Beranda / Fiksi Remaja / Petaka Di Lorong Kampus / Bab 55. Renata Yang Menggemaskan

Share

Bab 55. Renata Yang Menggemaskan

Penulis: SunnyBells09
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nadia duduk di lantai, bersandar pada ranjang kamarnya, kedua kakinya di tekuk, dia duduk dengan memeluk lutut.

“Apa yang harus kukatakan pada Renata dan Yoke? Aku malu”

Satu tangan Nadia mengusap kedua matanya yang basah, satu sisi dia merasa malu pada kedua sahabatnya, di sisi lain dia merasa khawatir akan kakaknya, Wendi.

Masih terbayang dalam ingatanya tentang percakapan dirinya dan Wendi beberapa waktu lalu.

“Jadi sebenarnya kakak mengetahui cerita yang sebenarnya?”

Wendi mengangguk lemah mendengar pertanyaan adiknya, Nadia terduduk lemas di sisi Wendi, mendengar semua pengakuan Wendi.

“A..apa kakak ehm.. hamil?” Wendi tampak ragu-ragu mengutarakan pertanyaanya, matanya berkaca-kaca menatap Wendi.

“Tidak, aku selalu memintanya memakai pengaman saat kami sedang melakukan ehm… itu”

“Ya ampun kakak, kenapa kakak mau saja sama si kambing cap playboy itu? rugi banget, kakak kebagusan buat dia.” Nadia mengepalnya kedua tanganya nampak gemas sambil menatap Wendi.

“Kebalik. Playboy cap k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 56. Anak Pintar

    Sesuai janjinya pada Wendi, hari ini Nadia mengantarkan kakaknya menemui seorang psikiater. “Kakak tenang saja, aku akan ada selalu bersama kakak, apapun yang kakak pernah lakukan, aku akan selalu mendukung kakak”“Terimakasih Nad, maaf kalau karena kondisi kakak yang sering sakit-sakitan kamu jadi hidup terpisah dari mama papa”“Jangan ungkit hal itu, buktinya aku baik-baik saja kan hidup bersama atok di desa sana”Motor yang dikendarai kedua kakak beradik itu akhirnya sampai di sebuah gedung perkantoran, mereka kemudian mengkonfirmasikan kedatangan mereka pada salah satu staff administrasi. Karena ini adalah kali kedua Wendi berkonsultasi, maka staff admin tersebut sudah mengenalinya. Mereka dipersilahkan untuk menunggu beberapa saat sebelum nama Wendi dipanggil.Tangan Wendi saling bertaut, dia nampak gelisah. Nadia mengusap bahunya untuk memberikan kekuatan pada saudarinya. Saat petugas admin memanggil namanya, Nadia turut masuk ke ruangan konsultasi atas permintaan Wendi.Dengan

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 57. Yasmine Pulang

    Satu minggu kemudian.Di Bandara Soekarno-Hatta, tampak seorang wanita cantik tengah menuruni tangga pesawat yang baru saja landing. Kaki jenjangnya melangkah dengan anggun dan percaya diri, satu tanganya menuntun seorang bocah laki-laki berusia 2 tahun yang berjalan pelan disampingnya. Kacamata hitam menghiasi wajah wanita tersebut, menjadikanya terlihat semakin elegan dan mewah.Sementara itu di ruang tunggu kedatangan Dylan berjalan mondar mandir, seperti sedang menanti kedatangan seseorang.“Dylan..”Laki-laki muda yang usianya baru genap 21 tahun itu menoleh dan mendapati wanita cantik yang memanggilnya dengan suara khasnya yang lembut.“Yasmine? Kau Yasmine kan?”“Memangnya siapa lagi? Seingatku aku tidak memiliki saudari kembar identik”Dylan memperhatikan penampilan Yasmine dari kepala hingga ujung kaki. “Kamu… cantik”“Thanks, by the way… kamu disini sedang apa? Jangan bilang bahwa orang yang menjemputku itu adalah kamu?”“Ehm… ituu.. iya, papa tadi menyuruhku untuk menjemput

