Home / Pernikahan / Simpanan Cantik Sang Presdir / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Simpanan Cantik Sang Presdir : Chapter 31 - Chapter 40

196 Chapters

Tawaran Elsyam

Arini menoleh, saat melihat jika suaminya tengah melangkah ke arah ranjang. Ini keadaannya jauh lebih tenang, ia juga melihat sang kepala pelayan di rumah itu segera meninggalkan kamar. "Maaf, tadi aku sempat memukulmu Tuan," ujar Arini. Tadi saat Elsyam menggendongnya untuk keranjang, keadaannya masih sangat kalut ia masih terbawa dengan suasana maka dari itu tidak menyadari jika yang ada di hadapannya adalah seorang tuan besar. "Aku ti—" ucapan dari hari ini terhenti saat jari telunjuk lelaki itu mendarat di bibirnya."Sudah, jangan dijelaskan lebih baik kamu istirahat saja," ujar Elsyam. Dirinya merasa heran dengan apa yang terjadi kepada emosinya, yang meluap-luap saat melihat Arini dalam keadaan seperti tadi, tetapi jika langsung berhadapan dengan wanita itu emosinya seketika menghilang. "Aku mau membersihkan diri dulu," ungkap Elsyam.Arini menatap ke arah ke meja yang dikenakan oleh suaminya itu. Tanpa diberitahu pun dirinya sudah mengetahui apa yang terjadi
Read more

Jodoh Untuk Rido?

Arini menatap pantulan wajahnya di cermin, rambutnya masih basah semalam dirinya sudah benar-benar menjadi seorang istri dan bukan gadis lagi. Namun, ucapan-ucapan dari Haruni membuat dirinya takut takut jika suatu saat Elsyam pasti akan membuangnya juga perempuan seperti Haruni saja yang model ternama bisa dibuang oleh lelaki itu apalagi dirinya yang bukan apa-apa. Dirinya menyesal, mengapa semalam terlalu mudah mengatakan iya saat lelaki itu mengajaknya kenapa dirinya tidak mempertimbangkan dahulu jika sampai lelaki itu sudah menyentuh tubuhnya pasti dirinya akan segera ditendang ke jalanan. 'Bodoh ... bodoh ... bodoh kamu Arini.' jika sampai dirinya dibuang ke jalanan, memangnya siapa yang akan mau menerimanya pernikahan saja masih sebatas agama belum tercatat dalam hukum sangat mudah bagi dirinya tergantikan dibuang."Ayo, turun kita sarapan bersama," ujar Elsyam yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya.Apalagi lelaki itu seperti nampak tidak terjadi sesua
Read more

Kontrakan Arini

Sudah satu minggu berlalu, setelah kejadian malam pertama itu Elsyam menghindari dirinya. Arini merasa bingung apakah benar jika sekarang dirinya sudah dibuang oleh El? Ataukah saat malam pertama dirinya melakukan kesalahan? Bahkan lelaki itu selalu kerja lembur sudah dua hari pun tidak pulang.Arini tidak berani untuk menelpon lelaki itu terlebih dahulu dirinya takut jika Apa yang dilakukan justru mengganggu kegiatan Elsyam. Wanita itu memilih untuk bangkit, lalu meraih tas dan ponselnya. [Tuan, aku izin keluar, ya. Mau ke kontrakan.]Tidak berselang lama, centang dua terlihat lalu sebuah panggilan masuk dari lelaki itu muncul. "Hallo Arini, dengan siapa kamu pergi?""Sendiri Tuan, naik ojeg saja biar cepat," jawab Arini. Memang setelah dirinya pindah ke rumah besar ini tak, tidak pernah lagi menengok ke kontrakannya apalagi sekarang sudah tanggal tua dirinya harus membayar uang kontrakan karena barang-barangnya masih di sana. "Ya
Read more

