Semua Bab Petaka Di Lorong Kampus: Bab 81 - Bab 90

104 Bab

Bab 81. Kesempatan Dalam Kesempitan

Yoke ketakutan melihat kebelakangnya, preman itu sedang berlari ke arahnya.“Tenang Non Yoke, kita akan hajar orang itu” Yanto yang sudah merasa ada yang tidak beres sejak mendengar Yoke berteriak memanggil Mbok Ratih dengan nada panik itu pun berusaha untuk membuka gerbang, naun karena di gembok dia tidak bisa masuk.“Sudah To, loncat saja”Yanto menoleh ke arah Anwar. Ternyata Anwar saat ini sedang memanjat pagar untuk bisa masuk ke dalam. Tepat saat Anwar melompat turun, preman itu pun tiba di dekat Yoke, dan langsung menjambak rambut Yoke untuk ditarik mengikutinya.Melihat perlakuan pria itu terhadap Yoke Anwar dan Yanto menjadi naik pitam, Anwar pun langsung menghajar sang preman, sedangkan Yanto buru-buru mengikuti jejak Anwar melompati pagar.Mbok Ratih yang melihat perkelahian tersebut hanya bisa menjerit ketakutan.“Mbok, jangan takut, mending tolongin saya” Yoke berteriak menyadarkan Mbok Ratih dari rasa terkejut dan paniknya.Mbok Ratih pun berhenti menjerit dan mencari-ca
Baca selengkapnya

Bab 82. Wajah Asli Damar

Dylan terkejut mendengar suara seseorang di seberang sana yang datang dengan menyeret tubuh seorang wanita tua. Dalam keadaan lampu yang kadang menyala kadang mati itu Dylan menajamkan penglihatanya.Tidak salah lagi, wanita tua itu memanglah Nenek Seno, yang sedang dicari-cari oleh Renata cs. Dylan menahan rasa mualnya kala melihat wujud Seno, sahabatnya itu memakai baju baju terakhir yang dipakainya saat dia ditemukan tewas 3 tahun yang lalu. Sedangkan tubuh Seno sama persis dengan kondisi pada saat mayatnya di bawa oleh ambulance. Jika orang lain yang melihat Seno saat ini sungguh sangat mengerikan dan seram. Bau anyir darahpun begitu menyengat.Dylan juga melihat keempat preman yang tadi menghajarnya dalam keadaan babak belur dan terluka, salah satu dari mereka menggelepar di lantai, mungkin juga sedang meregang nyawa. Entah apa yang telah Seno lakukan pada mereka berempat. Namun Dylan pikir itu adalah harga yang harus mereka bayar saat ini, karena dulu mereka melakukanya pada Sen
Baca selengkapnya

Bab 83. Perkelahian

Belum sempat Damar menembakan isi pelurunya ke arah Dylan, saat itu dia meraung kesakitan sambil memegangi kepalanya yang berdarah.“Rasakan kau orang jahat! Kau pikir akan dengan mudahnya menyakiti teman-temanku?!” ternyata Yoke dan Yanto sudah berdiri tak jauh dari sana, dan Yoke lah yang melemparkan batu ke arah kepala Damar.Beberapa menit yang lalu...Yanto dan Anwar sudah kembali kewalahan menghadapi preman yang sudah terlatih berkelahi, mereka sudah kembali tergeletak di tanah sambil meraung kesakitan, namun saat itu dua buah motor sudah berhenti dan terparkir di depan gerbang kampus. Dua buah motor yang berisi empat orang karyawan toko Nenek Seno menyusul mereka, dan dengan sigap merusak gembok pagar agar pintu gerbang dapat terbuka.Setelah pintu terbuka mereka semua masuk dan beramai-ramai mengeroyok preman tersebut hingga babak belur dan pingsan, lalu mereka mengikatnya dengan tali yang mereka temukan.“Talinya Cuma ada segini non” ucap Anwar sambil menunjukan tali rapia ke
Baca selengkapnya