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 58. Leon Anak Indigo

    Wajah Dylan memucat, dia khawatir Yasmine akan curiga. “Eh.. buk.. bukan begitu Leon, itu tadi om cuma lagi peragain salah satu jurus karate, lagian om kan sendirian, ga ada siapa-siapa lagi disini”Yasmine tersenyum melihat sikap Dylan yang kikuk. “Ga papa kok Lan, kadang memang Leon suka bicara seperti itu, jangan anggap serius ucapanya, biasalah anak kecil”“Ohh.. begitu ya” Dylan bernapas lega saat sikap Yasmine tidak menunjukan tanda-tanda dia mengetehaui keberadaan Seno di rumahnya.“Hanya saja… Leon ternyata adalah anak indigo, dia… bisa melihat mahluk tak kasat mata”Ucapan Yasmine yang terakhir membuat Dylan terkejut dan gugup, dia melirik kesana kemari, berusaha untuk merasai kehadiran Seno, namun nihil karena memang Dylan tak memiliki bakat indigo.“Hey… jangan ketakutan seperti itu, kau ini … masa segitu saja takut” Yasmine tertawa melihat tingkah Dylan, yang dianggapnya takut karena ucapan Leon yang mengatakan bahwa Dylan tak sendirian di dalam kamarnya, melainkan ada mah

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 59. Rekaman CCTV Yang Direkayasa

    Dylan melihat sekilas, foto mobilnya yang terparkir di halaman kampus di sebelah mobil Seno, foto yang sama yang pernah diperlihatkan oleh Renata.“Ini tidak benar pah, karena dari pagi aku belum pulang ke rumah dan tetap berada di kampus hingga malam, sedangkan Seno baru datang pada saat mendekati waktu janji temu kami, jika Seno memang memarkirkan mobilnya disamping mobilku, itu artinya Seno mengetahui bahwa aku berada di kampus, dan dia tau dimana tempat dia bisa menemukan aku pah”“Maksudmu foto itu editan? Papa sudah menyuruh seorang ahli untuk memeriksa keaslian foto-foto itu, dan semuanya asli tanpa proses editing”“Mungkin memang asli pah, tapi saat aku memutuskan untuk menunggu Seno di dalam mobil yang akhirnya ketiduran, aku belum melihat kedatangan Seno disana, itu artinya aku parkir di temat itu lebih dulu daripada Seno, dan jika Seno datang belakangan seharusnya dia melihat mobilku terparkir disana kan? Dia juga seharusnya melihatku yang tertidur di dalam mobil”Bramantyo

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 60. Dalam Gelap Malam

    “Nadia? Akhirnya lo dateng juga ke rumah gue, gue udah kangen banget sama lo.” Yoke merangkul tubuh Nadia dan membawanya masuk ke dalam rumahnya.“Sorry kalau aku pernah ngomong kasar sama kamu Ke, tapi aku bisa jelasin semuanya kok,” ucap Nadia dan menghempaskan bokongnya di sofa tamu rumah Yoke.“Ga papa Nad, lagian yang lo omongin itu bener kok, gue udah gede, harus bisa mandiri.. ehm.. lo tau ga? Sekarang gue udah berani naek motor pulang pergi ke kampus sendirian” Yoke mengikuti apa yang dilakukan Nadia dan duduk disampingnya.“Seriusan Ke? Yaahh… berarti kita ga bakalan berangkat dan pulang bareng lagi dong pas kuliah”“Kita masih bisa bareng Nad, kan kita bisa konvoi berdua, kaya emak-emak berangkat arisan gitu.” Yoke menaik turunkan kedua alisnya dengan mimik wajah dibuat selucu mungkin.“Kamu tuh yang kaya emak-emak, aku sih ogah disamain, secara aku kan kalo ngasih lampu sein selalu bener, sesuai kemana arah motor mau belok,” jawab Nadia dan mereka berdua pun tergelak bersa

