Sudah satu minggu berlalu, setelah kejadian malam pertama itu Elsyam menghindari dirinya. Arini merasa bingung apakah benar jika sekarang dirinya sudah dibuang oleh El? Ataukah saat malam pertama dirinya melakukan kesalahan? Bahkan lelaki itu selalu kerja lembur sudah dua hari pun tidak pulang.Arini tidak berani untuk menelpon lelaki itu terlebih dahulu dirinya takut jika Apa yang dilakukan justru mengganggu kegiatan Elsyam. Wanita itu memilih untuk bangkit, lalu meraih tas dan ponselnya. [Tuan, aku izin keluar, ya. Mau ke kontrakan.]Tidak berselang lama, centang dua terlihat lalu sebuah panggilan masuk dari lelaki itu muncul. "Hallo Arini, dengan siapa kamu pergi?""Sendiri Tuan, naik ojeg saja biar cepat," jawab Arini. Memang setelah dirinya pindah ke rumah besar ini tak, tidak pernah lagi menengok ke kontrakannya apalagi sekarang sudah tanggal tua dirinya harus membayar uang kontrakan karena barang-barangnya masih di sana. "Ya
"Eh, Tuan." Arini pulang berpapasan dengan Elsyam yang baru saja datang.Lelaki itu heran, tadi istrinya mengatakan hanya ingin keluar sebentar saja. Namun mengapa baru pulang sekarang? Elsyam memberikan lirikan kepada para pelayan serta Rido untuk meninggalkan mereka berdua. Setelah melihat mereka pergi, ia langsung mendekati Arini. "Apa kamu baru pulang, bukankah tadi mengatakan hanya sebentar?" tanya Elsyam. Wajah lelaki itu begitu datar, dirinya sangat tidak menyukai sebuah kebohongan sekecil apapun itu. Apalagi tadi Arini izin kepadanya hanya sebentar tetapi mengapa wanita itu justru pergi seharian. "Tadi aku membereskan kontrakan, mencuci setelah itu berjalan-jalan," ujar Arini. Dirinya sangat takut melihat suaminya yang tengah menatap ke arahnya dengan penuh curiga. "Aku bosan di rumah terus jadi tadi aku ke taman kalau ada, terus mau beli ini." Wanita itu menunjukkan kantong plastik bawaannya memang benar tadi dirinya berjalan-jalan di taman setelah m
"Ah, lega." Elsyam membuang angin cukup panjang setelah selesai dikerik. Bahkan lelaki itu bisa bersendawa.Arini langsung saja menutup hidungnya. "Tuan, jorok!" Sebelah tangan dirinya gunakan untuk menutup hidung, dan sebelah tangan lagi dirinya gunakan untuk mengipas-ngipasi agar tidak mencium aroma tak sedap yang dikeluarkan oleh Elsyam. "Ah, ternyata seorang presdir juga bisa kentut. Mana bau lagi," ujar Arini. Dirinya kira jika orang kaya kentutnya akan bau wangi, ternyata sama saja sama-sama bau tidak sedap. Namun, hari ini menjadi senang karena berarti suaminya itu bukanlah seorang robot.Elsyam tertawa lalu menggeleng. "Presidir juga seorang manusia, bisa sakit, bisa kentut dan bisa lainnya juga kamu pikir aku apa," ungkap Elsyam. Dirinya sudah memakai kembali bajunya. Walaupun menyakitkan, tetapi dirinya aku jika cara yang digunakan oleh Arini cukup efektif membuat rasa mualnya hilang.Ketukan di pintu, membuat keduanya menoleh. "Iya, tunggu.
