Home / Romansa / Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku: Chapter 81 - Chapter 90

200 Chapters

81. Asisten Canggung

Vincent merasa bersalah saat menerima pesan dari Bona yang mengatakan bahwa Dennis marah dan langsung menggagalkan semua acaranya hari itu, gara-gara kecewa Vincent pergi meninggalkannya. "Bu Nuning berpesan agar Bapak betul-betul datang ke apartemen untuk bergabung makan malam bersama Mas Dennis. Menurut beliau, hanya dengan begitulah kemarahan Mas Dennis bisa luluh," jelas Bona lewat telepon. Mendengar itu, Vincent menghela napas dan langsung merespons, "Baik, Bona. Katakan pada Bu Nuning bahwa saya akan datang. Terima kasih." Vincent lalu mengajak Lisa pergi bersamanya. "Lisa, ayo ikut saya. Mulai hari ini kamu sudah mulai berfungsi sebagai asisten pribadi saya. Saya mau kasih Bu Nuning buket mawar merah dan buket snack serta coklat buat Dennis. Kamu bisa menyiapkannya, kan?" Lisa mengangguk. "Tentu, Pak Vincent. Saya akan menyiapkan semuanya.” Sementara Vincent bersiap-siap mandi, Lisa ingin segera menghubungi toko bunga dan mencarikan buket snack dan coklat untuk Dennis. Namu
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more

82. Remaja yang Cemburu

Dennis memperhatikan Lisa yang baru saja selesai membersihkan tumpahan lasagna dan mengepel lantai. Asisten pribadi ayahnya itu sekarang duduk santai di sofa, mengeluarkan tablet dari tas LV-nya, dan mulai mengetik. Wanita berkulit bersih cerah itu terlihat serius, tenggelam dalam aktivitasnya. Dennis penasaran dengan catatan atau tugas apa yang tengah dia kerjakan. Bila dibandingkan dengan bundanya, kecantikan asisten pribadi ayahnya itu tentu saja jauh lebih mencolok. Tiba-tiba, rasa cemburu menyelinap ke dalam hati remaja itu, terutama setelah melihat bagaimana ayahnya tadi dengan penuh kepedulian menyentuh pundak Lisa, menenangkan wanita itu dengan segenap kelembutannya. Membawa perasaan cemburunya, Dennis mendekati Lisa. "Tante sudah punya pacar?" tanyanya, memecah keheningan di ruangan. Pertanyaan itu membuat Lisa terkejut. "Hah? Gimana?" Lisa bertanya kaget. "Sudah punya pacar?" Dennis mengulangi pertanyaannya dengan tegas. "Belum," jawab Lisa sambil tersenyum. Namun, seny
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more

83. Seluruh Hatiku Miliknya

Dennis masih kesal melihat Lisa berada di meja yang sama dengannya. Ditambah setiap tatapan ayahnya yang meluncur ke arah Lisa, membuat rasa tidak nyamannya kian menjadi. Senyum Vincent yang sejak tadi hanya untuk Lisa membuat Dennis merasa terganggu. Sementara itu, Lisa tetap santai, menikmati hidangan lezat yang ada di hadapannya. "Pak Vincent, Bu Nuning, ini luar biasa. Bukan karena saya lapar, tapi masakan Bu Nuning dan Pak Vincent memang enak banget. Pantas saja kalau De' Alessio semakin terdepan. Pakai resep keluarga Alessio yang Italia banget rupanya," puji Lisa sambil tersenyum. "Saya dulu juga nggak bisa masak sepertimu, Lisa. Tapi akhirnya saya bisa karena rajin mencobanya. Kamu juga pasti bisa kalau mau mencobanya, Lisa," ujar Nuning sambil tersenyum pada Lisa, mencoba memotivasinya. Lisa terdiam, sebenarnya dia bukannya tidak bisa memasak sama sekali, tapi masalahnya dia selalu tremor setiap kali memegang alat masak, perkakas dapur, barang pecah belah. Tapi Lisa hanya te
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more