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 61. Mimpi Yang Nyata

    “Yasmine”Seseorang menepuk pipi Yasmine pelan, perlahan mata Yasmine mengerjap dan perlahan terbuka. “Kau ini kenapa Yas? Mengapa tidur sambil teriak-teriak begitu?”Ternyata Dylan yang membangunkan Yasmine. Dia memaksa masuk ke dalam kamar karena mendengar Yasmine berteriak dan juga suara tangisan Leon.“Apa yang terjadi Lan? Dimana aku?” Yasmine terbangun dalam keadaan seperti orang linglung.“Kamu yang kenapa Yas, apa yang terjadi? Kamu mimpi? Aku dengar kamu teriak-teriak dalam tidurmu, dan juga Leon yang menangis”“Dylan, kamu harus menolongku, aku terkurung di ruangan dan gelap sekali, lampunya mati, kakiku menginjak pecahan kaca di lantai” tangan Yasmine memegang kemeja Dylan sangat erat seolah dia sedang ketakutan. “Oh astaga... Leon, dimana anakku Lan? Dimana Leon?” lanjutnya.“Tenang Yas, Leon baik-baik saja, dia sekarang sedang disuapi oleh Mbok Ning setelah dimandikan tadi”“Tapi kenapa aku ada di kamar ini Lan?”“Loh... memangnya dimana lagi kau akan tidur? Bukankah dar

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 62. Kamu Ada Di Pihak Mana Wendi?

    Sesuai janjinya pada Dylan, selesai kelas Renata bersiap untuk pergi ke rumah Dylan, dia sudah menelpon Mang Arija untuk tidak menjemputnya, karena nanti Dylan yang akan mengantarnya pulang.“Udah siap Re?”Dylan datang dari arah belakang dan langsung melingkarkan lenganya di bahu Renata.“Jangan begini kak, aku ga enak di lihat yang lain”“Yang lain siapa? Aku ga punya yang lain Re”“Kak Dylan jangan bercanda, aku ga mau jadi target fans kakak untuk di buly”Dylan malah tertawa terbahak mendengar kalimat sarkas yang di lontarkan Renata, namun dia menuruti permintaan gadis berusia 18 tahun itu untuk melepaskan tanganya dari bahu Renata, dan sebagai gantinya dia meraih jemari Renata untuk di genggamnya.Renata mau tak mau mengikuti langkah kaki Dylan menuju mobilnya, dengan membiarkan tanganya di genggang oleh kakak tingkatnya tersebut, karena dia tak ingin dianggap cerewet jika dia kembali protes.Sesaat kemudian mereka telah sampai di rumah Dylan. “Ayo masuk Re, anggap aja rumah send

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 63. Mereka Anak Kembar?

    Renata menatap bocah kecil di hadapanya yang sepertinya menolak untuk dekat-dekat denganya.“Maaf, Leon memang biasanya seperti itu pada orang yang baru dikenalnya” Yasmine menarik Leon dan mendekatkanya pada Dylan, dengan wajah yang terlihat tidak menyukai kehadiran Renata.Sikap Yasmine membuat Renata tak enak hati berada di tengah antara Dylan dan Yasmine, terlebih Dylan juga tak menolak saat Leon menghampirinya. “Dylan sepertinya belum move on dari Yasmine, wajar sih dari apa yang pernah kudengar, dulu Dylan amat mencintai Yasmine, dan pastinya susah sekali untuk melupakan cinta yang begitu dalam, apalagi jika itu adalah cinta pertama” Renata hanya bisa berujar dalam hatinya.Karena merasa canggung, akhirnya Renata pun berpamitan untuk pulang dan langsung di iyakan oleh Yasmine, namun Dylan sempat menahanya, dan menawarkan untuk mengantarkan Renata pulang.“Kamu tunggu sebentar ya Re, aku antar kamu pulang aja” ucap Dylan sambil menyambar kunci mobilnya.Melihat Dylan yang bersia