Arini memilih untuk menyiapkan pakaian lelaki itu sebelum Elsyam bangun, setelah itu dirinya memilih untuk berolahraga pagi entahlah dirinya seperti menghindari Elsyam setelah kejadian semalam. Mau bagaimanapun statusnya, dirinya tetaplah seorang wanita yang memiliki hati yang begitu lembut ia tidak terima dengan bentakan oleh lelaki itu padahal ia hanya khawatir saja."Eh, Nyonya," ujar Rido. Seperti biasa, untuk menjaga stamina dirinya senang berolahraga pagi berkeliling rumah besar atau pun push up saja tak menyangka ia bisa bertemu dengan Arini.Melihat keberadaan Rido, membuat wanita itu sedikit terkejut karena dia tidak menyangka akan berpapasan dengan lelaki itu. "Olahraga juga?" tanya Arini. Dirinya sedikit terkejut dengan hal itu."Iya, Tuan belum bangun?" tanya Rido.Arini menggeleng, memang benar suaminya itu belum bangun dan dirinya juga tidak berniat untuk membangunkannya bicara dengan lelaki itu. "Tuan kemarin itu meng
Elsyam merasa sangat lemas, bahkan kepalanya juga seakan berputar-putar. Namun, dirinya tetap bertahan."Kak, kenapa kamu memberikanku pekerjaan sebagai office boy bukankah aku meminta pekerjaan yang pantas dengan diriku," ungkap Hendri. Ya, dirinya seperti memiliki muka setebal tembok tidak memiliki rasa malu walaupun Elsyam sudah menghajarnya habis-habisan, tetapi dirinya tetap berangkat ke kantor. Elsyam tidak mungkin memberikan jabatan yang lebih tinggi lagi, karena Hendri bahkan mendapatkan ijazah sarjana pun karena hasil menyogok ibunya."Emang itulah pekerjaan yang pantas untukmu apalagi?" tanya Elsyam. Sembari tersenyum sinis, dirinya tidak akan mungkin memberikan jabatan yang tinggi untuk adiknya tersebut. Ia sangat mengetahui bagaimana karakteristik dari Hendri. Lelaki yang tidak pernah memiliki rasa tanggung jawab. "Sudah, jangan mengeluh kerjakan saja yang ada," ungkap Elsyam. Setelah mengatakan itu, Elsyam segala masuk ke ruangannya diikuti dengan Rido
Akhirnya Elsyam harus diinfus di rumah, setelah diperiksa lelaki itu tidak melepaskan tangan Arini dan terus saja menggenggamnya membuat wanita tersebut menjadi sedikit takut. "Ah, jangan bilang nanti setelah dirinya bangun aku yang di kata-katain memegang tangannya," gumam Arini."Nyonya butuh sesuatu?" tanya Rido. Lelaki itu memilih untuk mengerjakan beberapa tugas Elsyam yang tertunda di balkon.Arini menggeleng. "Tidak ada," jawab Arini. Ia setiap tiga puluh menit sekali selalu mengecek keadaan suaminya itu jadinya memastikan jika demam Elsyam tidak kembali tinggi.Elsyam kembali terbatuk-batuk, lelaki itu menatap ke sekeliling ternyata dirinya sudah ada di rumah ia yakin jika telah terjadi sesuatu apalagi melihat tangan kirinya yang sudah diinfus. Lelaki itu juga menatap lama ke arah Arini yang berada di sebelahnya. "Haus," ujar Elsyam sangat lemas.Arini yang tengah asyik bermain ponsel dan wanita itu segera menoleh melihat jika Elsyam
Setelah beberapa hari Elsyam beristirahat di rumah, hari ini lelaki itu sudah siap untuk kembali lagi bekerja di kantor. Jadinya menatap, wajah Arini yang masih tertidur pulas. Wanita itu dengan telaten merawatnya saat sakit walaupun terkadang tingkahnya membuat dia sakit kepala, tetapi menurutnya Arini adalah wanita yang benar-benar bisa menjalankan tugas sebagai seorang istri ia tidak menyesal telah menikah dengan peri kecilnya itu. Walaupun memang hari ini tidak mengingatnya, tetapi ia sangat paham dengan tatapan dari Arini."Mengapa jika sedang tertidur pulas seperti ini, kamu memang seperti peri kecilku yang dahulu. Namun, mengapa setelah kamu bangun setiap ucapanmu seperti penyihir," ujar Elsyam. Dirinya memang meminta agar Arini beradaptasi dengan lingkungannya yang saat ini, iya bahkan menyewa seorang guru kepribadian untuk mengajarkan istrinya tersebut. Bukan dirinya malu jika Arini tak belajar menjadi seorang nyonya besar. Dirinya hanya takut jika Haruni sert
