Home / Fiksi Remaja / Petaka Di Lorong Kampus / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Petaka Di Lorong Kampus: Chapter 51 - Chapter 60

104 Chapters

Bab 51. Mimpi Yang Aneh

“Renata..” Dylan menepuk-nepuk pipi Renata pelan.“Senooo...”Renata masih saja memanggil-manggil nama Seno dengan mata yang masih terpejam, Dylan menjadi panik dan mengguncang tubuh Renata.“Renata.. bangun Re, kamu hanya mimpi, sadarlah Re”Mata Renata tiba-tiba terbuka. “Seno...Seno..”“Re? Kau sudah bangun?”Renata menatap sekelilingnya, beberapa saat baru dia tersadar bahwa dia masih berada di dalam mobil Dylan.“Kamu mimpi apa Re?” Dylan mengusap lembut kening Renata yang bercucuran keringat.“Seno... dia... ada api, disana ada api”“Sshh... kamu tenangkan diri kamu dulu, ini minumlah” Dylan menyodorkan air putih kemasan botol pada Renata.Renata membetulkan posisi duduknya dan menerima botol minuman dari tangan Dylan.“Aku bermimpi, tapi... aku merasakan mimpi itu begitu nyata” ucapnya setelah meneguk hampir seluruh isi dari botol yang diambilnya tadi.“Kau mengigau dan terus memanggil nama Seno, memangnya kau bermimpi apa?”Renata pun menceritakan semua yang di lihatnya dalam
Read more

Bab 52. Siapa Dia?

“Kita harus pergi Re” Dylan buru-buru mengamit lengan Renata dan membawanya pergi dari sana. “Kak Dylan kenapa sih? Aku masih harus memastikan kalau itu benar-benar sama seperti dalam mimpiku” protes Renata “Dan jika itu memang benar-benar sama bagaimana? Apa kau akan membahayakan dirimu sendiri dengan berdiam disana dan membiarkan orang itu mengetahui bahwa kau tau apa yang dia sedang lakukan?” Renata terdiam, dalam hati dia membenarkan apa yang dikatakan oleh Dylan. “Kita akan kembali kesini lagi, tapi sebelumnya kita harus ke rumahku dulu” Dylan langsung membuka pintu mobilnya untuk Renata saat keduanya sudah berada di parkiran. “Kenapa aku harus ikut ke rumah Kak Dylan?” “Lebih baik kau ikuti saja rencanaku Re, jangan banyak protes” Dylan dengan cepat menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan pekarangan parkir kampus mereka. karena lokasi rumah Dylan tak jauh dari kampus, dalam hitungan menit mobil yang dikendarai oleh Dylan sudah memasuki carport rumahnya. “Sekarang kit
Read more

Bab 53. Tinggal Di Rumah Dylan

Dylan setuju dengan apa yang dikatakan Renata, dia menoleh kesana kemari untuk memastikan keadaan sudah aman bagi mereka. Perlahan dia menuntun Renata untuk keluar dari tempat persembunyianya.“Apa yang harus kita lakukan untuk menolong Seno Re?”“Aku juga ga ngerti kak, tapi sepertinya dupa dan baskom serta nyala lilin di sana itu yang dia buat sebagai senjata untuk menyakiti Seno”Baik Dylan maupun Renata masih dalam mode berbisik saat berbicara, setelah semua dipastikan sudah aman, Dylan berjalan menghampiri lilin yang masih menyala, kemudian di tiupnya nyala lilin itu hingga padam.Perlahan suara jeritan kesakitan pun mulai berkurang. “Sepertinya itu berhasil, lalu bagaimana dengan dupa dan air di baskom ini kak?”Dylan nampak berpikir sesaat, dia berjalan modar mandir memikirkan suatu ide. “Bagaimana kalau kita tumpahkan saja airnya ke tanah itu Re?”“Menurut Kak Dylan itu akan berhasil?”“Kita tidak akan tau kalau tidak mencoba Re”“Baiklah sepertinya hanya itu yang bisa kita la
Read more

Bab 54. Kau Menyukai Renata?