Bab terbaru

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 104. Sakitnya Dibohongi

    Renata terbengong sendiri mendengar perkataan Sena, sedangkan Sena tersenyum-senyum menatap wajah Renata dan membayangkan mereka tinggal bersama.“Sebentar deh Sena, kamu kan baru aja kuliah disini, kenapa mau pindah?”“Ya ga papa sih, abis ternyata disini membosankan suasananya, apalagi kalau nanti ga ada kamu, bisa kebayang kan sekeriting apa otakku nanti?”Renata tertawa renyah mendengar kelakar Sena, “Ada-ada aja kamu Sena”“Kalian berdua lagi ngomongin apaan sih?” Yoke tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Renata dan ikut duduk disisinya.“Hei Yoke, kamu tambah manis aja hari ini”“Aduh Sena, ga usah ngegombalin gue deh, kaga mempan tau ga?! Kemaren gue abis mutusin cowo gue, gara-gara gombalan dia udah basi, udah expired”“Ya ampun Ke, lo sadis banget sih”“Iihh abisnya dia ga kreatif ngerayu cewe Re, bikin bosen”“Ke, lo dalam sebulan ini udah berapa kali ganti pacar?”“Ehm... lupa gue, abis rata-rata mereka pada jahat, cuma pe ha pe doang”Renata hanya geleng-geleng kepala

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 103. Lamaran

    “Jadi... maksud saya datang kesini adalah untuk melamar Dek Camelia, untuk menjadi istri saya dan juga mamanya Dylan, dan saya juga bersedia menjadi ayah bagi Rama dan Leon,” ucap Bramantyo sambil menyodorkan kotak beludru warna biru yang di dalamnya berisi cincin berlian.Camelia terkesiap mendengar lamaran yang diucapkan oleh Bramantyo. Dia memang sudah bisa menebak rasa yang belum diungkapkan oleh laki-laki yang usianya hampir kepala lima itu. Bahkan hari kemarin saat mereka pulang setelah main seharian di mall, Camelia sebenarnya terus menghindari percakapan dengan Bramantyo, karena dia sudah bisa membaca dan menebak arah dari kalimat laki-laki yang pernah menjadi atasan mendiang suaminya itu.Dylan yang mengantar ayahnya untuk melamar Camelia hanya menganggukan kepala dan tersenyum saat Bramantyo melanjutkan kalimatnay yang mengatakan bahwa anaknya pun sudah memberikan restu dan menerima jika Camelia mau menjadi istrinya.Camelia menjadi serba salah, disatu sisi dia tak ingin ke

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 102. Diam Diam Tidak Suka

    Bramantyo mengajak Camelia dan kedua anak balita itu untuk keluar dan jalan-jalan ke mall, meskipun awalnya Camelia menolak, namun karena melihat wajah Rama dan Leon yang melompat senang dengan tawaran dari Bramantyo, akhirnya dia pun mengalah dan menuruti keinginan ketiga pria berbeda usia tersebut.Mereka juga mengajak kedua pengasuh Rama dan Leon untuk ikut serta. Jadilah mereka bertujuh dengan supir pribadi Bramantyo, berangkat menuju mall di pusat kota Jakarta.“Papa Bram, nanti di mall kita boleh jajan es krim ga?” Leon bertanya dengan menatap wajah Bramantyo penuh harap, dan langsung tersenyum serta melompat bahagia karena mendapat persetujuan dari Bramantyo dan juga Camelia.“Aku juga mau”“Iya Rama, nanti kita beli es krim yang banyak dan kita bisa makan bersama-sama”“Yeeyyy, terimakasih Papa Bram”“Sama-sama sayang”Camelia yang melihat interaksi kedua bocah itu dnegan Bramantyo hanya bisa tersenyum haru, dia berpikir andaikan saja dulu Damar bisa sehangat itu sikapnya pada