84. Tak Bisa Tidur

“Terima kasih atas makan malamnya, Bu.” Lisa menjabat tangan Nuning dan memeluknya sejenak, lalu pandangannya beralih pada Dennis dan Vincent sambil mengangguk sopan. “Baiklah. Semuanya, saya permisi.”Ada sorot tidak rela di mata Vincent mendengar Lisa mendadak pamit ingin pulang lebih dulu, padahal mereka sudah janji akan pulang bersama. Vincent ingin menginap di apartemen Lisa malam ini. Tapi Lisa pergi dengan begitu tergesa-gesa tanpa memberi banyak penjelasan. Vincent tetap duduk di antara Nuning dan Dennis, tetapi pikirannya melayang mengikuti Lisa. Sorot matanya yang semula ceria kini terlihat sedikit meredup, seolah terhanyut dalam pikirannya sendiri.Ketika kartu-kartu dibagikan dan langkah-langkah strategis dibuat, Vincent tidak lagi menyuarakan ide atau berbicara dengan semangat seperti sebelumnya. Tatapannya sering kali teralih, memandang ke arah pintu keluar seperti mencari sesuatu yang hilang.Pikirannya, sejauh ini selalu terfokus pada permainan, sekarang terpecah di a
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more

85. Turut Berduka Cita

Lisa mencapai rumah sakit dengan langkah cepat dan tergesa-gesa. Hatinya masih terombang-ambing oleh kecemasan. Dia mencermati setiap sudut koridor yang dilaluinya. Mencari-cari ruang ICU yang tadi disebutkan Ardi lewat telepon. Sementara itu keluarga Ardi berkumpul di ruang tunggu ICU, duduk dengan cemas. Setelah beberapa saat yang terasa begitu panjang, pintu ruang tunggu terbuka, dan Lisa melangkah masuk dengan sedikit gugup. Wajah keluarga Ardi yang tadinya terlihat tegang, kini melihatnya dengan ekspresi lega. "Lisa, terima kasih sudah datang. Sama siapa kamu, Nak?" sambut Pak Iman, ayahnya Ardi. “Sendirian, Pak.” “Naik apa?” “Mobil pribadi.” Pak Iman terharu mendengarnya. Kedua adik perempuan Ardi juga ikut terharu, tak mengira Lisa benar-benar datang dari Jakarta semalam ini sendirian. Pak Iman memeluk Lisa dengan lembut, "Kami sangat bersyukur kamu datang, Nak Lisa. Ini sangat berarti bagi kami.” Dia mengurai pelukannya dan menatap Lisa dengan mata berkaca-kaca. “Ma
last updateLast Updated : 2023-12-30
Read more

86. Diminta untuk Kembali

Lisa merasakan pusing yang semakin memburuk setelah menyetir dari Jakarta ke Bandung. Mata lelahnya mencoba menangkis kelelahan, tetapi prosesi pemakaman membuat energinya semakin terkuras. Beberapa kali dia merasa hampir kehilangan keseimbangan, dan rasa lesu membayanginya sepanjang perjalanan dari tempat pemakaman menuju rumah Ardi."Niken. Kemana pacar kakakmu itu, si Mina? Kenapa tidak kelihatan? Apa mereka sudah putus?" tanya Lisa pada salah satu adiknya Ardi, mencoba mencari kejelasan di tengah kepenatan yang melandanya.Baru saja Niken akan membuka mulutnya, sosok Mina tiba-tiba muncul memasuki rumah Ardi. Mina menangis, memeluk Niken sambil mengucapkan belasungkawa. "Maafin Teteh baru datang karena Teteh baru tahu kalau Ibu udah nggak ada, Ken," ujarnya dengan suara serak sambil menangis dalam pelukan Niken.Sementara itu, Ardi yang melihat kedatangan Mina terlihat acuh tak acuh. Dari sikap Ardi, Lisa bisa menilai bahwa mereka sepertinya sudah putus.Ardi justru menghampir Lis
last updateLast Updated : 2023-12-30
Read more

87. Yang Tak Tergantikan

Di ruang makan yang dihiasi seni arsitektur yang indah, keluarga Alessio berkumpul untuk sebuah makan malam. Dinding-dinding bergaya klasik dihiasi dengan lukisan-lukisan mahal, menciptakan suasana yang memukau. Meja makan dipenuhi dengan piring-piring cantik, piala kristal, dan perabotan serba mahal. Lentera-lentera gantung bersinar redup, menciptakan suasana romantis yang elegan. Nyonya Rose duduk di salah satu kursi, mengenakan gaun malam yang memesona. Rambutnya yang keperakan karena usia disanggul sederhana namun tetap terlihat berkelas dengan aksesori rambutnya yang berhiaskan berlian. Sementara itu Tuan Rain duduk di sebelahnya. Vincent duduk berseberangan dengan mereka, diapit oleh Nuning dan Dennis yang ikut serta dalam makan malam itu. “Bagaimana bisnis cafe dan restomu, Ning?” tanya Tuan Rain sambil tersenyum kebapakan. Nuning tersenyum memandang Tuan Rain dengan penuh rasa terima kasih. "Semuanya berjalan lancar, Pa, berkat dukungan Vincent.” Nuning menoleh dan tersen
last updateLast Updated : 2023-12-31
Read more