Bab 84. Rencana Damar

“Sudah kuduga bahwa kau terlibat dalam perencanaan pembunuhan Seno” Wendi tersenyum sinis pada Yasmine.“Seno meninggal karena ulahnya sendiri, dia mengancam akan menyebarkan bukti hubunganku dengan Mas Damar dan juga siapa ayah dari bayi yang kukandung”“Tentu saja dia berhak untuk membersihkan nama baiknya! Itu karena kau memfitnah Seno dengan mengatakan bahwa dialah laki-laki yang telah menghamilimu pada semua orang” Wendi menatap nyalang ke arah Yasmine, dia begitu kesal pada wanita yang pernah dianggapnya sahabat baik itu.“Kau salah Wendi! Aku tidak pernah melakukan ataupun menyebarkan berita kalau Seno adalah ayah dari bayiku. Pelaku penyebaran gosip itu adalah Dylan! Kau ingat pada saat Dylan memukuli Seno dan menyuruhnya untuk bertanggung jawab di depan semua mahasiswa? Sejak itu rumors bahwa aku hamil anaknya Seno beredar di seluruh kampus” Yasmine tertawa melihat keberhasilanya yang sudah memanfaatkan kepolosan Wendi.“Itu karena kaulah yang membuatku berpikir seperti itu
Baca selengkapnya

Bab 85. Polisi

“Apa kau juga mengatur kedatangan polisi Mas Damar?” tanya Yasmine merasa was-was.Damar langsung melemparkan obat yang akan di jejalkan ke dalam mulut Nadia. Dia menatap sekeliling, tampak olehnya beberapa orang berseragam polisi berdatangan dari arah depan.“Apa yang terjadi? Bukankah si tua bangka itu akan datang dengan membawa ambulance dari rumah sakit jiwa? Mengapa ada polisi disini?” Damar bertanya seolah pada dirinya sendiri.“Tentu saja aku harus datang dengan membawa polisi, Damar! Kali ini kau sudah tidak bisa menipuku lagi! Semuanya kebusukabmu sudah terbongkar”Semua mata menoleh ke arah sumber suara. Disana terlihat Bramantyo, ayahnya Dylan sedang berdiri di sebelah salah seorang polisi yang sepertinya adalah komandanya.“Saudara Damar anda kami tangkap atas tuduhan pembunuhan berencana terhadap putra kandung anda sendiri, Satria Pramudya”Semua mata menoleh ke arah Damar, karena terkejut atas apa yang mereka dengar. Terlebih Damar, wajahnya terlihat memerah dan langsun
Baca selengkapnya

Bab 86. Akhir Hidup Damar

Tiba-tiba saja Damar mengangkat kedua tanganya dan mencekik lehernya sendiri, Renata memejamkan mata karena tak tahan dengan apa yang dilihatnya.Terdengar suara tertahan dari mulut Damar, matanya terbelalak dan tubuhnya terangkat keatas dengan sendirinya. Semua mata yang melihat kejadian tersebut bergidik ngeri saat tubuh Damar melayang di udara dengan posisi kedua tangan yang mencekik lehernya sendiri.Tubuh Damar melayang melewati pagar pembatas rooftop, kini dia berada tepat diatas jalan raya, kedua kakinya terus bergerak kesana kemari seakan mencari pijakan. Masih terdengar suara mencicit dari tenggorakanya saat kemudian kedua tanganya terkulai lemas kebawah, dan saat itulah tubuhnya dengan cepat jatuh dari ketinggian langsung menuju ke jalan raya yang ada di bawah gedung fakultas teknik.Dylan menahan napasnya, tubuhnya gemetar karena teringat kejadian 3 tahun yang lalu, dimana mereka menemukan tubuh Seno yang remuk berada di jalan raya pada pagi dini hari.Renata tak sanggup me
Baca selengkapnya

Bab 87. Akhir Hidup Yasmine

Renata dan Dylan serta Bramantyo kembali turun melalui lift. Mereka bertiga kini menyerahkan segala urusan tersebut pada pihak kepolisian.Sesampainya di bawah mereka dikejutkan dengan teriakan histeris Yasmine. “Mas Damar... jangan tinggalkan aku mas... aku dan Leon membutuhkan kehadiranmu”Yasmine masih terus menjerit dan hendak mengejar ambulance yang membawa tubuh Damar yang sudah tak bernyawa, sedangkan Camelia terduduk lemah dengan pandangan kosong menatap kepergian jasad suaminya.Renata langsung menghampiri Camelia dan memeluknya, perempuan berhati lembut itu terlihat sangat syok dengan semua yang terjadi di depan matanya.“Kak Lia... yang sabar ya kak, terima semua ini dengan lapang dada, dengan hati yang ikhlas, ini semua sudah takdir Tuhan kak”Sesaat kemudian barulah Camelia menoleh dan menatap Renata. “Dia sudah pergi Re, dia pergi meninggalkan kami, bahkan tanpa menjelaskan apapun padaku mengapa sampai dia mengkhianati aku”Renata mengusap airmata yang mulai berjatuhan d
Baca selengkapnya

