Home / Romansa / Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku: Chapter 131 - Chapter 140

200 Chapters

131. Lagu Kita

"Maaf, Tuan Aubert, saya harus merekam penampilan Pak Vincent dan putranya. Kita lanjutkan obrolan nanti lagi, ya?" ujar Lisa dalam bahasa Perancis, suaranya tegas namun dibalut dengan senyum ramah di wajahnya. Frederick memandang ke arah panggung. "Oh, itu putranya Pak Vincent ya? Tampan sekali. Saya baru pertama kali melihatnya." Dia menoleh pada Lisa dan tersenyum, "Silakan Lisa, lakukanlah tugasmu." Frederick menarik sebuah kursi dan duduk di tempatnya, membiarkan Lisa fokus pada tugasnya. Dia juga penasaran ingin melihat penampilan Vincent Alessio dan putranya. Sementara itu, Lisa sibuk mengatur kamera yang diposisikan dengan sempurna untuk merekam penampilan Vincent dan Dennis di panggung. Dia menyusun setelan kameranya dengan presisi, memastikan tidak melewatkan detail apa pun dari momen yang berharga ini. Di atas panggung, jari-jari lentik Dennis merayapi senar gitar, memulai petikan yang menciptakan dentingan-dentingan indah dari melodi lagu barat berjudul "Someone You L
last updateLast Updated : 2024-01-29
Read more

132. Tidak Lucu

"Anda keren sekali, Pak Vin! Mas Dennis juga. Kalian berdua keren banget!” puji Lisa ketika Vincent dan Dennis turun dari panggung. Ayah dan anak itu tersenyum puas atas reaksi orang-orang yang terhibur oleh aksi panggung mereka. “Tuan Alessio, Anda bukan hanya berbakat sebagai CEO tapi juga sebagai penyanyi. Suara dan aksi panggung Anda sangat memikat,” puji Frederick. Dia kemudian berpaling menatap Dennis, “Kamu juga keren sekali, boy!” Frederick mengangguk sambil mengacungkan jempol pada bocah remaja tampan yang tampak tersipu-sipu. Senyuman Dennis terukir di wajahnya yang tampan. Dia melupakan sejenak ketidaksukaannya pada Lisa, dia balas tersenyum pada asisten pribadi ayahnya itu. Pandangan Lisa berpapasan dengan sepasang mata karamel milik Vincent. Pria itu tersenyum padanya, dan Lisa juga tak bisa berhenti tersenyum untuknya. Di mata Vincent, senyuman Lisa seperti sedang mengatakan, ”Terima kasih sudah menyanyikan lagu kita.” Rasanya detik itu juga, Vincent ingin memeluk Li
last updateLast Updated : 2024-01-31
Read more

133. Lidah yang Kelu

Lisa membasuh badannya dengan air hangat yang mengguyur deras di pancuran. Dia tak peduli hari sudah malam setibanya dia di hotel, setelah makan malam yang riang di kafe tapi malah berakhir dengan kecanggungan yang tak terhindarkan. Lisa tak mengira bakal melihat Vincent bertindak setegas itu pada putra tunggal yang biasanya selalu dimanjakan itu. Dennis pun cemberut sepanjang makan malam berlangsung, tapi Vincent kali ini terlihat tak ingin “mengalah”. CEO Sutomo Land Corporation itu ternyata bisa setegas itu terhadap putranya sendiri bila melanggar sesuatu yang tampak salah di matanya.“Lisa?” Lisa tercekat mendengar suara bariton yang sudah sangat dia kenali. “Pak Vin?” Lisa mematikan pancuran. “Pak Vin?” ulangnya.“Iya, ini saya.” Suara bariton itu menyahut di luar sana dan Lisa merasa lega mendengarnya, yang penting itu Vincent Alessio, bukan orang lain.Vincent berjalan ke kamar mandi, dan Lisa terkejut melihat pria itu sudah dalam keadaan telanjang, dengan langkahnya yang mant
last updateLast Updated : 2024-01-31
Read more

