Setelah berbicara dengan Wendi, Dylan pun mengantar Renata pulang ke rumahnya, baru kemudian dia juga kembali pulang ke rumahnya.Renata masuk ke dalam rumah setelah melambaikan tanganya pada Dylan, namun baru beberapa langkah dia mendengar suara deru mobil kembali berhenti di depan rumah, Renata mengerutkan keningnya. “Kak Dylan balik lagi? Apa ada yang tertinggal atau kelupaan ya?,” gumamnya.Sesaat kemudian terdengar suara bel pintu, Renata bergegas membuka pintu rumahnya karena beranggapan Dylan kembali karena ada yang tertinggal atau ada yang terlupa.“Hallo, kamu yang namanya Renata kan?”Alih-alih Dylan justru Renata menemukan sosok Yasmine tengah berdiri di hadapanya saat dia membuka pintu.“Kak Yasmine?” Renata mengerjapkan mata seakan tak percaya akan pandangan matanya sendiri.“Benar, aku Yasmine, CALON ISTRI DYLAN,” jawab Yasmine dengan penekanan pada kalimat terakhirnya. Saat Dylan meninggalkanya demi mengejar Renata, saat itu Yasmine merasa Renata akan menjadi penghalang
“Dd... Dylan? Kamu? Disini?,” ucap Yasmine gugup bercampur takut.Dylan menatap Yasmine tajam, sedangkan Renata memasang wajah datar.“Cukup Yasmine! Jadi benar apa yang dikatakan Renata? Ayah dari anakmu adalah Damar yang juga adalah kakak iparmu sendiri?” Dylan menatap Yasmine dengan pandangan dingin dan jijik.Yasmine terkesiap melihat sorot mata Dylan saat menatapnya, wajahnya memucat dan amarahnya semakin menjadi terhadap Renata.“Kau jangan percaya omongannya Lan, dia itu sengaja ngomong begitu untuk memisahkan kita, dia pasti telah melihat kedatanganmu saat mengatakan itu”Dylan terdiam mendengar perkataan Yasmine, memang posisi Yasmine yang membelakanginya saat dia datang tak memungkinkan dia untuk melihat kedatangan Dylan, sedangkan posisi Renata yang menghadap jalan bisa langsung melihat kedatangan Dylan. Namun begitu Dylan merasa yakin akan semua ucapan Renata adalah benar.“Lan, jika kamu marah padaku karena tak mengabarimu soal kepergianku, itu semua bukan salahku, semua
“Re, angkat telponnya ada hal penting yang harus kamu tau”Renata menatap layar ponselnya, pesan dari Nadia masih tertera disana, juga puluhan panggilan tak terjawab dari kedua sahabatnya itu dan juga Dylan.“Ada apa dengan mereka?” gumamnya.“Siapa Rena?”Saat hendak bangkit, Seno menahan tubuh Renata.“Sebentar Seno, Nadia mengirimkan pesan yang sepertinya serius, aku harus menelponya”Renata meletakan ponsel di telinganya dan menunggu Nadia menjawab panggilanya.[“Ya ampun Re, kamu dari tadi kemana aja? Susah banget di hubunginya”]Bukanya Nadia yang menjawab, Renata malah mendengar suara cempreng Yoke melengking di telinganya, hingga Renata harus menjauhkan ponselnya sesaat.“Ada apa sih kalian? Keliatanya serius banget?”[“Re, Nenek Seno diculik orang”]“Apa?? Ko bisa?”[“Ya ga tau Re, ini kedua ART yang kerja di rumahnya juga lagi nangis dan bingung”]“Ok..ok, kalian dimana? Gue kesana sekarang”[“Kita masih di salah satu rukonya Nenek Seno, tapi mending kita ketemu di rumahnya
Kini semua orang hanya bisa menunggu, menunggu hasil pencarian dari pihak kepolisian dan juga menunggu si penculik itu menghubungi salah satu dari mereka.Renata berjalan mondar mandir karena mengkhawatirkan nasib Nenek Seno dan juga Seno, dia merasa sesajen itu adalah di tujukan untuk Seno. Renata pun masih mengingat jelas apa yang dialami Seno saat dia ditangkap dan di siksa oleh orang-orang yang menaruh sesajen di lorong kampus, dada Renata kian sesak kala mengingat bagaimana kesakitanya Seno menerima siksaan dari mereka. “Apa sekarang pun Seno kembali ke alam dimana mereka bisa menyiksanya seperti waktu itu?” gumam Renata tanpa sadar, dan itu terdengar oleh Wendi yang berdiri tak jauh darinya.“Apa maksudmu Renata? Ada apa dengan Seno?”Semua mata menoleh saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan Wendi pada Renata. Dan akhirnya Renata pun menceritakan semua kejadian saat dirinya dan Dylan menyelidiki kemana menghilangnya Seno saat itu, tanpa ada yang di sembunyikan. Semua orang