Arini tidak bisa menjawab pertanyaan dari Haruni. Membuat wanita itu ditertawakan. Apa yang dikatakan oleh Haruni memang benar jika rumah tangga tanpa hadirnya seorang anak maka semuanya akan terasa hampa, tetapi Elsyam tidak pernah membahas perihal anak selama ini apakah yang disebutkan oleh wanita itu benar jika suaminya mandul. Haruni semakin puas saat melihat hari ini terdiam, tanpa bisa mengembalikan semua ucapannya. "Suamimu itu mandul!" seru Haruni."Memiliki anak atau tidak, itu keputusanku dan juga Elsyam kamu tidak perlu ikut campur aku tidak merepotkanmu seperti yang kamu lakukan dengan suamimu hanya menjadi benalu untuk Elsyam saja," ungkap Arini. Dirinya sangat kesal dengan apa yang dikatakan oleh mantan dari suaminya tersebut, mengapa masih saja banyak orang yang ikut campur tentang masalah orang lain, memangnya hidupnya terlalu sempurna sampai-sampai dirinya ikut campur untuk menyelesaikan masalah orang lain. "Sebaiknya, kamu tidak perlu repot
"Selamat, ya," ujar Arini. Wanita itu merentangkan tangan kepada sang kakak dan juga Santira.Abraham benar-benar merasa heran dengan reaksi yang diberikan oleh adiknya itu. Walaupun demikian, dirinya tetap saja membalas ucapan selamat dari adiknya tersebut.Arini juga langsung saja memberikan pelukan kepada Santira.Bu Widuri yang sejak tadi terheran-heran dengan kehadiran wanita yang dahulu hampir saja bertunangan dengan anaknya itupun, tidak tahan lagi dan akhirnya bertanya sebenarnya ada apa semua ini.Abraham langsung saja menjelaskan semuanya, perihal peristiwa dahulu tentang penculikan Elsyam dan tentang penangkapan Yordan yang semua itu dibantu oleh Santira. Dirinya memang ingin membersihkan cap buruk tentang calon istrinya itu di mata orang-orang. Mereka hanya mampu melihat Santira yang dulu saja, padahal Santira yang sekarang sudah sangat jauh berbeda."Mungkin semua orang memiliki masa lalu buruk, tetapi semua orang juga bisa berubah. Kita hanya manusia biasa, bukan Tuhan y
Arini yang baru saja meninggalkan kursi, ia langsung berpapasan dengan kakaknya Abraham yang tengah menggendong sang putri."Kenapa maksain harus menggendong, sedangkan tangan Kakak saja masih sakit seperti ini." Arini langsung saja merebut Elea dari gendongan kakaknya, ia takut jika sakit di tangan kakaknya semakin parah dan juga dirinya takut juga sang anak terjatuh.Abraham, hanya menyengir saja walaupun tangannya memang masih sakit. Namun, dirinya sudah sangat merindukan sang keponakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya maka dirinya tadi langsung saja menggendong Elea walaupun tangannya memang masih sangat sakit. "Aku hanya merindukannya, aku ya jamin dia tidak akan jatuh kok Arini."Elsyam dan juga Ridho, tiba-tiba muncul dari belakang. Mereka berdua tengah asyik mengobrol satu sama lain. Keduanya juga langsung berhenti tepat di sisi Arini dan juga Abraham."Ada apa Sayang, kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Elsyam.Arini langsung saja menatap ke ara
