Sesuai janjinya pada Dylan, selesai kelas Renata bersiap untuk pergi ke rumah Dylan, dia sudah menelpon Mang Arija untuk tidak menjemputnya, karena nanti Dylan yang akan mengantarnya pulang.“Udah siap Re?”Dylan datang dari arah belakang dan langsung melingkarkan lenganya di bahu Renata.“Jangan begini kak, aku ga enak di lihat yang lain”“Yang lain siapa? Aku ga punya yang lain Re”“Kak Dylan jangan bercanda, aku ga mau jadi target fans kakak untuk di buly”Dylan malah tertawa terbahak mendengar kalimat sarkas yang di lontarkan Renata, namun dia menuruti permintaan gadis berusia 18 tahun itu untuk melepaskan tanganya dari bahu Renata, dan sebagai gantinya dia meraih jemari Renata untuk di genggamnya.Renata mau tak mau mengikuti langkah kaki Dylan menuju mobilnya, dengan membiarkan tanganya di genggang oleh kakak tingkatnya tersebut, karena dia tak ingin dianggap cerewet jika dia kembali protes.Sesaat kemudian mereka telah sampai di rumah Dylan. “Ayo masuk Re, anggap aja rumah send
Renata menatap bocah kecil di hadapanya yang sepertinya menolak untuk dekat-dekat denganya.“Maaf, Leon memang biasanya seperti itu pada orang yang baru dikenalnya” Yasmine menarik Leon dan mendekatkanya pada Dylan, dengan wajah yang terlihat tidak menyukai kehadiran Renata.Sikap Yasmine membuat Renata tak enak hati berada di tengah antara Dylan dan Yasmine, terlebih Dylan juga tak menolak saat Leon menghampirinya. “Dylan sepertinya belum move on dari Yasmine, wajar sih dari apa yang pernah kudengar, dulu Dylan amat mencintai Yasmine, dan pastinya susah sekali untuk melupakan cinta yang begitu dalam, apalagi jika itu adalah cinta pertama” Renata hanya bisa berujar dalam hatinya.Karena merasa canggung, akhirnya Renata pun berpamitan untuk pulang dan langsung di iyakan oleh Yasmine, namun Dylan sempat menahanya, dan menawarkan untuk mengantarkan Renata pulang.“Kamu tunggu sebentar ya Re, aku antar kamu pulang aja” ucap Dylan sambil menyambar kunci mobilnya.Melihat Dylan yang bersia
“Jadi Kak Lia tidak melahirkan anak kembar?” tanya Renata berusaha meyakinkan diri akan jawaban Camelia yang didapatnya barusan. Tadi setelah Camelia kembali dengan membawa teh hangat untuk Renata, dia langsung mengutarakan pertanyaan yang mengganggu pikiranya. “Memangnya kenapa kok kamu bisa kepikiran kalau aku melahirkan bayi kembar?” “Tidak apa-apa sih kak, tapi aku seriusan kalau tadi melihat Rama di rumah Kak Dylan, dan namanya itu Leon, makanya tadi aku berpikir bahwa ada Kak Lia sedang bertamu kesana, karena kan Yasmine ada disana, mungkin saja Kak Lia datang ke rumah Kak Dylan untuk mengunjungi Yasmine” Camelia yang saat itu tengah menyeruput teh hangatnya jadi terbatuk mendengar kalimat yang di lontarkan Renata. “Apa katamu Re? Yasmine ada di rumah Dylan? Jadi Yasmine ada di Indonesia? dia sudah pulang?” Pertanyaan Camelia yang beruntun membuat Renata kembali kebingungan. “Jadi Kak Lia ga tau soal kepulangan Yasmine?” “Kalau kamu ga kasih tau soal ini, mungkin sampai ka
“Iya kak, terimakasih”[“....”]“Iya, aku langsung berangkat sekarang”[“...”]Renata menutup panggilan dan bergegas keluar rumah dengan menenteng kunci mobilnya, namun suara klakson mobil yang baru saja tiba membuat langkahnya terhenti. Dia menunggu hingga si pengendara keluar dari dalam mobil.“Re, kamu mau kemana? Ko buru-buru amat keliatanya?” Orang yang tak lain adalah Dylan langsung menghampiri Renata.“Kak Dylan? Ngapain kakak kesini?”“Ehm... ituu... aku mau minta maaf, ehm.. soal kejadian di rumah tadi, aku sama sekali ga bermaksud buat nyakitin kamu Re”“Nyakitin? Memangnya kenapa aku harus merasa sakit?”“Ya.. itu.. aku.. aku ga mau aja kamu jadi salah paham sama aku, begitu” Dylan menjawab dengan sedikit gugup dan nampak salah tingkah sendiri.“Oh.. itu” Renata terdiam sesaat dengan menundukan kepalanya.“Ituu... aku ga kenapa-kenapa kok, memangnya kenapa Kak Dylan menganggap aku salah paham? Bukankah aku ga berhak berpikir apapun tentang Kak Dylan dan Yasmine? Itu kan