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 101. Tawaran beasiswa

    Renata akhirnya memutuskan untuk berjalan menuju kantin demi menemui Yoke dan Nadia. Keduanya memang masih berada di kantin karena menunggu Renata sambil juga menunggu kelas mereka selanjutnya.“Disebelah sini Re” Yoke dengan suara cemprengnya yang khas memanggil Renata yang baru saja tiba di kantin.Renata mengambil tempat duduk dan bergabung dengan Nadia dan Yoke.“Ternyata Kak Dylan kenal dengan Sena, tadi aku lihat mereka ngobrol seolah sudah saling mengenal lama”“Iya Re, kami sudah tau itu, tadi sewaktu kamu di kelas, kami sudah bertemu dengan Kak Dylan, dan menceritakan tentang sosok mahasiswa yang wajahnya mirip dengan Seno”Renata menoleh dan menatap Nadia. “Jadi kalian menceritakan perihal Sena ke Kak Dylan?”“Iya Re, terus Kak Dylan bilang Sena itu adik sepupu jauh Seno, papanya Sena itu sepupuan sama papanya Seno” Yoke menjelaskan apa yang di dengarnya dari Dylan dengan antusias.Renata mengangguk-anggukan kepalanya, kini dia baru mengerti. “Oh.. Jadi Sena itu masih ada ik

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 100. Kamu Seno Kan?

    Flashback onPagi ini Renata mengantarkan kedua orangtuanya sampai ke bandara, hari ini mereka harus kembali karena cuti yang diambil ayahnya sudah habis.“Re, kalau ada apa-apa cepat kabari mommy, terus kamu jangan telat makan ya”“Iya mom, Re akan selalu ingat nasehat mommy”“Re, jangan terima tamu lagi kalau malam-malam, batas akhir bertamu itu jam sepuluh, ingat itu!”“Iya papi, Re akan terapkan aturan itu ke semua temen-temen Re”Setelah memberikan wejangan panjang lebar pada anak semata wayang mereka, tibalah kini waktunya mereka untuk berpisah, karena nomor penerbangan pesawat ayah dan ibu Renata sudah dipanggil.Renata pun sekali lagi berpelukan dengan kedua orangtuanya, dan melepaskan mereka untuk kembali ke Kalimantan.Setelah dari bandara, Renata langsung pergi ke kampusnya karena dia ada jadwal kuliah siang ini.“Re, di sebelah sini” Teriakan Yoke langsung menyambutnya kala Renata baru saja turun dari mobil yang baru saja diparkirkanya. Dilihatnya Yoke dan Nadia melambaik

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 99. Permintaan Dylan

    Dylan menatap ayahnya dengan pandangan horor. Namun Bramantyo mengangguk dengan mantap. Kali ini giliran Dylan yang menarik napas dalam serta menggelengkan kepalanya.“Untung aku tidak jadi menikah dengan Yasmine, apa jadinya nanti jika papa menikah dengan Kak Lia, berarti papa jadi kakak iparku dong”“Eh, enak aja kamu nikah sama Yasmine. Papa tidak setuju, asal kamu tau ya Lan, sebenarnya Yasmine itu selalu mengancam papa bahwa dia akan menyebarkan informasi pada media jika anak yang di kandungnya itu adalah anakmu, dan kamu tidak mau bertanggung jawab, itulah sebabnya papa setuju dengan usulan Damar untuk mengirim Yasmine ke luar negeri, agar dia tutup mulut, tetapi setelah tinggal disana, Yasmine selalu meminta uang ke papa dalam jumlah besar”“Oh.. itu.. ehm, jadi itu sebenarnya... Yasmine pun sedang diancam pah, dan dia harus mengirimkan uang dalam jumlah besar, tapi papa tidak usah khawatir, uang papa masih ada kok, utuh”“Maksud kamu apa Lan?”Dylan pun kemudian menceritakan p