134. Wanita yang Menggemaskan

“Entahlah Ayah ada di mana, sejak tadi pagi aku juga mencarinya, Uncle.” Dennis berbicara dengan Jaka di telepon dengan wajah ditekuk kesal karena tak menemukan Vincent di semua ruangan presidential suite yang sedang mereka tempati ini."Om, Ayah ke mana sih?" keluh Dennis dengan wajah cemberut saat melihat Bona baru saja keluar kamar dan sudah rapi dengan penampilannya yang segar dan kasual."Sepertinya sedang ada rapat dengan Tuan Aubert, Mas Dennis. Ada proyek penting yang sedang mereka kerjakan bersama, mungkin Pak Vincent tak sabar ingin membahasnya lebih cepat," sahut Bona sambil mengangguk pada Dennis dengan sorot meyakinkan.Dalam hatinya Bona sudah bisa menebak bahwa Vincent mungkin saat ini sedang bersama Lisa di kamar yang lain, tapi dia harus memberikan alasan yang masuk akal agar Dennis tidak curiga. Sebagai asisten Vincent yang setia, Bona ingin melindungi privasi majikannya, meskipun Dennis adalah putra tunggal Vincent sendiri.Dennis masih memandang Bona dengan raut wa
last updateLast Updated : 2024-01-31
Read more

135. Menginginkanmu Sejak Awal

Pagi itu, angin sepoi-sepoi laut menyambut mereka saat kapal pesiar pribadi milik Vincent meluncur tenang di perairan yang biru. Di sebuah sofa yang empuk dalam ruangan kapal itu, Lisa duduk dan menyandarkan kepalanya yang terasa pening. “Padahal semalam aku sudah cukup tidur, tapi rasanya kok masih saja mengantuk seperti ini sih?” Lisa mencoba minum kopi untuk mengganjal rasa kantuknya, tapi dia malah merasa mual. “Tumben perutku menolak kopi,” gumamnya sambil meletakkan cangkir kopi panas yang cuma disesapnya sedikit ke sebuah meja. Matanya kembali memandang ke luar jendela kaca yang menampilkan pemandangan lautan luas yang cantik.“Lisa, kemarilah,” ajak Vincent yang muncul di ambang pintu, pria itu tersenyum kepadanya seraya melambaikan tangannya agar Lisa mendekat.Mau tak mau Lisa bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah Vincent. Pria itu mengajaknya ke dek kapal. "Kamu ingat pulau itu, kan?” bisik Vincent dengan senyum misteriusnya, sambil menunjuk ke arah sebuah pulau yang
last updateLast Updated : 2024-01-31
Read more

136. Pulau Pribadi

Kapal pesiar pribadi Vincent melambung di perairan tenang sebelum akhirnya berlabuh di dermaga pulau yang indah. Momen ini ditemani oleh ketenangan suasana pagi, di mana sinar matahari berusaha menerobos kabut pagi dan menyinari perairan biru yang memukau. Deru mesin kapal perlahan mereda, senandung mesin yang tadinya dominan kini digantikan oleh koor riuh gemericik air dan suara angin yang berbisik lembut. Ketika kapal mendekati dermaga, pantulan cahaya matahari menari-nari di permukaan air, menciptakan berlian-berlian berkilau yang menyambut kedatangan mereka. Dermaga yang terbuat dari kayu kokoh menanti, siap menyambut tamu-tamu istimewa yang akan melangkah dari kapal. Vincent, berdiri di geladak kapal dengan Dennis di sisinya, memandang pulau yang di hadapan mereka dengan penuh kekaguman. Kedamaian pagi meresapi setiap sudut, menciptakan aura magis yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Kapal pesiar kecil yang mereka tumpangi akhirnya bersandar di tempatnya dengan gemuruh yang
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

137. Kamu Terlalu Berharga

Frederick melangkah dengan langkah hati-hati di sepanjang pinggiran pantai yang tenang. Tangannya memegang selembar blok catatan dan pensil yang siap digunakan untuk merekam segala inspirasi yang mungkin muncul. Angin laut membawa harum asin yang menyegarkan, suara ombak yang lembut menciptakan latar belakang yang menenangkan. Setiap detail di pulau itu menjadi fokus perhatiannya. Ia mencatat dengan seksama karakteristik pepohonan yang rindang, bentuk unik bebatuan di sekitar pantai, serta warna-warni bunga yang tumbuh dengan liar. Dalam beberapa langkah, Frederick menemukan jejak-jejak burung laut yang melintasi pasir putih, dan itu pun menjadi catatan pentingnya. Pulau terpencil ini memberikan nuansa eksotis yang sempurna untuk merancang resort yang menyatu dengan alam. Setiap sudut pulau menjadi potensi bagi desainnya yang unik dan eksklusif. Sambil menikmati suasana tenang, Frederick mencatat ide-ide untuk desain bangunan, taman, dan fasilitas yang akan menjadi daya tarik utama
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

