Home / Romansa / Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku: Chapter 111 - Chapter 120

200 Chapters

111. Sudah Saatnya Mundur

Dengan langkahnya yang tegap dan mantap, Vincent memasuki coffee shop yang dipenuhi dengan aroma kopi yang khas dan menyegarkan. Cahaya lampu yang lembut menyinari ruangan yang ramai dengan obrolan para pelanggan yang sedang menikmati minuman mereka. Di sudut ruangan, dia melihat meja yang ditempati oleh Yuna dan Tamara, dua wanita yang sudah menanti kedatangannya. Yuna, melambaikan tangan dan memberikan isyarat ke arah kursi kosong di depannya. "Memangnya si Bona nggak mengingatkan kamu tentang jadwal kita ini?” tegurnya ketika Vincent sampai di hadapannya. “Sorry-sorry. Sudah kok, tapi tadi aku sedang keasyikan mengerjakan sesuatu.” Vincent memberikan senyuman lembut sebagai tanggapan, lalu beralih ke arah Tamara yang duduk di sebelah kakaknya. Tatapan keduanya bertemu dan mereka berbagi senyum. Kedua wanita itu segera berdiri menyambut Vincent. Yuna merentangkan tangan dan Vincent segera memeluk sang kakak disertai tepukan lembut di pundak Yuna. Vincent kemudian mengarahkan lang
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

112. Di Area Publik

Setengah jam berlalu, Lisa merenung dalam kenikmatan kopinya, sementara itu Vincent dan Tamara masih asyik dengan percakapan pribadi mereka. Di dalam ruangan coffee shop yang dipenuhi aroma kopi, Lisa tersenyum tipis memperhatikan keduanya. “Dia cantik, kelihatan cerdas dan juga berkelas," gumam Lisa pada dirinya sendiri. "Wanita itu cocok bersanding dengan Pak Vincent, sebagai istrinya … bukan sebagai simpanan sepertiku.” Setelah menghirup sedikit lagi kopi yang tersisa di cangkirnya, Lisa menatap jam di pergelangan tangannya. Waktunya untuk kembali ke apartemennya untuk mandi dan menyiapkan pakaian ganti sebelum menuju rumah sakit. Besok, pagi-pagi sekali, Niken dan Naura harus kembali ke Bandung, karena Naura harus bersiap menghadapi ujian skripsinya dan Niken harus bekerja, meskipun sudah memohon tapi perusahaan tempat Niken bekerja tidak mengabulkan permintaannya tentang cuti tambahan untuk mengurus sang kakak. Karena itulah, atas dasar iba, maka dengan lapang dada Lisa mengaj
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

113. Si Bodoh Lisa

Di dalam restoran, Vincent memperlakukan Tamara dengan lembut. Dengan langkah yang halus, ia mendekati kursi yang hendak ditempati Tamara, sambil tersenyum ramah, Vincent menarik kursi itu keluar untuknya. Tamara balas tersenyum sebagai ucapan terima kasihnya. Vincent juga ingin memberikan perlakuan yang sama kepada Lisa. Dia ingin menunjukkan kelembutan yang sama pada asisten pribadinya tersebut. Dengan gerakan halus, Vincent pun beranjak menuju kursi yang akan ditempati Lisa. Namun, sebelum ia sempat menarik kursi itu, Lisa dengan sigap sudah melakukannya untuk dirinya sendiri. Lisa sepertinya tak ingin diperlakukan istimewa oleh Vincent. Vincent duduk di kursinya, berseberangan dengan Tamara. "Kamu mau pesan apa, Tamara?" tanya Vincent sambil membuka buku menu restoran yang disajikan di meja. Tamara menyampaikan pesanannya, menyebutkan menu kesukaannya dengan senyum di wajahnya. Sementara itu, ketika Vincent menoleh ke arah Lisa, dia melihat pandangan wanita itu tidak sepenuhnya
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

