin kepada Sita. Ia berusaha menjaga ketenangan meskipun hatinya sedang dilanda kegelisahan. Sita merasakan ada sesuatu yang aneh pada sikap suaminya. Ada raut wajah gelisah yang terpancar dari matanya. Tanpa diduga-duga, dia diam-diam mengikuti langkah-langkah Arjun menuju
Read more

27. Kepergok lagi

Di sisi lain, Sita mendapatkan notifikasi di ponselnya. Dia sangat kesal dengan foto yang dikirim oleh anak buah Anand. Foto itu menunjukkan Mayang dan Arjun sedang berpelukan mesra di sebuah pusat perbelanjaan yang terkenal di kota Bogor. Wajah mereka berdua tampak begitu bahagia, seolah-olah tidak peduli dengan perasaan Sita. Saat melihat foto tersebut, amarah memuncak dalam diri Sita. Hatinya terbakar oleh rasa sakit dan pengkhianatan. Ia merasakan keinginan kuat untuk melabrak Mayang dan Arjun, mengungkapkan semua kemarahan dan kekecewaannya pada mereka berdua. Namun, sekilas kata-kata ibunya kembali terngiang di kepalanya. "Jika saat ini kau bertindak gegabah tidak akan mendapatkan hasil yang menggembirakan melainkan dirimu sendiri yang akan rugi." Kata-kata bijaksana itu membuat Sita sadar bahwa tindakan emosional hanya akan membawa kerugian baginya sendiri. Sita merenung sejenak tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Ia menyadari bahwa ia harus tetap tenang dan cerdas
Read more

28. Kejutan terbaik Sita

Sita menatap tajam Arjun, matanya penuh dengan kekecewaan dan amarah yang sulit disembunyikan. Dia merasa terluka oleh pengkhianatan Arjun, namun dia juga ingin memberikan kesempatan kepada Arjun untuk menjelaskan dirinya. Arjun mendekati Sita dengan langkah ragu-ragu. Hatinya berdebar kencang karena tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, sebelum dia bisa mengucapkan sepatah kata pun, Sita mengarahkan tangannya ke depan sebagai isyarat agar Arjun tetap diam di tempat. "S-Sita kau kenapa datang ke sini? Bukankah aku bilang kepadamu jika kau tidak perlu hadir ke sini?" tanya Arjun heran dan terlihat sangat gugup. Sita mencoba menenangkan dirinya sendiri, mengingatkan bahwa dia harus tetap tenang dan tidak memperlihatkan rasa sakitnya kepada orang lain. Meskipun begitu, sulit baginya untuk menyembunyikan perasaan sedih yang melanda hatinya saat ini. "Ya, aku datang ke sini," ucap Sita dengan suara serak. "Namun, bukan untuk menemanimu, Mas." Kata-kata itu terdengar pahi
Read more

29. Keputusan Sita

"Sita, apakah kau yakin tidak mau aku menemanimu?" tanya Anand masih ragu untuk melepaskan Sita pergi seorang diri menuju kamar hotelnya. Tatapan cemas terpancar dari matanya saat ia melihat Sita yang tampak lelah dan terbebani oleh masalah keluarganya. Namun, meskipun hatinya ingin sekali membantu, Anand juga mengerti bahwa ada batasan dalam campur tangan orang lain dalam urusan pribadi. "Ya, aku yakin. Ini adalah masalah intern keluargaku," jawab Sita dengan suara lemah. Sita menatap Anand tertunduk, segera dia meminta maaf agar Anand tidak salah paham dengan ucapannya, "Anand. Maaf, bukan maksudku untuk... ." Sita merasa bersalah karena harus menolak tawaran bantuan dari Anand yang sudah begitu banyak membantunya selama ini. Namun, dia sadar bahwa dia harus belajar mandiri dan menghadapi masalahnya sendiri. Melihat ekspresi sedih di wajah Sita, Anand memutuskan untuk memberikan dukungan tanpa syarat padanya. Dia mendekati Sita dengan langkah pelan dan meletakkan tangannya di pun
Read more

30. Manusia tidak punya hati

"Sita, terimakasih. Akhirnya kau mengerti akan keinginanku, aku janji akan berlaku adil kepada kalian berdua," janji Arjun dengan senyum kelegaan dalam wajahnya. Dia memegang erat tangan Sita sebagai bentuk kebahagiaannya. "Kak Sita, tak kusangka kau akan menyerah segampang ini," ejek Mayang melirik dengan tatapan sinis ke arah Sita, mencoba merendahkan dan mengejeknya atas apa yang baru saja terjadi. Namun, kali ini Sita tidak lagi merespon ucapan wanita yang tidak punya hati tersebut. Sita ingin melepaskan semua beban perasaan yang ada dalam dirinya. Dengan langkah gontai, dia bergegas menuju kamar dan menutup pintu rapat-rapat. Di dalam kamar yang sunyi itu, tangisnya pecah tanpa bisa ditahan lagi. Dia meringkuk di lantai dengan penuh kesedihan dan putus asa, bersandarkan diri pada tempat tidurnya seperti mencari sedikit kenyamanan dalam situasi yang sulit baginya. Saat itu pikiran-pikiran negatif mulai menyelimuti benak Sita. Rasa sakit karena pengkhianatan dari orang-orang te
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status