Elea, gadis berpipi gembil itu tampil dengan cukup menawan. Balutan gaun putih, lalu rambut yang diikat dua benar-benar membuatnya nampak begitu seperti boneka hidup. Orang-orang yang melihat putri dari Arini itu pun mereka terlihat sangat gemas. Apalagi Elea anak itu selalu tersenyum ramah kepada siapapun orang yang menyapanya."Anaknya Pak Elsyam benar-benar sangat cantik."Arini dan juga suaminya memang tengah menghadiri sebuah acara besar tahunan. Di mana, di sana banyak sekali rekan-rekan bisnis dari Elsyam. "Sini biar aku yang gendong." Elsyam merentangkan tangannya, ia langsung saja mengambil putrinya ke dalam gendongan. Tak mungkin dirinya melepaskan Elea, di tengah-tengah keramaian seperti ini.Elea memang sering diajak untuk menghadiri acara-acara penting perusahaan dari ayahnya. Karena si kembar sudah sering menolak, mereka memiliki kegiatan lain dan lebih senang bersama dengan kakek neneknya karena selalu mau menuruti keinginan mereka berdua. Sedangkan, Elea lebih memilih
"Bagaimana keadaannya?"Arini bertanya kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya itu. Tadi memang suaminya ditelepon oleh pihak rumah sakit jika Abraham mengalami sebuah insiden kecelakaan. Mereka berdua langsung saja menuju ke rumah sakit, karena memang hanya mereka berdualah pihak keluarga dari Abraham.Dokter mencoba menenangkan Arini yang terlihat begitu panik, memang saat suaminya menjelaskan jika pihak rumah sakit menelpon dirinya karena Abraham kecelakaan. Wanita itu langsung saja menjadi begitu sangat khawatir kepada kakaknya tersebut."Pasien sudah boleh dijenguk, mungkin untuk beberapa hari ini dia hanya perlu waktu untuk istirahat saja."Arini menggangguk begitu juga dengan Elsyam mereka langsung saja memilih untuk masuk ke ruangan di mana Abraham dirawat.Wajah panik dari Arini berubah seketika menjadi masam lagi, saat melihat seorang wanita yang tengah berdiri di samping kakaknya itu.Abraham pun langsung saja menoleh ia melihat Arini dan juga suam
Setelah Arini berhasil menidurkan sang putri, yang memilih untuk bermain dengan ponselnya. Di seberang dirinya ada Elsyam yang tengah berkutat dengan laptopnya.Lelaki itu memang sudah paham bagaimana cara menangani amarah sang istri, ia memilih untuk diam karena jika dirinya terus berkata pasti hari ini akan semakin marah dan kesal saja. Dirinya yakin jika esok pagi pasti amarah dari istrinya sudah reda maka dari itu ia memilih untuk diam.Arini pun memilih untuk melihat-lihat aplikasi orange tempat di mana dirinya berbelanja bahkan 1 bulan ia bisa menghabiskan puluhan juta karena menurutnya. Lebih baik berbelanja online karena ia tidak perlu harus repot-repot datang ke toko dan memilih, mungkin bedanya jika berbelanja online kita harus sabar menunggu.Ia tidak mempedulikan tentang pesan-pesan yang dikirimkan oleh kakaknya itu. Dirinya masih sangat marah dan ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini. Maka dari itu hal ini memilih untuk diam daripada ia berkata dan just
Elsyam memegangi Arini, ia takut jika sampai istrinya itu justru berbuat yang tidak-tidak kepada kakaknya. Tatapan dari Arini benar-benar terlihat begitu murka kepada kakaknya itu, sejak tadi Ia terus saja menuntut sang kakak untuk menceritakan semuanya."Aku tidak menyangka jika selama ini Kakak bisa membohongi adiknya sendiri sampai sebegitu lamanya," ungkap Arini.Abraham yang sejak tadi terus saja diberondong pertanyaan oleh Arini pun, ia benar-benar perangainya sebagai orang yang tegas langsung sirna seketika di hadapan Arini. Memang sejak dirinya mengetahui jika Arini adalah adiknya, ia benar-benar menganggap Arini seperti ibunya sendiri, apalagi saat adiknya marah wanita itu pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.Lelaki itu sejak tadi berusaha memberikan isyarat kepada Elsyam, ia berharap jika adik iparnya itu dapat membantu.Arini masih menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menyangka jika ternyata mereka bisa menyimpan rahasia yang begitu besar, pantas saja selama ini