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 98. Percakapan Di Meja Makan

    Camelia mendengar seluruh pertengkaran Yasmine dan kedua orangtua Damar, dia juga mendengar semua yang diucapkan Damar saat Yasmine pergi dengan membawa amarahnya atas penolakan kedua orangtua Damar tersebut, juga tentang ancaman Ayah Damar yang tidak akan memberikan warisanya jika terbukti bahwa anak yang dikandung Yasmine itu adalah anaknya.Setelah Damar pun kemudian pergi karena di suruh Sri untuk menemui Camelia di rumah sakit, Camelia pun keluar dari persembunyianya dan langsung menemui Sri dan Abdulah yang terkejut melihat kemunculan Camelia yang tiba-tiba di rumah mereka.“Lia? Sejak kapan kamu datang nak?” tanya Sri dengan wajah cemas dan was-was kalau Camelia mendengar semua pertengkaran yang baruan terjadi.“Lia sudah mendengar dan mengetahui semuanya bu, jadi bapak dan ibu tak perlu menutupi hal ini lagi dari Lia”Sri langsung menangis dan memeluk Camelia. “Maafkan anak ibu nak, damar itu memang laki-laki bodoh yang menyia-nyiakan wanita baik sepertimu, tapi ibu mohon jang

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 97. Camelia

    Mulut Renata terbuka lebar heran sekaligus merasa geli sendiri dengan apa yang Dylan ucapkan. “Kak Dylan kaya anak kecil aja sih, lagian aku kan bukan barang, aku juga bisa jaga diri aku sendiri”Renata menyembunyikan tawanya dengan berdehem beberapa kali. “Jadi Kak Dylan malam-malam datang kesini cuma buat ngomongin ini?”“Yy… ya ga gitu juga Re, aku kesini karena khawatir sama kamu” Dylan nampak tergagap menjawab pertanyaan Renata.“Khawatir? Aku kan ada di rumah, lagipula ada mommy dan papiku disini”Dylan langsung terlihat salang tingkah dan menundukan kepalanya, bukan karena kalimat yang diucapkan Renata, tetapi karena papinya Renata yang terlihat sedang menuruni tangga dan melihat ke arah mereka berdua.“Malam om” Dylan berdiri dan menganggukan kepalanya.“Malam, ada hal penting apa sampai kamu bertamu malam-malam begini ke rumah seorang gadis?”Renata ikut berdiri dan menolah ke belakang saat mendengar suara bariton milik sang ayah.“Eh papi, kenalin pih, ini temen Re... namany

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 96. Seno Berpamitan

    “Kenapa kamu ga pernah keliatan setelah kejadian di kampus itu? Kamu juga ga datang sewaktu aku di rawat di rumah sakit”Renata menatap Seno yang tengah menatapnya dengan senyuman tersungging di bibir tipisnya.“Kata siapa aku tidak datang? Aku selalu ada di sisimu, hanya saja kamu sudah tidak bisa lagi melihat atau mendengarku”“Memangnya kenapa?”“Karena… waktuku sudah hampir habis Rena, aku datang kesini hendak berpamitan denganmu, dan terimakasih banyak karena kamu sudah mau membantuku, kini aku tak lagi merasakan kemarahan dalam hatiku, juga kegelisahan itu tak pernah lagi ada di hatiku”“Sekarang aku sudah bisa menerima semuanya, dan sebentar lagi aku akan dijemput, jika kamu merindukan aku, kamu bisa menatap langit, disana aku melihatmu dan juga mendoakan dirimu”Mata Renata berkaca mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan Seno, ada rasa sesak dalam dadanya. Seno mengangkat satu tanganya untuk mengusap airmata yang bergulir di pipi Renata.“Jangan menangis, kau tau? Aku p

DMCA.com Protection Status