Elsyam Sakit

"Eh, Tuan." Arini pulang berpapasan dengan Elsyam yang baru saja datang.Lelaki itu heran, tadi istrinya mengatakan hanya ingin keluar sebentar saja. Namun mengapa baru pulang sekarang? Elsyam memberikan lirikan kepada para pelayan serta Rido untuk meninggalkan mereka berdua. Setelah melihat mereka pergi, ia langsung mendekati Arini. "Apa kamu baru pulang, bukankah tadi mengatakan hanya sebentar?" tanya Elsyam. Wajah lelaki itu begitu datar, dirinya sangat tidak menyukai sebuah kebohongan sekecil apapun itu. Apalagi tadi Arini izin kepadanya hanya sebentar tetapi mengapa wanita itu justru pergi seharian. "Tadi aku membereskan kontrakan, mencuci setelah itu berjalan-jalan," ujar Arini. Dirinya sangat takut melihat suaminya yang tengah menatap ke arahnya dengan penuh curiga. "Aku bosan di rumah terus jadi tadi aku ke taman kalau ada, terus mau beli ini." Wanita itu menunjukkan kantong plastik bawaannya memang benar tadi dirinya berjalan-jalan di taman setelah m
Read more

Sakit Hati

"Ah, lega." Elsyam membuang angin cukup panjang setelah selesai dikerik. Bahkan lelaki itu bisa bersendawa.Arini langsung saja menutup hidungnya. "Tuan, jorok!" Sebelah tangan dirinya gunakan untuk menutup hidung, dan sebelah tangan lagi dirinya gunakan untuk mengipas-ngipasi agar tidak mencium aroma tak sedap yang dikeluarkan oleh Elsyam. "Ah, ternyata seorang presdir juga bisa kentut. Mana bau lagi," ujar Arini. Dirinya kira jika orang kaya kentutnya akan bau wangi, ternyata sama saja sama-sama bau tidak sedap. Namun, hari ini menjadi senang karena berarti suaminya itu bukanlah seorang robot.Elsyam tertawa lalu menggeleng. "Presidir juga seorang manusia, bisa sakit, bisa kentut dan bisa lainnya juga kamu pikir aku apa," ungkap Elsyam. Dirinya sudah memakai kembali bajunya. Walaupun menyakitkan, tetapi dirinya aku jika cara yang digunakan oleh Arini cukup efektif membuat rasa mualnya hilang.Ketukan di pintu, membuat keduanya menoleh. "Iya, tunggu.
Read more

Arini Merajuk

Arini memilih untuk menyiapkan pakaian lelaki itu sebelum Elsyam bangun, setelah itu dirinya memilih untuk berolahraga pagi entahlah dirinya seperti menghindari Elsyam setelah kejadian semalam. Mau bagaimanapun statusnya, dirinya tetaplah seorang wanita yang memiliki hati yang begitu lembut ia tidak terima dengan bentakan oleh lelaki itu padahal ia hanya khawatir saja."Eh, Nyonya," ujar Rido. Seperti biasa, untuk menjaga stamina dirinya senang berolahraga pagi berkeliling rumah besar atau pun push up saja tak menyangka ia bisa bertemu dengan Arini.Melihat keberadaan Rido, membuat wanita itu sedikit terkejut karena dia tidak menyangka akan berpapasan dengan lelaki itu. "Olahraga juga?" tanya Arini. Dirinya sedikit terkejut dengan hal itu."Iya, Tuan belum bangun?" tanya Rido.Arini menggeleng, memang benar suaminya itu belum bangun dan dirinya juga tidak berniat untuk membangunkannya bicara dengan lelaki itu. "Tuan kemarin itu meng
Read more

Tumbang

Elsyam merasa sangat lemas, bahkan kepalanya juga seakan berputar-putar. Namun, dirinya tetap bertahan."Kak, kenapa kamu memberikanku pekerjaan sebagai office boy bukankah aku meminta pekerjaan yang pantas dengan diriku," ungkap Hendri. Ya, dirinya seperti memiliki muka setebal tembok tidak memiliki rasa malu walaupun Elsyam sudah menghajarnya habis-habisan, tetapi dirinya tetap berangkat ke kantor. Elsyam tidak mungkin memberikan jabatan yang lebih tinggi lagi, karena Hendri bahkan mendapatkan ijazah sarjana pun karena hasil menyogok ibunya."Emang itulah pekerjaan yang pantas untukmu apalagi?" tanya Elsyam. Sembari tersenyum sinis, dirinya tidak akan mungkin memberikan jabatan yang tinggi untuk adiknya tersebut. Ia sangat mengetahui bagaimana karakteristik dari Hendri. Lelaki yang tidak pernah memiliki rasa tanggung jawab. "Sudah, jangan mengeluh kerjakan saja yang ada," ungkap Elsyam. Setelah mengatakan itu, Elsyam segala masuk ke ruangannya diikuti dengan Rido
Read more