Abraham benar-benar merasa begitu gelisah. Sudah satu minggu, Santira mengabaikannya bahkan wanita itu tidak mau berbicara dengannya dan di kantor pun saat berpapasan bahkan Santira langsung saja membuang wajah tidak mau menatap ke arahnya.Ketukan di pintu membuat lamunan dari Abraham pun buyar, ia langsung saja menatap di mana orang yang sedang dirinya nanti sudah berada di ambang pintu."Ada apa Pak Abraham memanggil saya?" Memang seperti biasa jika di kantor Santira akan bersikap formal dan mereka pun seolah-olah tidak saling mengenal satu sama lain. Semua itu karena mereka berdua menjunjung tinggi profesionalitas saat bekerja.Abraham benar-benar sangat merindukan wanita itu, bahkan Santira pun sudah tidak mau lagi mengangkat dan membalas chat serta panggilan telepon dari dirinya. Lelaki itu langsung saja melangkah menuju pintu dan langsung mengunci pintu dari dalam, ia tidak mau lagi jika sampai Santira melarikan diri karena menurutnya sangat sulit sekali untuk berbicara dengan
Elsyam benar-benar seperti tengah mendengarkan seorang ABG yang sedang bercerita mengenai kisah asmaranya. Lelaki itu terus saja menahan tawa, mendengar cerita Abraham yang dituntut meminta kepastian oleh Santira.Dirinya juga benar-benar merasa heran kepada kakak iparnya tersebut, bagaimana bisa ia menggantungkan perasaan seorang wanita hampir 2 tahun. Padahal selama ini mereka seperti layaknya sepasang kekasih yang tengah backstreet saja karena memang tidak ada orang yang mengetahuinya selain dirinya itu.Elsyam juga memang sering mengatakan kepada Abraham agar dia mau memberikan penjelasan dan juga kebenaran ini kepada istrinya Arini, dirinya takut jika sampai Arini tahu dari orang lain justru akan marah."Oh, jadi sekarang kalian berdua sudah resmi pacaran?"Abraham melirik ke arah Elsyam dengan tatapan yang begitu aneh. Mereka berdua memang berada di ruang kerja dari lelaki itu, untung saja tadi elea menangis jadi Arini tidak ikut nimbrung bersama dan memilih untuk kembali lagi k
Walaupun Abraham sudah mengatakan jika dirinya memang mencintai Santira dan juga ingin menikahinya, tetapi tetap saja wanita itu masih merajuk kepada Abraham atas apa yang selama ini dilakukan oleh dirinya. Mungkin rumus matematika memang sulit untuk dipahami, dihafal. Namun, memahami hati wanita jauhlah lebih sulit daripada itu.Abraham benar-benar merasa sangat pusing, karena sejak pulang dari restoran itu Santira tidak memberikan jawaban apapun dan wajahnya masih sangat masam.Dirinya sudah meminta maaf berulang kali kepada Santira, tetapi tetap saja wanita itu masih kesal dan juga marah. Dirinya juga sangat merasa bingung, sebenarnya apa yang diinginkan oleh seorang wanita. Tadi Santira meminta dirinya sebuah kepastian, lalu ia sudah memberikan kepastian. Lantas di saat ia sudah memberikan jawaban apa yang diinginkan oleh Santira mengapa wanita itu justru berbalik merajuk kepadanya."Santira, kamu tahu jika aku sangat tidak suka didiamkan kenapa kamu melakukan itu?" Dirinya bukan