Lahat ng Kabanata ng Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder : Kabanata 121 - Kabanata 130

159 Kabanata

121.

Kemarahan Lea nyatanya tak lantas membuatnya melupakan kewajibannya pada sang suami. Meski setengah hati, ia tetap berusaha semampunya menuntaskan dahaga Riko atas dirinya. Berhasil mendaki hingga dua kali, raga kekar bersimbah peluh itu akhirnya tumbang dengan wajah penuh kepuasan. Lea tak bisa memejamkan mata. Biasanya, Riko akan membantunya bebersih sebelum pergi tidur, tapi bukan hal itu yang mengganggunya. Pesan vulgar yang dikirim tanpa nama membuatnya deja vu. Ketakutan itu kembali muncul, bahkan kini lebih parah. Keberadaan janin dalam gua penuh kasihnya membuat rasa takut kehilangan Riko semakin menjadi-jadi. Lea bisa saja berjuang seorang diri, tetapi dia tak bisa membiarkan anaknya tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Jikapun pahitnya suaminya benar-benar dijebak, Lea bertekad untuk mempertahankan hak anak mereka kelak. "Lea."Riko terjaga, rasa kantuk yang menghinggapinya lenyap seketika menyadari ruang di sisinya kosong. Usai melirik jam di nakas, Riko menyibak seli
Magbasa pa

122.

Lea melihatnya dengan jelas. Melihat bagaimana suaminya terbakar api cemburu. Walau tak sepatah kata pun terlontar dari mulut pria itu, Lea tahu Riko tengah mati-matian berusaha meredam emosinya. "Yang, aku tanya sama kamu. Hal penting apa yang membuatmu harus menemui Bara sepagi ini?""Ck, nggak semua hal harus aku laporkan sama kamu kan, Mas? Toh aku nggak selingkuh.""Lea!" Tegas dan penuh penekanan bibir Riko memanggil istrinya, tapi meski begitu suaranya masih terdengar lembut dan enak didengar. "Aku suamimu, segala hal yang berhubungan denganmu tentu saja menjadi tanggung jawabku. Apa pun, tanpa terkecuali."Hembusan napasnya terdengar berat. Rupanya sesulit itu berusaha bersikap normal sementara hati dibantai rasa cemburu habis-habisan. Riko ingin mengamuk, tapi tak kuasa di hadapan sang istri. "Kalau kamu butuh sesuatu, aku masih sanggup melakukan apa pun untukmu, Yang. Mintalah padaku, jangan lelaki lain karena aku tak suka!""Tapi apa yang aku butuh dari Mas Riko nggak bi
Magbasa pa

123.

Setibanya di rumah, Riko langsung menuju kamarnya di lantai atas. Tak tahan rasanya mengulur waktu lebih lama lagi demi menjumpai sang istri. Begitu pertemuannya dengan Herman berakhir, ia gegas meminta Rian melajukan kereta besi kembali ke istananya. "Yang?"Lea yang sedang duduk santai menikmati segelas susu dan kudapan kaget melihat kedatangan suaminya yang tiba-tiba. Dia pikir menjelang malam lelaki itu baru tiba di rumah, nyatanya Riko pulang secepat itu. "Lho, Mas. Sudah pulang? Kupikir masih lama." Lea beringsut untuk menyalami suaminya. "Kebetulan tadi cepat selesai jadi aku langsung pulang.""Manggisnya mana?" Perempuan itu bertanya dengan binar penuh harap. "Aku lupa nggak beli, tadi buru-buru banget habis ketemuan sama Herman aku langsung pulang. Lupa nggak mampir."Wajah yang semula sumringah berubah mendung. Lea diam tampak sangat kecewa karena suaminya tak memenuhi keinginannya. "Serius lupa, Yang. Nanti aku keluar lagi buat beli, jangan marah ya?" Memeluk istrinya
Magbasa pa

124.