Elsyam Sakit

Akhirnya Elsyam harus diinfus di rumah, setelah diperiksa lelaki itu tidak melepaskan tangan Arini dan terus saja menggenggamnya membuat wanita tersebut menjadi sedikit takut. "Ah, jangan bilang nanti setelah dirinya bangun aku yang di kata-katain memegang tangannya," gumam Arini."Nyonya butuh sesuatu?" tanya Rido. Lelaki itu memilih untuk mengerjakan beberapa tugas Elsyam yang tertunda di balkon.Arini menggeleng. "Tidak ada," jawab Arini. Ia setiap tiga puluh menit sekali selalu mengecek keadaan suaminya itu jadinya memastikan jika demam Elsyam tidak kembali tinggi.Elsyam kembali terbatuk-batuk, lelaki itu menatap ke sekeliling ternyata dirinya sudah ada di rumah ia yakin jika telah terjadi sesuatu apalagi melihat tangan kirinya yang sudah diinfus. Lelaki itu juga menatap lama ke arah Arini yang berada di sebelahnya. "Haus," ujar Elsyam sangat lemas.Arini yang tengah asyik bermain ponsel dan wanita itu segera menoleh melihat jika Elsyam
Read more

7 Bulan Berlalu

Setelah beberapa hari Elsyam beristirahat di rumah, hari ini lelaki itu sudah siap untuk kembali lagi bekerja di kantor. Jadinya menatap, wajah Arini yang masih tertidur pulas. Wanita itu dengan telaten merawatnya saat sakit walaupun terkadang tingkahnya membuat dia sakit kepala, tetapi menurutnya Arini adalah wanita yang benar-benar bisa menjalankan tugas sebagai seorang istri ia tidak menyesal telah menikah dengan peri kecilnya itu. Walaupun memang hari ini tidak mengingatnya, tetapi ia sangat paham dengan tatapan dari Arini."Mengapa jika sedang tertidur pulas seperti ini, kamu memang seperti peri kecilku yang dahulu. Namun, mengapa setelah kamu bangun setiap ucapanmu seperti penyihir," ujar Elsyam. Dirinya memang meminta agar Arini beradaptasi dengan lingkungannya yang saat ini, iya bahkan menyewa seorang guru kepribadian untuk mengajarkan istrinya tersebut. Bukan dirinya malu jika Arini tak belajar menjadi seorang nyonya besar. Dirinya hanya takut jika Haruni sert
Read more

Outlet Salad Buah

Arini tidak bisa menjawab pertanyaan dari Haruni. Membuat wanita itu ditertawakan. Apa yang dikatakan oleh Haruni memang benar jika rumah tangga tanpa hadirnya seorang anak maka semuanya akan terasa hampa, tetapi Elsyam tidak pernah membahas perihal anak selama ini apakah yang disebutkan oleh wanita itu benar jika suaminya mandul. Haruni semakin puas saat melihat hari ini terdiam, tanpa bisa mengembalikan semua ucapannya. "Suamimu itu mandul!" seru Haruni."Memiliki anak atau tidak, itu keputusanku dan juga Elsyam kamu tidak perlu ikut campur aku tidak merepotkanmu seperti yang kamu lakukan dengan suamimu hanya menjadi benalu untuk Elsyam saja," ungkap Arini. Dirinya sangat kesal dengan apa yang dikatakan oleh mantan dari suaminya tersebut, mengapa masih saja banyak orang yang ikut campur tentang masalah orang lain, memangnya hidupnya terlalu sempurna sampai-sampai dirinya ikut campur untuk menyelesaikan masalah orang lain. "Sebaiknya, kamu tidak perlu repot
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status