Semua Bab Membalas Perselingkuhan Suami ASN: Bab 71 - Bab 80

219 Bab

Bab 71 Terlihat Menyedihkan

Tetesan keringat tampak membanjiiri kening pria itu. Sabrina melihat pemandangan itu dengan iba. Tak pernah disangka kalau Hasbi akan terpuruk seperti itu.Sabrina berniat menyudahi pemandangan sendunya pagi ini. Ia menyalakan kembali mesin motornya dan berniat akan segera pergi. Namun di waktu yang bersamaan, terdengar suara benturan keras berikut pecahan kaca yang memecah gendang telinga, membuat Sabrina mengurungkan niatnya dan kembali mengalihkan pandangan ke sumber suara.Terlihat jelas di depan mata, gerobak bubur ayam Hasbi tertabrak mobil avanza berwarna putih sampai terguling ke atas aspal. Pecahan mangkuk dan juga bumbu-bumbu serta nasi yang sudah menjadi bubur berserakan di jalanan.Hasbi terpanting ke bahu jalan sedikit menjauh dari gerobaknya yang tertabrak mobil tadi. Kerumunan orang-orang langsung menolong Hasbi. Termasuk dengan Sabrina yang tak tega melihat mantan suaminya terkena musibah."Heh! Nyebrang jalan lihat-lihat dong! Mobil saya sampai penyok!" Seorang pria y
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-03
Baca selengkapnya

Bab 72 Setelah Jatuh

Mantan ASN itu tertunduk lesu. Bulir peluh masih membanjiri keningnya. Bahkan suara napas masih memburu dari dalam dadanya. Hasbi nampak kelelahan hingga ia terduduk di atas ubin tanpa alas di depan rumah bosnya—bos yang dulu pernah jadi sahabatnya."Maaf, saya terkena musibah." Hasbi beralasan sesuai fakta.Namun sepertinya bos yang pernah jadi sahabatnya itu sudah murka. "Hasbi, kamu sudah meminjam uang sepuluh juta. Lalu sekarang merusak gerobak. Sampai rugi besar karena semua dagangan habis berserakan. Kamu benar-benar membuat saya rugi, Hasbi. Balum lagi jadwal jualan kamu yang sering libur," gerutu pria bertubuh tinggi itu merutuki Hasbi."Tidak ada maksud. Namanya juga musibah," sanggah Hasbi walau tubuhnya sudah lesu."Sudahlah, Hasbi. Pulang saja. Kamu tak usah berjualan lagi."Hasbi mendongak paksa saat mendengar ucapan bosnya. "Apa maksudnya?" tanyanya."Maaf, Hasbi. Saya tidak bisa lagi bekerja sama dengan kamu," ucap pria itu lagi."Tidak, jangan bicara seperti itu. Saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-03
Baca selengkapnya

Bab 73 Debaran Yang Menegangkan

Di restaurant itu tengah diputar layar yang memperlihatkan poto-poto kebersamaan antara Sabrina dan Sesil sedari kecil. Bola mata Sabrina berbinar melihat itu. Setelah itu berkaca-kaca karena merasa terharu. Rupanya kejutan yang dimaksud Sesil adalah pemutaran memory antara dua kakak beradik yang saling menyayangi.Tak berapa lama, Sesil datang menghampiri Jaka dan Sabrina. Kedatangannya disambut haru oleh wanita berlesung pipi itu. Sabrina melebarkan tangan kemudian memeluk adiknya dengan erat."Terima kasih ya. Mba akan selalu menjaga kamu, karena kamu adalah harta berharga yang dititipkan Ibu." Sabrina berbisik tepat di dekat telinga adiknya."Aku sangat menyayangi Mba Sabi. Aku harap kebersamaan kita akan selalu terjaga selamanya," balas Sesil.Sabrina menganggukan kepala. "Tentu saja," timpalnya. Terlihat ada bulir bening yang sempat menetes di sudut matanya. Bukan bersedih, melainkan karena terharu.Melihat saudara kakak beradik yang saling menyayangi, membuat Jaka semakin dile
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-04
Baca selengkapnya