138. Perhatian Manis

Bangunan semi permanen di pulau itu terhampar di antara pepohonan hijau yang memberikan keteduhan alami. Desainnya sederhana namun terasa begitu nyaman, terbuat dari material ramah lingkungan yang menyatu dengan keindahan alam sekitarnya. Terdapat ruangan terbuka dengan dinding-dinding kaca, memungkinkan sinar matahari pagi masuk dengan lembut, menciptakan suasana hangat di dalamnya. Ruangan itupun dijadikan tempat rapat yang diadakan secara mendadak oleh Vincent. Vincent Alessio menempati kursi yang terletak di ujung sebuah meja besar yang terbuat dari kayu. Frederick Aubert, sang arsitek, duduk di sisi lain, mempersiapkan sketsa dan ide-ide awal untuk merancang resort di pulau ini. Pak Antony dari divisi engineering Sutomo Land Corporation dan dua orang timnya duduk berseberangan dengan Frederick. Sedangkan Lisa duduk di sebelah Vincent Alessio, dengan laptop dan buku tulis terbuka di depannya, siap mencatat setiap diskusi yang akan mengalir hingga beberapa jam ke depan. Ruang rapa
last updateLast Updated : 2024-02-02
Read more

139. Kegelisahan

Rombongan Vincent meninggalkan pulau ketika hari sudah menjelang sore. Suasana senja melingkupi langit dan laut, menciptakan pemandangan yang memukau. Warna oranye kemerahan merayap di langit, menciptakan perpaduan warna yang memesona di cakrawala. Keindahan itu memayungi perjalanan mereka. Kapal pesiar pribadi milik Vincent itu meluncur tenang di lautan biru yang memantulkan cahaya senja.Di tengah perjalanan, rasa mual yang telah dirasakan Lisa sebelumnya kembali menyerang. Gelombang yang lembut di lautan, meskipun indah, memicu reaksi lambungnya yang sensitif. Dengan langkah hati-hati, Lisa mundur ke bagian belakang kapal untuk meredakan rasa mualnya yang memburuk.Vincent yang sedang berkaraoke bersama Frederick kebetulan sedang menoleh ke arah belakang, dan dia melihat Lisa yang baru saja menyelinap keluar. Di akhir lagu, Vincent menyerahkan mic di tangannya kepada Dennis, “Suaramu bagus, berduetlah dengan Tuan Aubert,” katanya sambil menepuk pelan pundak sang putra. Lalu dia jug
last updateLast Updated : 2024-02-02
Read more

140. Tergugah

“Permisi, Pak Vincent, mobil Anda sudah siap setiap saat. Tuan Aubert juga sudah siap.” Lisa memberitahu Vincent yang sedang menikmati kopi paginya sambil mengobrol bersama Dennis di sebuah balkon. Vincent menoleh begitu mendengar suara asisten pribadinya itu. “Terima kasih, Lisa.” Dipandanginya wajah Lisa yang sudah tampak lebih segar pagi ini. “Kamu sudah enakan?” tanyanya sambil mengamati lekat-lekat sosok Lisa yang berdiri di sebelahnya. Lisa tampak ayu dengan pakaian ‘bepergian’ berupa gaun selutut, warna krem gelap yang kontras dengan kulitnya yang putih cerah. Rambut panjangnya berkibar cantik tertiup angin. “Sudah, Pak. Terima kasih atas bantuannya. Saya sudah sehat sekarang.” Lisa mengangguk dengan gestur hormat.“Syukurlah.” Vincent tersenyum dengan pandangannya yang lembut kepada Lisa. Lisa balas tersenyum dan segera pamit meninggalkan tempat itu, membawa serta degup jantungnya yang mulai menggila di bawah tatapan Vincent Alessio yang terasa begitu menggodanya. “Kita pu
last updateLast Updated : 2024-02-02
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
20
DMCA.com Protection Status