Melihat mobil suaminya meninggalkan gerbang pagi itu, Lea gegas masuk ke kamar untuk mengganti baju. Setelah bersabar menunggu hingga tiga hari lamanya, akhirnya tiba juga hari yang dinantinya. Tak sia-sia dia merogoh kocek dalam-dalam, sampai hampir menimbulkan kesalahpahaman antara dirinya dan sang suami. Uang yang Lea keluarkan dia pergunakan untuk menyewa jasa detektif swasta. Ia sempat menginterogasi Bara melalui sambungan telepon. Menggunakan ponsel milik Ferdi demi menjaga perasaan Riko. Pun hal itu dia lakukan di depan Sari dan Asih serta beberapa pengawal yang sedang berlatih di taman samping paviliun. Lea menyambar tas selempangnya, memastikan dompet dan ponsel telah tersimpan rapi di dalamnya. "Non, yakin mau pergi? Bibi takut, Non. Gimana kalau nanti Den Riko ngamuk kalau tau Non Lea pergi diam-diam begini? Bibi harap Non nggak lupa siapa suami Non itu. Den Riko bisa melakukan hal yang sama sekali tak pernah terpikirkan. Tindakannya tak terduga, Non. Bukan apa-apa, Bibi
Magbasa pa

125.

Tangan Lea terkepal, dadanya bergemuruh hebat. Kata-kata perempuan itu terdengar begitu merendahkannya. Lea merasa terhina sebagai istri. Ia marah dan sangat ingin menyentuh wajah perempuan itu dengan menggunakan sandalnya. Namun, sebisa mungkin Lea menguasai diri untuk tak menuruti amarahnya. Dia bukan perempuan labil, Lea juga harus berpikir dewasa agar orang lain tak dengan mudah merendahkan harga dirinya. Apa untungnya mengamuk, yang ada hanya akan mempermalukan dirinya sendiri."Kamu bilang aku harus mundur? Kenapa bukan kamu saja yang mundur?" tanya Lea masih dengan gaya kalemnya. Wanita berambut sebahu itu tersenyum mengejek. "Jangan bodoh, Lea. Suamimu bertahan denganmu hanya karena kasihan, jangan menyakiti diri sendiri dengan berpura-pura tak tau apa-apa. Kami saling mencintai, Le. Apa perlu aku tunjukkan padamu foto ketika kami sedang memadu kasih? Wajahnya terlihat sangat puas. Memang apa yang bisa dia dapatkan dari wanita hamil ringkih sepertimu! Suamimu lelaki normal
Magbasa pa

126.

Lea tahu, sepanjang manusia masih menghela napas maka sudah dapat dipastikan mereka akan dihadapkan dengan berbagai macam persoalan. Akan tetapi jika boleh meminta, cukuplah sampai di sini saja ujian pernikahannya. Hampir dua tahun dia menjalani bahtera bersama Riko, dan masalah berat selalu datang menimpa, membuat rumah tangga mereka nyaris kandas. Besar harapan Lea dengan hadirnya calon buah hati mereka, akan dapat semakin menguatkan ikatan batin di antara mereka. Membuat hubungan mereka semakin harmonis dan menumbuhkan cinta semakin besar di hati masing-masing. "Sudah sampai, Non. Saya antar ke atas." Ferdi bersiap melepas safety belt yang membelit dadanya. Lamunan Lea buyar. Ia gegas meraih bingkisan yang disodorkan Sari padanya. "Tidak usah, Bang. Aku langsung naik sendiri saja. Bang Ferdi pulang saja, kasihan Bi Asih kalau kelamaan ditinggal.""Tidak bisa begitu, Non. Ini menyalahi protokol yang sudah ditetapkan. Saya bisa dihukum pak bos kalau sampai dia tau saya melepas ist
Magbasa pa

127.

Jarum jam menyentuh angka lima sore ketika Lea membuka mata. Rinai gerimis yang dilihatnya dari jendela kaca runtuh kian deras, sesekali kilat menyambar. Suhu udara dari mesin pendingin ruangan terasa lebih dingin, Lea merapatkan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Sesaat tatapannya tertumbuk pada segelas minuman yang berada di nakas, masih menguarkan asap tipis yang artinya minuman itu belum lama dibuat. Lea meraihnya, menikmati susu dengan rasa cokelat yang mampu menghangatkan tubuhnya dalam sekejap. "Ini masih ada kesalahan, coba dicek lebih teliti lagi. Astaga! Sebenarnya apa pekerjaanmu, saya hanya memintamu mengecek saja kenapa masih bisa kecolongan?"Lea menoleh ke arah pintu, suara suaminya terdengar menggelegar di dalam sana. Suaminya memang terkenal dengan image galak dan super disiplin, tapi pria itu juga penyayang dan orang yang memiliki hati hangat sebetulnya. Tak jarang Lea pun sering mendengar suara bernada bentakan, dunia yang keras membuat Riko keras pula mendi
Magbasa pa

128.