114. Gelombang Perasaan

Setelah santap malam, Vincent dan Tamara melangkah bersama menuju lobi hotel, dan seperti sebelumnya, Lisa mengikuti di belakang mereka. Sedan mewah Vincent sudah menunggu, Vincent membuka pintu mobil bagian belakang untuk Tamara."Saya masih ada urusan dengan Lisa, nanti ada sopir lain yang akan menjemput kami. Kamu pulanglah lebih dulu, Tamara. Terima kasih telah bersedia menjadi teman duetku untuk menyanyi di acara ulang tahun orang tuaku nanti," ucap Vincent dengan suara lembut, mencoba memberikan penjelasan tanpa menyakiti perasaan wanita itu.Tamara terkejut, dia mengira Vincent akan mengantarnya pulang dengan mobil yang sama. Dalam hatinya, ia berharap Vincent akan mengubah keputusannya dan menyertainya pulang. Namun, dia segera menyadari bahwa Vincent seperti tak sepenuhnya berminat kepadanya. Vincent tampaknya hanya menghargainya sebatas teman duet belaka. Tamara menyembunyikan kekecewaannya dengan tersenyum. “Baiklah. Terima kasih atas makan malamnya, Vin.” Dia lalu memanda
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

115. Panggilan Itu Bukan Untukku

Lisa membuka mata dengan perlahan, dan pandangannya segera disambut oleh suasana yang asing baginya. Kamar yang berukuran luas, perabotan yang elegan, semuanya jauh berbeda dengan kamar yang biasa ia tempati di sebuah apartemen yang ukurannya lebih sempit dari ini. Namun, kebingungannya tergantikan rasa nyaman saat merasakan kehangatan lengan Vincent yang melingkari perutnya dengan lembut. Senyum mengembang di wajah Lisa ketika dia menoleh dan menatap Vincent yang masih terlelap. Rambut ikal cokelatnya yang berantakan sama sekali tak mengurangi ketampanannya. Dengan lembut, Lisa menyentuh wajah Vincent, merayapi setiap lekuk halus yang ada. Tangannya meraba rambut cokelatnya yang berantakan, dan dia tak bisa menahan rasa yang tiba-tiba melanda hatinya. "Jujur saja, aku merindukanmu," bisiknya dalam hati, sambil merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang. Namun, tiba-tiba saja Lisa tercekat ketika teringat sesuatu, dia harus ke rumah sakit pagi-pagi sekali. Dia sudah janji pada
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

116. Tak Mau Ambil Pusing

Lisa menegakkan tubuh di bawah air pancuran yang mengguyur dirinya, wajahnya tersembunyi di balik tetesan-tetesan air hangat. Hatinya sesak, dia berusaha menyembunyikan kekecewaannya di balik guyuran air. “Memangnya apa yang kuharapkan? Aku hanyalah wanita bayaran.” Lisa menegur dirinya sendiri. Dia tak boleh menyimpan harapan yang terlampau tinggi. Vincent Alessio hanyalah pria yang membayarnya untuk seks, tak lebih. Lisa sadar tak perlu melibatkan hati dan perasaan dalam menjalani hubungannya dengan Vincent yang berdiri di atas sebuah kontrak yang akan berakhir beberapa bulan lagi. Sementara itu di dalam kamar, Vincent duduk di tepi ranjang, dia memandang ke arah kamar mandi pribadinya yang sedang dipakai Lisa. Pria itu menghela napasnya dalam-dalam. Dia menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya. Lalu dia mengusap wajahnya dengan tangannya yang sedikit gemetar. “Apa yang sudah kulakukan tadi? Aku sedang bercinta dengan Lisa, tapi kenapa nama Nuning yang masih saja kusebut-sebu
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

117. Tak Ingin Menikah Lagi

Lisa terkagum-kagumnya melihat keindahan rumah Vincent ini. Dinding putih yang bersih dan minimalis memberikan kesan luas dan terang di setiap ruangan. Di ruang tamu, furnitur mewah dengan warna netral menghadap jendela kaca besar yang memperlihatkan pemandangan laut yang memesona. Tirai putih yang lembut menari-nari dihembus angin. Kesegaran angin laut yang masuk ke dalam rumah, menciptakan atmosfer yang terasa menenangkan. Lantai marmer berkilau dihiasi dengan karpet lembut, memberikan sentuhan hangat di bawah kaki Lisa. Dari ruang tamu, dia bisa melihat lorong yang mengarah ke ruangan lain, memperlihatkan keindahan desain interior rumah ini. Lisa melewati ruang makan menuju dapur, tampak meja kayu besar yang dikelilingi kursi empuk. Lukisan-lukisan seni modern menghiasi dinding, menambah nuansa artistik di ruangan tersebut. Di dapur, Vincent berdiri tegap dengan pakaian yang tampak sederhana namun sangat pas di tubuhnya. Kemeja lengan panjangnya digulung sedikit di siku dan cel
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

