Semua Bab Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku: Bab 91 - Bab 100

200 Bab

91. Asisten Pribadi Junior

Jam sepuluh pagi, bandara internasional Soekarno-Hatta dipenuhi dengan kesibukan orang-orang yang berlalu lalang dengan tujuannya masing-masing. Di tengah keramaian itu, Nuning dan Jaka akan segera kembali bertemu setelah beberapa waktu terpisah. Ekspresi tak sabar menghiasi wajah keduanya ketika mereka saling mendekat dan akhirnya bertemu di pintu kedatangan.Mata mereka berbinar penuh kebahagiaan, tanpa ragu mereka berciuman singkat untuk melepas rindu di tengah-tengah keramaian bandara. Ciuman itu menjadi ungkapan dari segala kerinduan yang selama ini terpendam.“Maaf, sayang, aku menunda keberangkatanku semalam dan baru bisa pulang pagi ini,” kata Jaka penuh sesal. “Kemarin ada masalah mendesak yang harus kuselesaikan. Untungnya aku belum sempat terbang ke Jakarta,” katanya memberitahukan alasan tertundanya kepulangannya ke Jakarta.“Tapi sekarang sudah beres urusannya?” tanya Nuning sambil bergelayut manja pada sang suami.Jaka mengangguk dan tersenyum. “Sudah dong, makanya aku l
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-03
Baca selengkapnya

92. Terjebak di Dalam Kamar

Lisa turun dari ojek online yang ditumpanginya, dia bergegas menuju lobi apartemen yang ditempati Nuning. Setelah melewati pintu pemeriksaan yang dijaga ketat, dengan langkah yang cepat dan terburu-buru, Lisa memasuki lift. Sesampainya di depan pintu apartemen, ia memencet bel. Namun, setelah menunggu beberapa menit tak ada tanggapan sama sekali. Lisa memencet bel berulang kali, tapi masih juga tidak ada tanggapan. Iapun yakin sedang tidak ada orang di dalam. Mengambil ponselnya, Lisa menelepon Bona untuk meminta nomor telepon Nuning. Namun, si asisten pribadi seniornya itu tidak mengangkat teleponnya, membuat Lisa semakin gelisah. "Molor kali dia ya? Mas Bona kan lagi demam, mungkin habis minum obat flu, jadinya teler dan ngantuk berat. Ck! Beneran, pasti ini Mas Bona lagi molor," gerutunya sambil menghentikan panggilan teleponnya. "Ah, iya!" Mata Lisa berbinar-binar ketika dia teringat sesuatu. Ia merogoh isi tasnya, "Untungnya aku belum mengembalikan access card ini ke Mas Bona, a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-03
Baca selengkapnya

93. Privasi

Lisa menepuk jidatnya, tak tahu harus bagaimana lagi. "Sudah dulu ya, Bos. Jangan telepon lagi. Pokoknya jangan telepon saya dulu, nanti saya ceritakan pas kita ketemu." Lisa menutup telepon dengan cepat, mengelap keringat yang mengalir di keningnya. Dia harus memikirkan cara keluar dari situasi ini. Lisa mengintip ke luar ketika sudah tak mendengar suara apa-apa lagi. "Ah, sial. Kenapa mereka malah rebahan di karpet sih? Bukannya masuk kamar aja!" gerutunya. Sebuah pesan dari Vincent masuk ke ponselnya. [Lisa, sebenarnya ada apa?] "Buset si Bos kepo amat sih," gumam Lisa sambil mengetik sebuah pesan balasan. [Saya tadi masuk ke apartemen Bu Nuning pakai access card yang masih ada di saya, Bos. Tapi sekarang saya malah terjebak di kamar Dennis. Di luar ada Bu Nuning dan suaminya, mereka lagi bercinta. Hot banget gilaaa.] Vincent yang membacanya seketika terpingkal-pingkal dengan wajah merah padam menahan geli. Dia bisa membayangkan situasi yang sedang dialami Lisa saat ini. Vin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-04
Baca selengkapnya