Bab 74 Frustasi

Sesil tampak siap apa pun yang akan menjadi keputusan Jaka.Sementara Sabrina terlihat lebih tegang dibanding adiknya. Wanita itu merasa serba salah. Antara Sesil dan Jaka, keduanya sangat berharga bagi Sabrina."Apa keputusanmu, Mas?" Sesil segera bertanya saat Jaka masih saja menggantungkan ucapannya."Aku akan menikahimu," jawab Jaka.Sesil terkejut, pun dengan Sarina. Kakak beradik itu tercengang mendengar jawaban Jaka."Kamu jangan main-main, Jak. Pernikahan adalah suatu hal yang sakral, bukan permainan." Sabrina angkat bicara. Ia meragukan keputusan Jaka."Aku tidak main-main," tegas Jaka."Mas, kamu yakin?" Sesil pun tampak meragukan Jaka."Aku yakin." Jaka berbicara dengan tegas, walau terlihat serius, tapi ada guratan ketepaksaaan dan Sabrina bisa menerkanya."Jak—" Sabrina menatap Jaka dengan lekat."Sabi, Sesil. Aku tahu pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Tapi, aku tak akan membiarkan orang yang mencintaiku pergi. Aku memang belum sepenuhnya mencintai Sesil, tapi aku tu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-04
Baca selengkapnya

Bab 75 Ranjang Panas

Pandangan Jaka layu. Bola matanya memerah. Ia melihat Sabrina duduk di dekatnya. Mengusap wajahnya dengan lembut kemudian sentuhan itu menjalar ke tubuh Jaka, membuat aliran gelora hasrat pada pria itu naik dan memanas."Sabi!" desis Jaka berbisik. Wajahnya sangat dekat dengan wanita di hadapannya, hanya beberapa senti meter saja. Desiran napas wanita itu bahkan terasa panas saat melewati lubang hidung Jaka."Panggil saja aku semaumu, Sayang. Sabi pun juga boleh. Aku suka nama itu, Sayang," balas wanita itu merasa tersanjung."Bawa aku kemana pun kamu mau," sambung wanita seksi itu dengan semringah saat mendapat sambutan dari Jaka. Diangkatnya tubuh Jaka, kemudian wanita itu terlihat memapah langkah Jaka yang sempoyongan berjalan keluar barr menuju kendaraan roda empat terparkir."Mana kunci mobilmu, Sayang?" Wanita itu merogoh saku celana Jaka tanpa ragu. Dia menemukannya di saku belakang.Langkah Jaka yang sempoyongan disertai dengan pasang manik yang berwarna merah. Terlihat jelas
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-04
Baca selengkapnya

Bab 76 Terjebak Malam Panas

Tak lama, sambungan telepon itu terputus. Padahal Sabrina belum selesai bicara. Pertanyaannya bahkan belum dijawab oleh suara wanita di seberang tadi. Ia berdecak kesal."Wanita tadi bukan Tante Jeni, lalu siapa?" Di dalam kamarnya, Sabrina tak mampu memejamkan mata padahal malam sudah menjelang pagi. Rasa khawatir telah mengganggu pikirannya. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi dengan sahabatnya.Sabrina mencoba menghubungi Jaka sekali lagi, namun harus menelan kecewa saat usahanya gagal. Tak sabar menunggu matahari muncul di ufuk timur hingga akhirnya saat pagi menjelang pun Sabrina masih tak bisa menghubingi pria itu.Tak seperti kakaknya, Sesil malah terlihat biasa saja. Ia tak terlihat mencemaskan Jaka. Bahkan saat sarapan bersama, gadis muda berambut sebahu itu sarapan dengan lahapnya dan masih memancarkan rasa bahagianya."Sil, kamu sudah menelepon Jaka?" celetuk Sabrina di sela-sela mengunyah makanan. Sekedar basa-basi saja.Namun adiknya Sabrina nampak menggelengkan kepala. "
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

Bab 77 Jaka Merutuki Dirinya

Jaka langsung memungut pakaian miliknya yang berserakan di atas lantai. Ia langsung ke kemar mandi guna membersihkan diri yang hari ini terasa lebih kotor dari biasanya.Di dalam kamar mandi, Jaka membiarkan air yang keluar dari shower mengalir membasahi tubuhnya. Diingat-ingatnya kembali kejadian malam tadi. Sepintas ia bisa mengingatnya. Ia kemudian menghentak-hentakan kepalan tangannya pada dinding kamar mandi sebagai tanda penyesalan. Jaka ingat, semalam dia mabuk berat dan tak bisa mengendalikan dirinya. Dia juga ingat saat menikmati tubuh wanita penghibur tadi."Sialan! Rupanya wanita itu memanfaatkan kesempatan saat aku tengah mabuk," desisnya berbicara sendiri. Kemudian Jaka segera menyelesaikan aktivitasnya di kamar mandi.Setelah Jaka keluar dari kamar mandi, ia melihat wanita tadi sudah memakai pakaian seksinya. Wanita itu duduk di kursi rias sambil menyisir rambut dengan santai.'Wanita tidak tahu malu! Masih belum pergi juga dia,' gerutu Jaka dalam hati."Ngapain masih di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