Setelah berbicara dengan Wendi, Dylan pun mengantar Renata pulang ke rumahnya, baru kemudian dia juga kembali pulang ke rumahnya.Renata masuk ke dalam rumah setelah melambaikan tanganya pada Dylan, namun baru beberapa langkah dia mendengar suara deru mobil kembali berhenti di depan rumah, Renata mengerutkan keningnya. “Kak Dylan balik lagi? Apa ada yang tertinggal atau kelupaan ya?,” gumamnya.Sesaat kemudian terdengar suara bel pintu, Renata bergegas membuka pintu rumahnya karena beranggapan Dylan kembali karena ada yang tertinggal atau ada yang terlupa.“Hallo, kamu yang namanya Renata kan?”Alih-alih Dylan justru Renata menemukan sosok Yasmine tengah berdiri di hadapanya saat dia membuka pintu.“Kak Yasmine?” Renata mengerjapkan mata seakan tak percaya akan pandangan matanya sendiri.“Benar, aku Yasmine, CALON ISTRI DYLAN,” jawab Yasmine dengan penekanan pada kalimat terakhirnya. Saat Dylan meninggalkanya demi mengejar Renata, saat itu Yasmine merasa Renata akan menjadi penghalang
“Dd... Dylan? Kamu? Disini?,” ucap Yasmine gugup bercampur takut.Dylan menatap Yasmine tajam, sedangkan Renata memasang wajah datar.“Cukup Yasmine! Jadi benar apa yang dikatakan Renata? Ayah dari anakmu adalah Damar yang juga adalah kakak iparmu sendiri?” Dylan menatap Yasmine dengan pandangan dingin dan jijik.Yasmine terkesiap melihat sorot mata Dylan saat menatapnya, wajahnya memucat dan amarahnya semakin menjadi terhadap Renata.“Kau jangan percaya omongannya Lan, dia itu sengaja ngomong begitu untuk memisahkan kita, dia pasti telah melihat kedatanganmu saat mengatakan itu”Dylan terdiam mendengar perkataan Yasmine, memang posisi Yasmine yang membelakanginya saat dia datang tak memungkinkan dia untuk melihat kedatangan Dylan, sedangkan posisi Renata yang menghadap jalan bisa langsung melihat kedatangan Dylan. Namun begitu Dylan merasa yakin akan semua ucapan Renata adalah benar.“Lan, jika kamu marah padaku karena tak mengabarimu soal kepergianku, itu semua bukan salahku, semua
“Re, angkat telponnya ada hal penting yang harus kamu tau”Renata menatap layar ponselnya, pesan dari Nadia masih tertera disana, juga puluhan panggilan tak terjawab dari kedua sahabatnya itu dan juga Dylan.“Ada apa dengan mereka?” gumamnya.“Siapa Rena?”Saat hendak bangkit, Seno menahan tubuh Renata.“Sebentar Seno, Nadia mengirimkan pesan yang sepertinya serius, aku harus menelponya”Renata meletakan ponsel di telinganya dan menunggu Nadia menjawab panggilanya.[“Ya ampun Re, kamu dari tadi kemana aja? Susah banget di hubunginya”]Bukanya Nadia yang menjawab, Renata malah mendengar suara cempreng Yoke melengking di telinganya, hingga Renata harus menjauhkan ponselnya sesaat.“Ada apa sih kalian? Keliatanya serius banget?”[“Re, Nenek Seno diculik orang”]“Apa?? Ko bisa?”[“Ya ga tau Re, ini kedua ART yang kerja di rumahnya juga lagi nangis dan bingung”]“Ok..ok, kalian dimana? Gue kesana sekarang”[“Kita masih di salah satu rukonya Nenek Seno, tapi mending kita ketemu di rumahnya
Kini semua orang hanya bisa menunggu, menunggu hasil pencarian dari pihak kepolisian dan juga menunggu si penculik itu menghubungi salah satu dari mereka.Renata berjalan mondar mandir karena mengkhawatirkan nasib Nenek Seno dan juga Seno, dia merasa sesajen itu adalah di tujukan untuk Seno. Renata pun masih mengingat jelas apa yang dialami Seno saat dia ditangkap dan di siksa oleh orang-orang yang menaruh sesajen di lorong kampus, dada Renata kian sesak kala mengingat bagaimana kesakitanya Seno menerima siksaan dari mereka. “Apa sekarang pun Seno kembali ke alam dimana mereka bisa menyiksanya seperti waktu itu?” gumam Renata tanpa sadar, dan itu terdengar oleh Wendi yang berdiri tak jauh darinya.“Apa maksudmu Renata? Ada apa dengan Seno?”Semua mata menoleh saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan Wendi pada Renata. Dan akhirnya Renata pun menceritakan semua kejadian saat dirinya dan Dylan menyelidiki kemana menghilangnya Seno saat itu, tanpa ada yang di sembunyikan. Semua orang