118. Merasa Sedih Untuknya

Lisa berjalan cepat menyusuri lorong rumah sakit yang hening, sesekali dia berlari-lari kecil, lalu berjalan cepat lagi. Sesaat kemudian, dia tiba di ruang perawatan dan terkejut melihat Niken dan Naura ternyata masih berada di sana."Kalian belum ke Bandung? Kan sudah kubilang kalian berangkat saja, aku pasti datang," ujar Lisa, napasnya tersengal setelah berjalan cepat sejauh itu. Kedua gadis itu hanya menatap Lisa dengan wajah sendu, lalu menggelengkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaannya. Lisa kemudian mengikuti pandangan mereka yang terfokus pada ranjang tempat Ardi berbaring."Oh. Ardi, sudah siuman?" Lisa mendekati ranjang dengan senyuman lembut di wajahnya. “Halo, Ar?” sapanya, namun senyumnya segera memudar ketika dia melihat tatapan kosong dan kebingungan di mata Ardi. Lisa berpaling ke arah Niken dan Naura, mencari penjelasan."Mas Ardi baru saja sadar semalam.” Niken memberitahu Lisa dengan suara gemetar. "Namun, dia kehilangan sebagian memori karena benturan keras d
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

119. Perawat Pribadi

Lisa merawat Ardi dengan penuh kesabaran, setiap hari menghadapi tantangan yang datang bersamaan dengan pemulihan laki-laki itu. Terapi terus dilakukan untuk membangkitkan memori Ardi. Di samping itu, dia merasa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa adik-adik Ardi, Niken dan Naura, juga mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan. Sesulit apapun situasi dan kondisi mereka saat ini, kehidupan tidak berhenti berputar. Naura perlu segera kembali ke kampus untuk melanjutkan persiapan sidang ujian skripsinya yang sudah di depan mata. Sedangkan Niken, sebagai pencari nafkah utama keluarga, harus kembali ke Bandung karena tuntutan pekerjaan yang tidak bisa dihindari. Niken tidak bisa berlama-lama berada di rumah sakit untuk mengurus Ardi. Sementara kondisi Ardi saat ini pun masih belum siap untuk dipindahkan ke Bandung. Lisa juga menyadari bahwa masa cutinya sudah mendekati batas akhir, dan dia tidak bisa terus meminta cuti tanpa batas pada Vincent. Lisa akhirnya memutuskan untuk bicara de
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

120. Menyambut Tamu

Bandara Soekarno-Hatta tampak ramai dengan kehadiran penumpang yang baru tiba dan para penjemput yang sibuk menunggu di area kedatangan. Lisa berdiri tegak di antara kerumunan orang. Tangannya diangkat tinggi, memegang selembar kertas polio yang mencolok dengan tulisan tebal 'Mr. Frederick Aubert - Sutomo Land Corp'. Lisa memandang pintu keluar dengan gelisah. Kakinya mulai pegal karena telah lama berdiri. Beberapa penjemput yang lain sibuk mengobrol dan saling bertukar cerita di sekitar Lisa, sementara ia terus memerhatikan setiap sosok yang keluar dari arah pintu kedatangan. Tak lama kemudian, Lisa melihat sosok pria bule yang melangkah mantap dan berkharisma, membawa kopor besar di tangannya. Tubuhnya tinggi dan proporsional, dengan sikap yang tegap dan percaya diri. Pakaian kasualnya yang penuh gaya dan berkelas menonjolkan sisi maskulinnya yang memikat. Rambut pirangnya yang teratur dan mata birunya yang tajam menambah daya tariknya. Lisa mengintip ponselnya, memastikan bahwa
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status