Home / Romansa / Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku: Chapter 71 - Chapter 80

200 Chapters

71. Kangen

Vincent, dengan senyuman sopan, menolak dengan ramah. "Maaf, Carla. Aku sudah memiliki jadwal malam ini yang harus kuselesaikan. Kita bisa berkomunikasi melalui email untuk hal-hal selanjutnya." Carla tampak kecewa, tapi dia mencoba menyiasatinya dengan tertawa. "Oh, come on, Vincent. Ini bukan hanya tentang bisnis, bukan? Kita bisa saja bersenang-senang sejenak, seperti dulu." Vincent menatap Carla dengan tegas. "Carla, kita sudah bersama dalam kapasitas yang berbeda sekarang. Saya ingin memastikan bahwa hubungan bisnis kita tetap profesional dan tak tercampur aduk dengan hal-hal pribadi. Semoga kau bisa menghargai itu." Carla mencoba memancing reaksi lebih lanjut, namun Vincent tetap pada pendiriannya. "Terima kasih atas kesempatan kerjasamanya, Vincent. Kita tetap berhubungan, baik secara bisnis maupun pribadi, ya?" ujar Carla sambil menawarkan tangannya untuk berjabat. Vincent mengangguk dan menyambut jabatan tangan itu. "Tentu, Carla. Semoga kerjasama kita membawa hasil yang b
last updateLast Updated : 2023-12-26
Read more

72. Melayani Pak Bos

Vincent membalas dengan seringai, "Kangen? Bagaimana denganmu sendiri, Lisa?”Lisa terkekeh. “Saya kangen Bos tidur di sebelah saya, bikin ranjang saya terasa hangat. Apalagi Bos kalau tidur nggak ngorok kayak Ardi.”“Kalian pernah tidur bersama?” Entah kenapa di dalam dada Vincent terasa bergemuruh ketika Lisa tiba-tiba saja menyebutkan nama mantan suaminya itu, bayangan Lisa tidur dalam pelukan Ardi seketika menimbulkan cubitan kecil di hatinya.“Ya pernahlah, Bos! Bagaimanapun kami kan pernah menikah.” Lisa menjawabnya dengan enteng, tanpa beban. Lagipula itu bukanlah sebuah pertanyaan sulit dan jawabannya pun sudah jelas, mestinya tak perlu ditanyakan lagi oleh Vincent.“Apa dia memelukmu saat kau tidur?”“Meskipun tidak selalu, tapi pernah.” Lisa mengangguk, ingatannya seketika terlempar pada sebuah momen saat ibunya baru saja meninggal. Pada satu hari paling sedih dalam hidup Lisa itu, entah kenapa Ardi sedikit menunjukkan rasa simpatinya dengan tak membiarkan orang lain mengge
last updateLast Updated : 2023-12-26
Read more

73. Diary Cinta

Lisa keluar dari kamar mandi dengan rambut basah yang mengalir ke bawah, menggigil kedinginan di kamar apertemen yang terasa begitu dingin. Dia langsung mencari hair dryer untuk mengeringkan rambutnya sebelum tidur. Hawa dingin mulai menempel di kulitnya yang masih basah. “Anjir, dingin banget! Dasar, Bos reseh. Ngerjain orang aja malam-malam kayak gini minta ditemani mandi. Awas aja, besok-besok nggak bakal kuangkat kalau dia telepon malam-malam kayak gini lagi,” gerutunya betul-betul jengkel. Dengan cermat, Lisa mengarahkan aliran udara hangat hair dryer ke setiap helai rambutnya. Hembusan angin panas itu memberikan sentuhan nyaman dan menenangkan. Lisa merasakan kehangatan menyusup ke dalam tubuhnya yang kedinginan. Sambil meniup rambutnya dengan hair dryer, dia merenung tentang apa yang baru saja dilewatinya. Percakapan video call dengan Vincent telah memberinya perasaan campur aduk, membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Lisa menggigil bukan hanya karena dingin, tetapi juga
last updateLast Updated : 2023-12-27
Read more

