Home / Pernikahan / Pembalasan Istri Sang CEO / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Pembalasan Istri Sang CEO: Chapter 131 - Chapter 140

195 Chapters

Pengorbanan

Alex mengeluarkan dompet dari sakunya. Tanpa keraguan sedikit pun ia mengeluarkan semua kartu debit yang dia miliki dan meletakkannya di atas meja. Ia mengembalikan semua fasilitas itu di depan sang papa dengan tegar. Kini yang tersisa di dompetnya hanya beberapa lembar uang kertas, karena memang ia jarang membawa banyak uang tunai. Setelah itu Alex meletakkan pula kunci mobilnya di samping tumpukan kartu itu. Papa Alex menatap putranya dan sedikit terkejut, ia tidak menyangka sang putra berani melakukan itu. Mama Alex menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tidak pernah terbayang di benaknya sang suami akan melakukan tindakan tegas seperti itu pada Alex. "Alex, jangan pergi! Dengarkan mama, Nak! Apa kamu gak memikirkan tentang mama? Mama gak bisa hidup tanpa kamu, Nak," bujuk sang mama. "Biarkan dia pergi! Anak gak tahu diri dan terimakasih. Percuma kita didik dan fasilitasi dia dari kecil hingga saat ini. Sekarang saat sudah dewasa dia berontak dan memilih meninggalkan kita demi seor
Read more

Aku sangat mencintaimu

Alex perlahan membuka matanya dan melihat wajah Intan yang cemas. "Alex, kamu sudah sadar? Kita ke rumah sakit, ya?" kata Intan. Alex menggelengkan kepalanya dan mencoba untuk duduk. Sekujur tubuhnya terasa amat sakit dan wajahnya terasa perih. Ia termenung memikirkan apa yang terjadi sepanjang hari itu. Bagi Alex, semuanya bagai mimpi buruk yang datang secara tiba-tiba. "Aku akan mengambil kotak obat untuk mengobati lukamu." Intan beranjak dan meninggalkan Alex. Alex menatap sekelilingnya, ia tidak sadar bagaimana bisa masuk ke kamar ini. Ia mengerti bahwa dirinya kehilangan kesadaran di depan rumah Intan, dalam pelukan wanita yang sangat ia cintai. Intan kembali ke kamar sambil membawa kotak kecil berwarna putih. Wajahnya masih terlihat cemas dan air mata masih menggenang di pelupuk matanya. Intan membuka kotak itu dan membersihkan luka di wajah Alex. Alex bersyukur bisa melihat kembali wajah Intan dengan jarak sedekat ini. Alex mengulurkan tangannya, menghapus air yang terlan
Read more

Celoteh polos Darren

Tok... Tok... Tok... Intan membuka pintu kamar Alex dengan perlahan. Ia melihat Alex masih terlelap di balik selimut. Wajar, karena Alex pasti tidak dapat tidur dengan nyenyak semalam. Apa yang baru saja menimpa dirinya adalah pukulan yang cukup telak. Tidak ada seorang anak yang membayangkan akan diusir dari rumah oleh orang tuanya. Intan meletakkan nampan berisi piring dan segelas susu di atas nakas. Ia menatap Alex dan tersenyum. Ia membelai poni tipis yang berada di dahi pria itu. Intan masih merasa terharu dan belum bisa percaya bahwa ada seorang pria yang rela berkorban dan melakukan apa saja demi bersama dirinya. Melihat Alex masih pulas, Intan memutuskan untuk keluar dari kamar itu. Ia baru saja akan berdiri saat tangan kekar Alex meraih dan menarik pergelangan tangannya. Intan terkejut dan jatuh ke pelukan pria itu. "Kamu sudah bangun? Aku pikir kamu masih tidur lelap, jadi aku biarkan kamu tidur lebih lama," kata Intan. Intan berusaha bangun, ia meraba dada dan perut Al
Read more