Bab 78 Ada Yang Kelaparan

Sabrina membulatkan kedua matanya. "Berbeda apa?" tanyanya. Ia langsung merapihkan rambut dengan jemari tangan sebagai peralihan agar tak terlihat gugup."Seperti ada yang tengah Mba Sabi cemaskan," tebak Sesil lagi. Sepertinya tebakan Sesil benar.Namun Sabrina segera menepisnya. "Apaan sih, cemas apaan? Aku hanya memikirkan lokasi baru nanti, Sil. Cemas, ya takutnya gak seramai di sini," bantah Sabrina segera. "Jangan cemas, Mba. Rejeki kan sudah ada yang ngatur. Kalo memang rejeki kita ya gak akan kemana. Yakin ramai pengunjung." Sesil nampak berpetuah."Iya deh. Adikku memang sudah dewasa pemikirannya. Pantas Jaka jadi klepek-klepek." Sabrina mengalihkan topik dengan menggoda adiknya. Sesil hanya tersenyum, tersipu malu.Keduanya kembali dengan tugas masing-masing. Sabrina dan Sesil segera membereskan pekerjaannya di toko agar bisa segera pulang. Sedikit terlupakan tentang kecemasan pada Jaka. Sabrina mengajak Sesil untuk mampir sejenak di mall, sekedar untuk melepas kekalutan di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

Bab 79 Anak Siapa Yang Bersedih

Sabrina menatap anak laki-laki di depannya yang tampak makan dengan lahapnya. Bagaikan tak makan satu minggu, Aksa menghabiskan beberapa porsi makanan kesukaannya. Terisis hati Sabrina karena merasa iba. "Mba, sedang apa di sini?" Sesil tiba-tiba muncul. "Aku cari Mba Sabi kemana-mana loh, tahunya ada di sini?" imbuhnya sedikit kesal."Duduk dulu, Sil." Sabrina menepuk kursi di sebelahnya. Ia meminta Sesil untuk duduk di tempat itu."Mba Sabi, bikin kesel aja deh." Sesil masih menggerutu. Ia langsung duduk di kursi sebelah Sabrina."Maaf, Sil. Aku gak bermaksud ninggalin kamu." Sabrina meminta maaf."Lagian siapa sih dia?" Sesil pun melirik sinis pada anak laki-laki yang terlihat makan dengan lahap, tanpa perduli dengan kedatangannya."Dia bekas siswaku, Sil," jawab Sabrina membuat adiknya mengernyitkan dahi."Kok dia sendirian? Gak punya orang tua ya? Mana pakaiannya lusuh begitu." Dipandangnya Aksa dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sesil melihat anak di sampingnya itu seperti an
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-07
Baca selengkapnya

Bab 80 Akhirnya Marah

Aksa menarik tangan papanya. "Ayo, Pa. Ayo kita pulang.""Kita naik angkot saja, jangan naik mobil itu ya." Hasbi menolak ajakan anaknya."Tapi, Pa. Mobilnya sudah dipesan Bu Guru. Ayo, Pa. Aksa gak mau naik angkot soalnya panas. Ayo naik mobil itu saja." Aksa memaksa Hasbi sambil merengek.Laki-laki bertubuh gempal itu tak bisa menolak permintaan anaknya. Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan langsung menuju rumah."Itu apa, Aksa?" Di dalam mobil, Hasbi bertanya pada anaknya sambil meluruskan jari telunjuknya pada paper bag di tangan Aksa."Ini makanan untuk dibawa pulang, Pa. Mama pasti senang kalau aku bawa oleh-oleh. Kita sudah lama kan gak makan enak," jelas Aksa dengan lancarnya. Anak laki-laki berusia tujuh tahun itu bercerita dengan antusias.Lagi-lagi keadaan yang membuat napas Hasbi terasa tersengal di tenggorokan. Sesak rasanya. Ia berusaha menelan pil pahit itu. 'Sabrina pasti menertawakanku. Aku yakin, dia pasti bersenang-senang atas penderitaan yang aku rasakan saat in
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
22
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status