94. Di Dalam Istal

Vincent membuka pintu istal sambil menggandeng Lisa. Bodyguardnya berdiri di luar, menjaga keamanan dan memastikan privasi sang majikannya terjaga. Helaian jerami di lantai memberikan nuansa alami. Di pojok ruangan, terdapat beberapa kursi jerami yang disusun rapi, menciptakan suasana yang nyaman dan santai. Setelah memastikan bahwa hanya ada mereka berdua di tempat itu, Vincent memandang Lisa dengan penuh arti. “Lisa,” ucapnya dengan suara lembut, matanya terus menatap Lisa. Dan dalam sekejap, bibir mereka bertemu, tanpa kata-kata lagi bibir mereka saling melumat penuh nikmat. Suara desiran daun dan cahaya bermain-main di wajah mereka. Vincent membelai rambut panjang Lisa, “Saya kangen sama kamu,” bisiknya sambil tersenyum dan melumat bibir Lisa lagi dengan begitu lembut, seperti magnet dengan dua kutub berbeda yang saling menempel erat. Lisa mendesah ketika tangan Vincent mulai merayap ke balik blusnya, tangan pria itu bermain-main di puncak dadanya yang kini mulai mengeras ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-04
Baca selengkapnya

95. Kekecewaan Dennis

“Silakan menunggu Tuan Vincent di vila saja, Mas Dennis.” Seorang bodyguard menyarankan seraya tersenyum lembut. Dennis menghela napasnya dengan perasaan gusar. “Kalau ayahku sudah selesai dengan urusannya, katakan padanya aku menunggunya di villa.” “Siap, Mas Dennis.” Si bodyguard mengangguk hormat. Dennis melanjutkan langkahnya menuju villa. Hatinya dipenuhi pertanyaan dan rasa kecewa. Apa yang membuat ayahnya begitu sibuk hingga tak bisa meluangkan waktu sebentar saja untuknya? Dennis menunggu di villa, dengan harapan ayahnya akan segera datang dan memberikan penjelasan. Dennis merasa gerah dan tak mendapati pakaian gantinya. Dia jadi uring-uringan dan semakin marah karena Vincent tak kunjung datang, bahkan panggilan teleponnya diabaikan. Dennis yang berada di lantai dua villa melangkah ke dekat jendela besar, dia menatap ke arah istal dengan hati sedih. “Aku tak selalu berada di sisimu, Yah, tapi kenapa Ayah tetap saja mendahulukan kepentingan yang lainnya daripada aku?” gu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya

96. Bertemu Mantan Rival

Saat Vincent duduk di sofa, Jaka bergabung dengannya dan segera menciptakan percakapan yang akrab. Meskipun mereka pernah menjadi rival dalam memperebutkan hati Nuning di masa lalu, tapi kini mereka malah terlihat seperti dua orang sahabat yang lama tak bertemu.“Bisnisku lancar, Vin. Berkat bantuanmu juga. Terima kasih sudah merekomendasikan beberapa orang untuk mengisi posisi di perusahaanku, mereka orang yang loyal dan berdedikasi tinggi. Meskipun gaji yang bisa kuberikan tak setinggi yang pernah kau berikan untuk mereka, tapi mereka betah-betah saja.”Vincent tertawa. “Ah, itu karena tuntutan dan tekanan pekerjaan di perusahaanku sangat tinggi, makanya kami juga membayar keringat mereka dengan tinggi. Sedangkan di tempatmu, tak perlu setegang itu bekerjanya, kan? Income yang mereka dapatkan darimu sudah sepadan kok, Jak. Jangan khawatir.”Jaka bersandar santai di sofa sambil memandang Vincent dengan sorot yang ramah. “Bagaimana denganmu sendiri, Vin? Pasti sangat sibuk.” Vincent
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya

97. Masih Marah

Vincent merenungi sejenak tentang hubungan dan perasaannya dengan Lisa. Saat keluar dari istal bersama Lisa tadi, bodyguardnya memang menyampaikan bahwa Dennis mencarinya dan sempat ingin masuk untuk bertemu dengan Vincent, tapi mereka mencegahnya. Dan entah bagaimana, sepertinya Dennis tahu bahwa Vincent sedang bersama Lisa di dalam istal itu. Vincent mengusap wajahnya dengan perasaan kalut. Dia bisa memahami kemarahan Dennis. "Sepertinya asisten pribadi yang dimaksud Dennis adalah Lisa. Dan jawaban dari pertanyaanmu tadi adalah tidak.” Vincent mendesah pelan. “Jak, tidak ada hubungan asmara antara aku dan asisten pribadiku itu. Aku juga tidak mungkin melakukan hal semacam itu di depan Dennis," jawab Vincent tidak sepenuhnya salah. Vincent memang tidak sedang menjalin hubungan asmara dengan Lisa, bukan? Kontak fisik yang terjadi antara mereka selama ini semata-mata berdasarkan transaksi, Lisa melayaninya karena Vincent membayarnya. Itu saja. Jaka mengangguk-angguk, “Vin. Aku tahu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-06
Baca selengkapnya