Kedatangan Mama Alex

"Tante...." Intan menatap mama dari kekasihnya itu. Wajah wanita paruh baya itu terlihat pucat dan lelah. Intan bisa melihat kantung mata yang menandakan bahwa wanita itu terus menangis dan tidak dapat tidur semalaman. "Intan, apa kamu tahu keberadaan Alex?" tanya Mama Alex. "Tante mencari Alex?" Intan menghela nafasnya, ia tidak sanggup ia berbohong pada wanita yang nyaris putus asa itu. "Iya, dia pergi dari rumah. Saya yakin kamu pasti mengetahui dimana dia berada. Apa dia ada di sini?" Mama Alex mengalihkan pandangan ke sekelilingnya. Belum sempat memberi jawaban, Alex keluar dari kamarnya dan mendekati Intan. "Mama...." katanya saat melihat sang mama berdiri di hadapannya. Air mata Mama Alex mengalir deras. Ia tidak dapat menahan diri untuk berlari dan memeluk putranya. Alex juga menghapus air mata yang luruh membasahi wajahnya. "Kenapa Mama datang kemari?" tanya Alex seraya mengusap punggung sang mama. "Tentu mama mencari kamu, Nak. Mama sangat mencemaskan keadaanmu. Mam
Read more

Kondisi Calista

"Aku hanya...." Mama Alex terbata-bata, otaknya berpikir cepat mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan suaminya. Ia tidak pernah menyangka, anak suami akan mengetahui bahwa ia menemui Alex.Mama Alex sengaja tidak memberi tahu asisten rumah tangga kemana dia pergi pagi itu, juga tidak mengajak sopirnya. Namun Papa Alex lebih pintar, ia meminta orang untuk menyeliki dan mengikuti istri dan juga putranya. "Kamu menemui anak itu, kan? Apa yang kukatakan padamu semalam? Jangan pernah temui dia lagi! Dia sudah memilih keluar dari rumah ini, jadi biarkan dia menderita di luar sana! Aku mau lihat, sejauh mana dia bisa bertahan," kata Papa Alex. "Tapi dia anak kita, Pa. Kenapa Papa berubah seperti ini? Apa Papa gak menyayangi Alex lagi? Bagaimana kalau dia menderita di luar sana? Kalau memang dia gak mau menikah dengan Calista, mama rasa itu gak akan berpengaruh banyak bagi kita, Pa. Kenapa Papa terus memaksa dan mendesak kita?" "Itu salahnya sendiri, Ma. Kenapa dia gak mau mendengarkan
Read more

Skandal yang dirahasiakan

"Kamu mengancamku?" kata Papa Alex dengan nada suara meninggi. "Aku hanya meminta kerja sama darimu, Sam. Alex dan kamu sudah berjanji untuk menikahi putriku. Semua persiapan sudah kita lakukan, juga penentuan tanggal pernikahan tersebut. Calista, putriku sangat menginginkan pernikahan ini dan berharap semuanya berjalan sesuai dengan rencana. Sayangnya Alex justru melanggar janji dan membatalkan rencana itu begitu saja. Selama ini kita mempunyai hubungan yang baik, Sam. Aku harap hubungan kita akan tetap bisa terjalin dengan baik dan saling menguntungkan. Selain itu, selama ini aku sudah menjaga rahasia itu demi kamu dan keluargamu. Bayangkan jika pada akhirnya rahasia itu terkuak! Aku yakin keluarga dan bisnismu akan hancur dalam sekejap, Sam," kata Retno. Papa Alex berdiri dan mengusap wajahnya dengan kasar. Matanya menerawang jauh, mengingat kejadian yang telah lama dikuburnya. "Kejadian itu sudah lama berlalu, Retno. Untuk apa kamu mengungkitnya lagi? Seharusnya kita melupakan
Read more

Rumah Kontrakan Alex

"Apa kamu suka rumah ini?" tanya Intan sambil menatap Alex. Sebenarnya Intan sudah membujuk Alex untuk tinggal di salah satu rumah miliknya yang masih kosong. Intan saat ini sudah memahami pentingnya berinvestasi. Ia mempunyai beberapa rumah dan tanah sebagai tabungan bagi dirinya dan Darren. Alex menolak usul Intan itu dan memilih hidup mandiri. Alex harus membuktikan bahwa dirinya mampu bangkit dan menjadi pria yang dapat diandalkan. Alex tidak mau ada orang yang menilai bahwa dirinya memanfaatkan kekayaan Intan. "Iya, aku menyukainya. Rumah ini juga gak terlalu jauh dari rumahmu, jadi aku bisa datang setiap hari ke rumahmu untuk bertemu denganmu dan Darren," jawab Alex. "Tapi...." Intan tidak melanjutkan ucapannya. Ia tidak yakin bahwa Alex bisa bertahan hidup di rumah itu. Sekalipun memang rumah itu cukup nyaman, tetapi jelas ukurannya lebih kecil dan tidak bisa dibandingkan dengan rumah mewah milik Alex. "Ada apa?" tanya Alex. Intan balik bertanya, "Rumah ini kecil dan sang
Read more

