"Pembunuh!" Arini berdiri sembari memegangi kendaraan matiknya. Ia menggeleng dengan cepat tanda membantah tuduhan itu. "Kau, pembunuh!" Lagi Dan lagi kata itu terus berulang keluar dari mulut seorang laki-laki. Lelaki itu menatap Muchi yang telah berlumuran darah dan tergeletak di aspal. Bola mata yang tak lagi berada di tempat serta organ-organ tubuh lain yang telah bercecer. "Pak, eh, Mas aduh Om ... saya minta maaf." Ia segera turun dari sepeda motornya. Menatap ke kiri dan kanan. Jalanan sepi, bisa saja dirinya langsung melarikan diri. "Tapi sungguh, bukan saya yang menabraknya." Bibirnya telah pucat, tubuh dengan tinggi di bawah rata-ratanya pun bergetar. Peluh juga sudah membasahi pelipis. "Jika semua penjahat jujur, mungkin penjara akan penuh." Setelah mengatakan itu, dirinya segera merengkuh tubuh Muchi, lalu melangkah memasuki gerbang. Arini menepikan motor. Ia melepas helm, lalu mengikuti langkah lelaki yang tengah dirundung duka. Kenapa harus dibawa ke rumah? Menga
Last Updated : 2023-09-15 Read more