"Kenapa, Mas?" Lea mengulangi pertanyaannya. Wajah suaminya terlihat sangat serius, tatapannya yang kosong membuat Lea tahu suaminya tengah berpikir keras. "Bara minta aku buat datang ke rumahnya lusa. Katanya ada hal penting yang nggak bisa dia ceritakan di telepon.""Kenapa nggak ngomong langsung saja?"Lea mana tahu kalau suaminya sedang memberikan hukuman pada Bara dalam bentuk skorsing selama sebulan penuh. Pun Riko masih belum mau menceritakannya karena ia pikir tak penting juga Lea mengetahui perasaan Bara terhadapnya. "Aku juga nggak tau. Ya sudah, pokoknya kita ke sana sama-sama. Aku nggak enak soalnya sepanjang dia ikut aku hampir nggak pernah dia minta sesuatu sama aku."Lea mengacungkan jempol, ia kembali memainkan ponselnya. Demi mengusir rasa bosan, Lea berselancar di akun media sosialnya sementara Riko melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Pintu diketuk, Andi dan dua orang staff memasuki ruangan. Lea membungkuk sopan seraya melempar senyum lalu kembali fokus
Magbasa pa

129.

"Ikut denganku nanti, Fer!" Kalimat yang lebih mirip titah daripada ajakan itu lolos dari bibir Riko. Mengingat kondisi Lea yang seringkali tak bisa diprediksi, Riko mengambil jalan tengah mengajak Ferdi untuk menjadi sopir dadakan untuk mengantarnya ke tempat Bara. Lokasinya yang cukup jauh menjadi bahan pertimbangan Riko mengajak salah satu orang kepercayaannya itu. "Siap, Bos! Mau berangkat jam berapa biar saya siapkan semuanya.""Jam delapan saja. Kira-kira sampai di sana belum terlalu sore.""Baik, Bos. Saya siapkan mobil dulu," ujar Ferdi yang kemudian langsung melarikan diri ke garasi. Inilah yang disukai Riko dari Ferdi. Cara kerjanya hampir mirip dengan Bara. Cepat, sigap, penuh perhitungan, dan tak banyak bicara. Riko masih didera rasa penasaran dengan alasan Bara memintanya untuk datang, tapi dia enggan terlalu bertanya bertanya. Dia memang tak terlalu mencampuri urusan pribadi orang-orang yang bekerja dengannya selagi hal itu tak mengurangi kinerja mereka. "Sudah siap
Magbasa pa

130.

Wanita itu terpaku di tempat, luar biasa malu sehingga membuatnya tak bisa bernapas dengan benar. Salahkan dirinya yang bodoh, seharusnya Indah sadar diri apa yang menyebabkan mereka terjebak di dalam kamar yang sama. Hal yang membuat Bara menyebutkan namanya dalam janji suci pernikahan. Namun, rupanya sepertinya hanya dia seorang yang menerima pernikahan ini dengan sepenuh hati. Menjalankan kewajibannya sebagai istri, tapi tidak dengan pria di hadapannya. Bagi Bara, mungkin pernikahan itu terjadi hanya demi bakti pria itu terhadap ibunya. Tak lebih. Tanpa kata, sembari menelan kekecewaannya, Indah kembali ke kamar mandi. Bulir bening berjatuhan ketika dia melucuti pakaiannya haram yang dikenakannya dan menukarnya dengan piyama tidur lengan panjang. 'Sadar, Ndah. Kalian menikah karena dijodohkan. Mas Bara terpaksa menerima permintaan ibunya, lalu apa yang kamu harapkan?'Indah menggeleng. Usai membasuh wajah, wanita itu ke luar dari kamar mandi dan mendapati lelaki yang baru saja m
Magbasa pa
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status