Undangan dari Kakek Nugraha

Papa Alex terpaksa meninggalkan tempat itu dengan tangan hampa. Sia-sia ia membujuk Alex yang juga sudah yakin dengan keputusannya. Alex menatap kepergian papanya dengan mobil yang mulai menjauh. Ia menghela nafas panjang dan berharap kali ini sang papa bisa menerima keputusannya dan memahami dirinya. Intan mengusap bahu Alex perlahan, berusaha memberi dukungan bagi kekasihnya itu. Ia tahu persis bagaimana perasaan Alex saat ini. Bukan hal yang mudah untuk pergi dan meninggalkan semua kenyamanan yang Alex miliki. "Sabarlah, Sayang. Aku yakin semua masalah ini akan berlalu. Kamu pasti bisa melaluinya," ucap Intan. Alex menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Ia menggandeng tangan Intan dan masuk ke dalam mobil. Intan berinisiatif menyetir mobilnya karena mengerti bahwa Alex belum dapat fokus dan perlu waktu untuk menenangkan diri. Intan menghentikan mobilnya di depan warung soto ayam sederhana yang terletak di pinggir jalan. Ia melihat wajah Alex yang muram dan seperti sedang melam
Read more

Keputusan Kakek Nugraha

"Maaf, Kek. Darren sedang kurang enak badan, jadi aku gak bisa membawanya malam ini," jawab Intan. "Apa anakku sakit? Darren kenapa, Intan?" tanya Tommy yang tiba-tiba sudah berdiri di dekat Intan. Intan berbalik dan menatap mantan suaminya itu. "Hanya sakit ringan." Intan enggan memperpanjang pembicaraan itu dengan Tommy. Secepatnya ia ingin segera menghindar dan menjauh dari sang mantan suami. "Jangan meremehkan penyakit apapun, Intan! Besok aku akan membawa dia ke dokter," kata Tommy. "Gak perlu, Mas. Aku sudah membawanya ke dokter. Kata dokter Darren hanya sakit flu biasa. Dia hanya butuh banyak makanan bergizi dan istirahat. Saat ini kondisi kesehatannya juga sudah mulai membaik. Terimakasih untuk perhatianmu."Tommy mendekati Intan dan berbisik, "Intan, aku ini papa kandung Darren. Wajar kalau aku memperhatikan dia dan sangat cemas saat mendengar dia sedang sakit. Kamu gak perlu merasa canggung padaku. Kesehatan dan kebahagiaan Darren menjadi tanggung jawab kita bersama. Lag
Read more

Salah Paham

"Mbak, aku mau ke toilet dulu. Mbak tunggu di mobil sebentar, ya!" kata Rudy. Keduanya pun berpisah, Rudy berbelok ke kiri dan menuju toilet. Sementara itu, Intan langsung menuju ke halaman depan restoran, tempat mobilnya terparkir. Sambil menunggu, ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Restoran yang terletak di tengah kota itu baru satu tahun berdiri dan hampir tidak pernah sepi. Tempat yang nyaman dan lokasi yang strategis membuat banyak pelanggan, juga pengusaha menggunakan tempat itu bukan hanya sebagai tempat makan, tapi juga berbagai berteman bisnis. Intan melihat beberapa orang keluar dan masuk melalui pintu utama restoran itu. Berbagai ekspresi terlihat dari wajah orang-orang itu. Intan menghela nafas panjang, merenungkan kembali keputusan kakek yang menimbulkan berbagai reaksi dari kaum keluarganya. Intan terkejut ketika tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dengan erat dari belakang. "Siapa kamu? Lepaskan aku!" teriak Intan. Intan menoleh, berusaha melihat si
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
20
DMCA.com Protection Status