74. Harus Pindah

Air berkilauan di rambut Vincent ketika dia berada di tepi kolam yang cahayanya terpantul di wajahnya yang tampan. Seperti lukisan hidup, tetesan air jatuh dari ujung rambutnya yang berombak, menghiasi kulitnya yang putih cerah. Rambut basah itu memberikan sentuhan bebas dan liar pada penampilannya yang biasanya selalu terlihat rapi.Wajah Vincent yang dihiasi senyuman lembut seakan menyiratkan kedamaian dan kebahagiaan. Matanya yang memandang layar ponsel dengan intens, seperti membius Lisa dan membuatnya lumpuh di bawah pesona sang CEO.Bibir Vincent membentuk senyum menggoda ketika dia melihat reaksi Lisa. Tubuhnya yang atletis tampak jelas, dan otot-otot terdefinisikan dengan indah saat dia berdiri di bawah sinar matahari pagi. Lisa hampir kehilangan kata-kata. Jantungnya berdetak kencang, bagaimana bisa pria itu tampak begitu indah? Dan keindahan itu miliknya, meskipun hanya untuk sementara. “Kamu suka dengan mobil barumu, Lisa?” Vincent bertanya sambil mengusap air yang mengal
last updateLast Updated : 2023-12-27
Read more

75. Kejutan Buat Ayah

Lisa menyusuri setiap sudut apartemen barunya di lantai 9, merasakan atmosfer yang berbeda dari apartemen yang pernah ia tempati sebelumnya. Meski ukurannya lebih kecil dan kemewahannya tak sebanding, tetapi setiap dia bersyukur diberi kesempatan tinggal di sini. "Kalau kamu harus sewa sendiri berapa duit coba, Lisa? Lumayanlah daripada lu manyun,” gumam Lisa pada dirinya sendiri, senyumnya merekah meski raut wajahnya sedikit melankolis. Barang-barangnya mulai menemukan tempatnya yang baru. Tapi Lisa tak memiliki banyak barang pribadi karena semua hilang saat banjir terjadi. Dia menyusun beberapa buku barunya di rak, dan merapikan sedikit pernak-pernik yang membuat tempat itu terasa seperti miliknya."Bukan seberapa besar atau seberapa mewah tempat ini, tapi seberapa banyak kenangan yang kita bangun di dalamnya," ucapnya sambil mengingat perjalanan hidupnya selama ini.Lisa menatap jendela yang menghadap ke luar. Pemandangan dari apartemen barunya tak seindah yang dulu, tetapi sentu
last updateLast Updated : 2023-12-27
Read more

76. Ingin Istirahat

Vincent melangkah keluar dari pintu kedatangan bandara, terlihat santai dan nyaman dengan gayanya yang kasual, memakai kemeja putih dan celana jeans biru tua. “Selamat datang, Pak Vincent.” Bona menyambut dengan penuh hormat, dia mengambil jaket dari pundak Vincent dan membawakannya. Mereka mengobrol sepanjang perjalanan menuju lobi bandara. Sebuah mobil mewah sudah menunggu mereka. Sang sopir segera membukakan pintu mobil bagian belakang untuk Vincent. Sementara itu Rini, beserta dua asisten pribadi mereka yang ikut serta ke Italia, sudah dijemput pulang oleh sopirnya yang lain. "Kita langsung ke rumah, Pak?" tanya Bona. Namun, jawaban Vincent membuat Bona terkejut, "Ke apartemen saja, Bon. Kudengar Lisa sedang tidak enak badan, aku ingin mengeceknya sebentar." Bona mencoba menyembunyikan ekspresi kecewanya, dia memang berniat ingin membawa Vincent ke apartemen itu, tapi bukan untuk Lisa, melainkan untuk Dennis dan Nuning. Bona mencoba memahami dinamika hubungan di antara bos
last updateLast Updated : 2023-12-27
Read more

77. Dicari Dennis

Dennis menatap sedih ke luar jendela, memandang kegelapan malam yang mencerminkan perasaannya. "Kenapa Ayah nggak nginap sama kita aja, sih, Bunda?" Nuning membelai lembut rambut puteranya, mencoba memberikan pengertian. "Dennis, Ayah pulang karena menghormati Bunda. Bagaimanapun, Ayah dan Bunda sudah bukan suami-istri lagi, dan kurang pantas kalau Ayah menginap di sini," jelasnya dengan sabar.Namun, Dennis masih terlihat cemberut. "Tapi Ayah kan bisa tidur sama Dennis, Bun? Dennis kangen bisa mengobrol sepanjang malam sama Ayah," ujarnya dengan nada yang penuh kesedihan.Nuning mencoba meyakinkannya, "Dennis, Ayah baru saja tiba dari Italia, dan dia pasti lelah. Ayah butuh istirahat sejenak malam ini. Lagipula, besok masih ada waktu untuk kalian bersama-sama," bujuk Nuning, berharap Dennis bisa memahami dan menerima keadaan mereka yang sudah tidak sama lagi seperti dulu.“Besok, kira-kira Ayah sudah cukup istirahat belum ya, Bun?”Nuning tersenyum. Sejak dulu putranya memang cender
last updateLast Updated : 2023-12-27
Read more