98. Sulit Diabaikan

Lisa memegang ponselnya dengan gugup. Pikirannya dipenuhi kerinduan akan suara Vincent, dia membutuhkan kehadirannya sekarang. Iapun menelepon Vincent, ingin mendengar suaranya saja. Setelah beberapa detik menunggu, akhirnya Vincent menerima teleponnya. "Ada apa?" Vincent menyahut dengan suara datar. Hanya dari mendengar suaranya, Lisa bisa merasakan bahwa pria itu sedang berbicara tanpa senyuman. Mata Lisa menyipit, merasakan perbedaan sikap Vincent, bosnya itu tidak ramah seperti biasanya. Lisa menelan ludah, mendadak dia merasa gugup. "M-maaf, mengganggu malam-malam begini, Bos," dia segera berpikir cepat. "Mas Bona sepertinya masih sakit, saya belum menerima instruksi apapun darinya terkait pekerjaan yang harus saya lakukan mulai besok sebagai asisten pribadinya Bos," katanya beralasan, tak mungkin dia terang-terangan mengatakan 'kangen', karena itu hanya hak Vincent, bukan haknya. "Jadi, mohon arahannya, Bos." "Kalau sampai besok masih belum ada kabar dari Bona, kamu besok data
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-08
Baca selengkapnya

99. Aturan Pak Bos

Tanpa menyurutkan senyum ramahnya, Lisa berkata kepada kedua pria bule yang baru saja menjadi teman barunya itu, “Je m'excuse, M. Vincent m'appelle. Je suis son assistant personnel. Enchanté de faire votre connaissance, Pierre et Jacques." (Saya permisi, Pak Vincent memanggil. Kebetulan saya asisten pribadi beliau. Senang bertemu denganmu, Pierre dan Jacques.) Tampak keterkejutan di mata Pierre dan Jacques begitu mendengar bahwa Lisa ternyata asisten pribadi sang CEO. Keduanya segera menjawab bersamaan, “Enchanté de faire votre connaissance, Lisa.” (Senang bertemu denganmu, Lisa.) Pierrre dan Jacques memandang Lisa yang kini berjalan menuju lift VIP, di mana sang CEO Sutomo Land Corporation tengah menunggu asisten pribadinya yang cantik itu. Kedua pria bule itu mengangguk hormat dan tersenyum kepada Vincent dan sang CEO hanya mengangguk singkat dengan senyum tipis di bibirnya. Sementara itu, langkah kaki Lisa yang beralaskan sepatu berhak tinggi karya desainer Perancis bernama Chri
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-08
Baca selengkapnya

100. Agenda Sang CEO

Lisa rasanya tak memiliki kesempatan untuk terkejut, terlebih ketika Vincent semakin merapatkan tubuh mereka, pria itu mengalungkan kedua tangannya di pinggul Lisa, masih memegangi tas kerjanya yang bahkan belum sempat diletakkan. Ciuman pria itu segera membuai Lisa dengan rasa adiktifnya yang khas, memabukkan dan membuat Lisa serasa melayang-layang hanya karena ciumannya saja. Lisa menjatuhkan tasnya dan mengalungkan kedua lengannya di leher Vincent. Bibir mereka saling melumat lembut. Lisa memejamkan mata ketika lidah Vincent menerebos lipatan bibirnya, membuai rongga mulutnya, membelai barisan giginya dengan kelembutan yang memecut gairah Lisa. Vincent melenguh pelan, sebisa mungkin meirihkan suaranya agar tak sampai menerobos pintu dan terdengar oleh sekretarisnya di luar. Lisa dan Vincent tampak begitu menikmati momen sensual mereka.“Sial,” keluh Vincent ketika merasakan tubuh bawahnya menjadi tegang. Celananya mendadak terasa sesak oleh dorongan hasratnya yang terkurung denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
20
DMCA.com Protection Status