Sudah beberapa hari ini Seno tinggal di rumah Dylan, dan hampir setiap malam Dylan meributkan Seno yang menguarkan hawa dingin hingga menusuk tulang.“Seno, bisakah kau sedikit menjauh? Kau bisa membuatku terkena hipotermia akut jika terus-terusan seperti ini. Suhu udara di kamarku jadi sedingin ini pasti karena ada dirimu disini kan?” Dylan menatap tembok kosong di depanya, dia hanya mengira akan kehadiran Seno karena udara dikamarnya bertambah dingin.Seno mendengkus sebal dengan protes yang dilayangkan oleh Dylan. “Kau pikir ini kemauanku hah!? Jika bisa memilih aku juga tak ingin seperti ini, kau matikan saja AC di kamarmu”Seolah dapat mendengar apa yang di ucapkan Seno, dengan malas Dylan bangun dan turun dari ranjang untuk meraih remote AC dan mematikanya, sesaat kemudian dia sudah kembali memejamkan mata. Baru setengah jam Dylan terlelap, dia kembali bangun karena keringat yang mengucur deras karena hawa ruanganya terasa panas.Dylan yang memang tak dapat melihat Seno, dia ti
Read more

Bab 55. Renata Yang Menggemaskan

Nadia duduk di lantai, bersandar pada ranjang kamarnya, kedua kakinya di tekuk, dia duduk dengan memeluk lutut.“Apa yang harus kukatakan pada Renata dan Yoke? Aku malu”Satu tangan Nadia mengusap kedua matanya yang basah, satu sisi dia merasa malu pada kedua sahabatnya, di sisi lain dia merasa khawatir akan kakaknya, Wendi.Masih terbayang dalam ingatanya tentang percakapan dirinya dan Wendi beberapa waktu lalu.“Jadi sebenarnya kakak mengetahui cerita yang sebenarnya?”Wendi mengangguk lemah mendengar pertanyaan adiknya, Nadia terduduk lemas di sisi Wendi, mendengar semua pengakuan Wendi.“A..apa kakak ehm.. hamil?” Wendi tampak ragu-ragu mengutarakan pertanyaanya, matanya berkaca-kaca menatap Wendi.“Tidak, aku selalu memintanya memakai pengaman saat kami sedang melakukan ehm… itu”“Ya ampun kakak, kenapa kakak mau saja sama si kambing cap playboy itu? rugi banget, kakak kebagusan buat dia.” Nadia mengepalnya kedua tanganya nampak gemas sambil menatap Wendi.“Kebalik. Playboy cap k
Read more

Bab 56. Anak Pintar

Sesuai janjinya pada Wendi, hari ini Nadia mengantarkan kakaknya menemui seorang psikiater. “Kakak tenang saja, aku akan ada selalu bersama kakak, apapun yang kakak pernah lakukan, aku akan selalu mendukung kakak”“Terimakasih Nad, maaf kalau karena kondisi kakak yang sering sakit-sakitan kamu jadi hidup terpisah dari mama papa”“Jangan ungkit hal itu, buktinya aku baik-baik saja kan hidup bersama atok di desa sana”Motor yang dikendarai kedua kakak beradik itu akhirnya sampai di sebuah gedung perkantoran, mereka kemudian mengkonfirmasikan kedatangan mereka pada salah satu staff administrasi. Karena ini adalah kali kedua Wendi berkonsultasi, maka staff admin tersebut sudah mengenalinya. Mereka dipersilahkan untuk menunggu beberapa saat sebelum nama Wendi dipanggil.Tangan Wendi saling bertaut, dia nampak gelisah. Nadia mengusap bahunya untuk memberikan kekuatan pada saudarinya. Saat petugas admin memanggil namanya, Nadia turut masuk ke ruangan konsultasi atas permintaan Wendi.Dengan
Read more

Bab 57. Yasmine Pulang

Satu minggu kemudian.Di Bandara Soekarno-Hatta, tampak seorang wanita cantik tengah menuruni tangga pesawat yang baru saja landing. Kaki jenjangnya melangkah dengan anggun dan percaya diri, satu tanganya menuntun seorang bocah laki-laki berusia 2 tahun yang berjalan pelan disampingnya. Kacamata hitam menghiasi wajah wanita tersebut, menjadikanya terlihat semakin elegan dan mewah.Sementara itu di ruang tunggu kedatangan Dylan berjalan mondar mandir, seperti sedang menanti kedatangan seseorang.“Dylan..”Laki-laki muda yang usianya baru genap 21 tahun itu menoleh dan mendapati wanita cantik yang memanggilnya dengan suara khasnya yang lembut.“Yasmine? Kau Yasmine kan?”“Memangnya siapa lagi? Seingatku aku tidak memiliki saudari kembar identik”Dylan memperhatikan penampilan Yasmine dari kepala hingga ujung kaki. “Kamu… cantik”“Thanks, by the way… kamu disini sedang apa? Jangan bilang bahwa orang yang menjemputku itu adalah kamu?”“Ehm… ituu.. iya, papa tadi menyuruhku untuk menjemput
Read more