78. Bundaku Satu-Satunya

Vincent melihat Dennis menikmati secangkir teh di balkon lantai atas. "Halo, sayang!" teriak Vincent sambil melambaikan tangan dari bawah, ekspresi wajahnya penuh sukacita. Tanpa menunggu, dia segera bergegas memasuki rumah dan menaiki tangga menuju balkon tempat Dennis berada. Balkon tempat Dennis menikmati teh itu terbuka lebar, memberikan pemandangan yang mempesona ke arah Teluk Jakarta. Rumah mereka berada di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), sebuah daerah elite yang menyajikan pemandangan indah laut dan kawasan teluk yang damai. Di lantai atas rumah, dari balkon tersebut memberikan panorama yang menakjubkan, terutama di pagi hari ketika sinar matahari mulai memancar menyinari laut lepas. Udara segar dari laut terbawa angin, membuat pagi mereka semakin sejuk dan nyaman. Balkon tersebut juga dilengkapi dengan kursi dan meja kayu yang membuatnya menjadi tempat yang sempurna untuk menikmati momen bersantai di pagi hari. "Maaf, kamu harus mencari-cari Ayah. Kenapa tidak telepon saj
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more

79. Hak dan Kewajiban

Seminggu lebih telah berlalu, tak sekalipun Vincent menghubungi Lisa atau menjenguknya di apartemen. Seluruh perhatiannya tertuju pada Dennis, putra semata wayangnya yang sedang berlibur di Jakarta bersama sang bunda. Keberadaan Dennis sepenuhnya mendominasi pikiran dan waktu Vincent. Dia bahkan mengambil cuti kerja agar bisa sepenuhnya menemani Dennis yang sedang berlibur. Bona pun dengan senang hati mengatur jadwal mereka. Sang asisten pribadi itu dengan cekatan mempersiapkan segala hal agar setiap momen liburan mereka berjalan sempurna. Vincent dengan senang hati mengajari Dennis menyetir mobil, menembak, berkuda, dan berolahraga bersama. Setiap momen itu dipenuhi tawa dan keceriaan. Vincent merasa bahagia bisa bertindak sebagai ayah yang aktif dan terlibat dalam kehidupan anak lelakinya yang sudah menjelang remaja. Mereka membentuk ikatan ayah dan anak yang semakin kuat, dan setiap kegiatan bersama menjadi kenangan berharga yang tidak akan terlupakan. Dennis juga terlihat bah
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more

80. Menghindar Sejenak

Lisa dan Vincent berbaring di ranjang dengan keringat yang membasahi tubuh mereka. Percintaan yang baru saja terjadi betul-betul menguras energi Lisa. Vincent yang selalu saja prima di atas ranjang membuat Lisa terkapar dengan mudahnya. Apalagi Vincent datang dengan membawa hasratnya yang menggebu. Seminggu lebih libur bercinta, ditambah hasratnya yang terbendung terhadap Nuning. Vincent pun melampiaskannya lewat Lisa."Tumben kamu kalem banget hari ini, Lisa? Ada masalah?" tegur Vincent sambil menyentuh wajah Lisa yang tampak sedikit berbeda dari biasanya, seperti tak terlalu bergairah.Lisa menggeleng sebagai jawaban. "Saya hanya memikirkan sesuatu, Pak," ujarnya mencoba berterus terang."Apa itu?" Vincent menyangga kepalanya dengan satu tangan, tidur miring menghadap Lisa yang masih tampak lelah setelah melayani nafsu Vincent yang besar padanya. "Bagaimana kalau saya betul-betul difungsikan sebagai asisten pribadi Bapak saja? Saya ingin berada di sekitar Bapak setiap hari, bukan h
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more
PREV
1
...
678910
...
20
DMCA.com Protection Status