Bab 88. Ada Yang Menangis Ada Yang Merindu

“Apa yang terjadi dengan adik saya mas?”“Maaf bu, lebih baik ibu beri kami jalan dulu, nanti ibu bisa tanyakan pada bapak polisi disana”Tanpa menghiraukan pertanyaan dari Camelia, kedua petugas medis itu tetap berjalan dan memasukan Yasmine ke dalam mobil ambulance.Dylan ikutan turun dari mobil dan melihat keadaan Yasmine. Namun tidak sempat melihatnya dari dekat karena pintu mobil yang membawa Yasmine keburu di tutup. Dylan pun mencari keberadaan ayahnya. Camelia pun akhirnya mengikuti Dylan dari belakang, karena dia juga ingin tau kejadian yang menimpa adik semata wayangnya itu.Renata yang meilhat Dylan turun dari mobil, akhirnya meletakan tubuh Leon yang tertidur pulas di kursi belakang. “Pak Rusdi, saya titip anak ini dulu ya, saya turun sebentar”Setelah memastikan posisi Leon nyaman, Renata pun keluar dari mobil dan mengikuti langkah Dylan dan juga Camelia. Meskipun Renata sudah bisa menebak apa yang terjadi dengan Yasmine, namun dia masih tetap ingin mendengar sendiri penj
Baca selengkapnya

Bab 89. Jati Diri Yasmine

“Kak Lia...”Nadia dan Yoke mendekati Camelia dan menatap wanita serta laki-laki yang sudah berumur itu, mereka menyangka kedua orang itulah yang menyakiti Camelia.“Yoke? Nadia? Bagaimana keadaan kalian? Oh iya... ayah, ibu, kenalkan ini para mahasiswi Mas Damar, mereka hampir saja menjadi korbanya Mas Damar, dan Yoke..Nadia, ini mertuaku, ayah dan ibunya Pak Damar”Mendengar kedua orangtua itu adalah mertua dari Camelia, dengan serta merta Yoke dan Nadia menyalami keduanya. Kecurigaan mereka tentang kedua orangtua itu yang menjadi penyebab menangisnya Camelia pun pupus sudah, saat mendengar cerita Camelia tentang apa yang terjadi di kampus setelah mereka semua pergi ke rumah sakit.“Jadi? Pak Damar dan Yasmine sudah meninggal?”Tanya Yoke dan Nadia berbarengan dengan mata yang membola. Kedua orangtua Yoke pun ikut mendekat, dan Yoke pun memperkenalkan kedua ayah dan ibunya pada Camelia dan juga mertuanya.Setelah beramah tamah sebentar akhirnya mereka berempat berpamitan pada Camel
Baca selengkapnya

Bab 90. Penyesalan Bramantyo

Camelia masih melamun dan tenggelam dalam pikiranya atas masa silamnya, ketika supir keluarga Dylan datang dengan menggendong Leon yang sedang menangis.“Mommy... aku mau mommyku hiks..hiks..” balita lucu itu terisak dalam gendongan laki-laki yang asing untuknya.Camelia melihat ke arah Leon, dan teringat akan chat dari Wendi yang memberitahukanya tentang video perselingkuhan suami dan adiknya itu. camelia kemudian berdiri dan menghampiri supir tersebut.“Pak, maaf.. bapak mencari siapa?”“Oh, mbak ini yang tadi bareng bapak ke kampus Mas Dylan kan? ini anak yang tadi di titipkan Mbak Renata dan Mas Dylan serta Mbak Wendi, tadi dia terbangun dan menangis menanyakan ibunya, makanya saya bawa masuk ke dalam sini”“Leon mau ketemu mommy Leon.” Kembali Leon merengek pada supir keluarga Dylan yang masih kebingungan tak tau apa yang ahrus dia lakukan terhadap anak balita tersebut.Camelia yang melihat Leon menangis segera meraih dan menggendongnya. “Cup.. cup sayang jadi namamu Leon ya? Jan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status