Bab 58. Leon Anak Indigo

Wajah Dylan memucat, dia khawatir Yasmine akan curiga. “Eh.. buk.. bukan begitu Leon, itu tadi om cuma lagi peragain salah satu jurus karate, lagian om kan sendirian, ga ada siapa-siapa lagi disini”Yasmine tersenyum melihat sikap Dylan yang kikuk. “Ga papa kok Lan, kadang memang Leon suka bicara seperti itu, jangan anggap serius ucapanya, biasalah anak kecil”“Ohh.. begitu ya” Dylan bernapas lega saat sikap Yasmine tidak menunjukan tanda-tanda dia mengetehaui keberadaan Seno di rumahnya.“Hanya saja… Leon ternyata adalah anak indigo, dia… bisa melihat mahluk tak kasat mata”Ucapan Yasmine yang terakhir membuat Dylan terkejut dan gugup, dia melirik kesana kemari, berusaha untuk merasai kehadiran Seno, namun nihil karena memang Dylan tak memiliki bakat indigo.“Hey… jangan ketakutan seperti itu, kau ini … masa segitu saja takut” Yasmine tertawa melihat tingkah Dylan, yang dianggapnya takut karena ucapan Leon yang mengatakan bahwa Dylan tak sendirian di dalam kamarnya, melainkan ada mah
Read more

Bab 59. Rekaman CCTV Yang Direkayasa

Dylan melihat sekilas, foto mobilnya yang terparkir di halaman kampus di sebelah mobil Seno, foto yang sama yang pernah diperlihatkan oleh Renata.“Ini tidak benar pah, karena dari pagi aku belum pulang ke rumah dan tetap berada di kampus hingga malam, sedangkan Seno baru datang pada saat mendekati waktu janji temu kami, jika Seno memang memarkirkan mobilnya disamping mobilku, itu artinya Seno mengetahui bahwa aku berada di kampus, dan dia tau dimana tempat dia bisa menemukan aku pah”“Maksudmu foto itu editan? Papa sudah menyuruh seorang ahli untuk memeriksa keaslian foto-foto itu, dan semuanya asli tanpa proses editing”“Mungkin memang asli pah, tapi saat aku memutuskan untuk menunggu Seno di dalam mobil yang akhirnya ketiduran, aku belum melihat kedatangan Seno disana, itu artinya aku parkir di temat itu lebih dulu daripada Seno, dan jika Seno datang belakangan seharusnya dia melihat mobilku terparkir disana kan? Dia juga seharusnya melihatku yang tertidur di dalam mobil”Bramantyo
Read more

Bab 60. Dalam Gelap Malam

“Nadia? Akhirnya lo dateng juga ke rumah gue, gue udah kangen banget sama lo.” Yoke merangkul tubuh Nadia dan membawanya masuk ke dalam rumahnya.“Sorry kalau aku pernah ngomong kasar sama kamu Ke, tapi aku bisa jelasin semuanya kok,” ucap Nadia dan menghempaskan bokongnya di sofa tamu rumah Yoke.“Ga papa Nad, lagian yang lo omongin itu bener kok, gue udah gede, harus bisa mandiri.. ehm.. lo tau ga? Sekarang gue udah berani naek motor pulang pergi ke kampus sendirian” Yoke mengikuti apa yang dilakukan Nadia dan duduk disampingnya.“Seriusan Ke? Yaahh… berarti kita ga bakalan berangkat dan pulang bareng lagi dong pas kuliah”“Kita masih bisa bareng Nad, kan kita bisa konvoi berdua, kaya emak-emak berangkat arisan gitu.” Yoke menaik turunkan kedua alisnya dengan mimik wajah dibuat selucu mungkin.“Kamu tuh yang kaya emak-emak, aku sih ogah disamain, secara aku kan kalo ngasih lampu sein selalu bener, sesuai kemana arah motor mau belok,” jawab Nadia dan mereka berdua pun tergelak bersa
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status