88. Jadilah Istriku

Lisa tertidur lelap di kursi mobil, tenggelam dalam kantuk dan kelelahannya. Dia terbangun dengan kaget saat mengetahui dia sudah berada di sebuah garasi rumah. Ardi duduk di sebelahnya, di kursi pengemudi, memandangnya entah sudah berapa lama. "Ardi? Kok kamu di sini?" tanya Lisa, masih terkejut. Dia mengingat-ingat hal terakhir, seharusnya Niken yang mengantarnya. "Apa Niken yang menyuruhmu mengantarku?" Lisa mencoba mencari tahu. Namun, Ardi hanya tersenyum dan menggeleng. "Tadi Niken pamit sama Bapak, katanya mau mengantar kamu ke hotel, tapi kemudian aku yang mengajukan diri menggantikan dia. Lagipula dia harus tetap di rumah karena teman-temannya tadi baru berdatangan," jelas Ardi. Lisa mengedarkan pandangannya, mencoba mencari tahu di mana mereka berada. "Kita di mana, Ar?" tanyanya penasaran. "Ini, rumahku. Rumah yang kubeli untuk kutempati bersama istriku kelak," ungkap Ardi sambil menatap Lisa lekat-lekat. "Dan kuharap itu adalah kamu, Lisa." Lisa tertawa mendengarnya.
last updateLast Updated : 2023-12-31
Read more

89. Godaan Si Bos

Lisa terkejut menerima ciuman tiba-tiba dari Ardi. Dia mendorong dengan keras, mencoba menjauhkan diri dari kontak fisik yang tidak diinginkannya. Ardi justru semakin menempel, berusaha mempertahankan ciumannya. "Cukup, Ardi!" pekik Lisa sambil menolak Ardi dengan keras. Dia merasakan getaran perasaan yang rumit di dalam dirinya. Dulu, Ardi memang pernah menjadi sosok yang ia inginkan, tapi tidak lagi setelah dia memergokinya berselingkuh dengan Mina. Lisa memang sudah memaafkan Ardi, tetapi bukan berarti dia telah melupakan perbuatan buruknya. Apalagi perselingkuhan Ardi dengan Mina itu adalah hal yang paling sulit Lisa lupakan. "Aku serius, Lisa. Aku mencintaimu! Aku menyadarinya belakangan ini. Sejak pertama kali kita berkenalan, aku sebenarnya sudah menyukaimu," ucap Ardi dengan tatapan tulus. Lisa terdiam. Dia mengingat kembali masa-masa di sekolah menengah atas, di mana Ardi selalu menjadi temannya. Meskipun Ardi dibully oleh teman-teman karena menjadi satu-satunya orang yang
last updateLast Updated : 2024-01-01
Read more

90. Quality Time

Vincent, Nuning, dan Dennis berbincang-bincang santai di sebuah kafe setelah jalan-jalan menemani Dennis ke toko buku. Mereka memilih meja yang terletak di dekat jendela besar. Pemandangan luar jendela menampilkan kegiatan hektis di mal, dengan pengunjung yang berjalan-jalan, membawa tas belanja, dan menikmati suasana siang yang cerah. Tanaman hias di dalam pot dan desain interior yang modern memberikan sentuhan segar dan elegan di kafe ini. Meja kayu dengan kursi yang empuk menciptakan suasana yang nyaman, sementara aroma makanan menyelimuti ruangan. Pelayan dengan ramah menyajikan pesanan mereka, dan cangkir-cangkir kopi dan jus berjejer di meja, siap untuk dinikmati. Irama musik yang lembut mengisi udara, menciptakan latar belakang yang menyenangkan untuk percakapan ringan dan tawa. Beberapa pengunjung yang tengah asyik bekerja dengan laptop atau membaca buku menambahkan nuansa kesibukan di sekitar mereka. Nuning tersenyum sambil memandang menu, sedangkan Vincent dan Dennis sali
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more
PREV
1
...
7891011
...
20
DMCA.com Protection Status