“Jadi kau sudah mengetahui semuanya?” Terdengar suara laki-laki, namun Renata tau itu bukanlah suara Seno.“Tak kusangka kau ternyata seorang pecundang! laki-laki bejat!” kali ini suara seorang wanita yang terdengar marah.“Hahaha, silahkan saja marah sesukamu, memangnya kau pikir aku tidak tau apa yang kau lakukan di belakangku? Kau merayu laki-laki temanmu untuk membuat mereka jatuh cinta padamu agar dengan mudah kau meminta apapun yang kau mau pada mereka”“Apa kau gila?! Aku melakukan semua itu karena idemu, karena kau yang memintaku!” suara wanita itu terdengar sangat murka.“Tapi aku tidak pernah memintamu untuk main hati, kau bahkan menciumnya dan membiarkan dia menyentuh tubuhmu, dasar jalang!”“Tapi aku tidak tidur denganya. Tidak sepertimu yang menghamili wanita itu!”“Itu karena kau selalu menolak untuk tidur denganku akhir-akhir ini, aku butuh pelampiasan!”“Itu karena aku sedang hamil anakmu bodoh!”Renata menyimpulkan itu adalah percakapan antara sepasang kekasih yang s
“kk…kau?” wajah Yasmine memucat saat melihat Wendi berdiri tak jauh darinya, dia langsung berpikir bahwa Wendi mendengar semua obrolanya di telpon.“Kenapa? Kaget ya?”“Apa yang kau lakukan disini?” Yasmine merubah wajah terkejutnya dengan wajah datar.Wendi mendecih saat melihat perubahan wajah Yasmine yang begitu cepat, dia tersenyum sini pada Yasmine. “Jadi bener dugaanku selama ini, kamu itu cuma manfaatin aku, Dylan dan juga Seno untuk kepentinganmu sendiri”Yasmine tertawa terbahak mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Wendi. “Memangnya kenapa? Sudah sewajarnya orang-orang bodoh seperti kalian menjadi santapan orang yang memiliki otak”“Kau tidak memiliki otak Yasmine, kau hanya seorang wanita licik dan serakah”“Jadi kau datang kesini hanya untuk mengatakan itu padaku?” Yasmine mengangkat dagunya bersikap angkuh di hadapan Wendi.“Jangan kau pikir aku tidak mengetahui kebusukanmu Yasmine, hari itu kau sengaja kan membuat Dylan tidak bisa menemui Seno? Aku tak menyangka hatimu
Pagi hari Renata cs sarapan bersama semua karyawan Nenek Seno, mereka masih juga belum mendapatkan informasi tentang majikan mereka yang di culik. Suasana di ruang makan nampak hening, semua orang nampak tak bersemangat menyuapkan makanan ke dalam mulut mereka.“Apa sebenarnya nenek bukan di culik? Tapi memang ada kerabat nenek yang menjemputnya?” Yoke mencoba untuk menghibur dengan berpikir positip.“Tapi handphone juragan sepuh ga aktip non, dan ini tidak pernah terjadi, karena juragan sepuh tak pernah lupa untuk mengisi daya baterainya” salah seorang karyawan toko yang semalam menginap menjelaskan.“Semoga hari ini kita menemukan titik terang” Renata ikut membuka suara dan diaminkan oleh seluruh orang yang ada di sana.Saat itu ponsel Renata berbunyi, dia tak segera menjawab panggilan setelah membaca nama si pemanggil. Yoke yang kebetulan duduk tepat di samping Renata melirik layar ponsel sahabatnya yang tergeletak di meja.“Kak Dylan? Lo ga jawab telpon Kak Dylan Re?” dengan polos
“Sebenarnya Kak Wendi ada urusan apa sih? Ko buru-buru banget?” tanya Yoke saat mereka semua sudah berada dalam mobil Dylan dan dalam perjalanan menuju kampus.Renata yang duduk di samping Dylan yangs edang mengemudi menoleh ke belakang. “Dia pasti ingin menemui Yasmine, karena kami mencurigai Yasminelah otak pembunuhan Seno”Setelah mengatakan hal itu Renata melirik ke arah Dylan. “Hanya saja dia tidak mau menjelaskanya di depan Kak Dylan, karena sudah pasti akan dilarang” lanjutnya.“Kenapa aku? Apa haknya aku melarang Wendi?” Dylan menoleh sesaat menatap Renata, kemudian kembali fokus pada jalanan di depanya.“Ya karena Kak Dylan kan selama ini selalu menghalangi orang-orang yang akan memerika keterlibatan Yasmine dalam kasus Seno”Dylan mengehntikan laju mobilnya secara tiba-tiba. “Jadi itu yang ada di pikiranmu Re? kau mencurigai aku?”“Bukan kecurigaan, tapi fakta, sampai-sampai Kak Wendi bergerak sendiri untuk menyelidiki dan dia telah banyak berkorban untuk bisa mengngukapkan
Renata terbengong sendiri mendengar perkataan Sena, sedangkan Sena tersenyum-senyum menatap wajah Renata dan membayangkan mereka tinggal bersama.“Sebentar deh Sena, kamu kan baru aja kuliah disini, kenapa mau pindah?”“Ya ga papa sih, abis ternyata disini membosankan suasananya, apalagi kalau nanti ga ada kamu, bisa kebayang kan sekeriting apa otakku nanti?”Renata tertawa renyah mendengar kelakar Sena, “Ada-ada aja kamu Sena”“Kalian berdua lagi ngomongin apaan sih?” Yoke tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Renata dan ikut duduk disisinya.“Hei Yoke, kamu tambah manis aja hari ini”“Aduh Sena, ga usah ngegombalin gue deh, kaga mempan tau ga?! Kemaren gue abis mutusin cowo gue, gara-gara gombalan dia udah basi, udah expired”“Ya ampun Ke, lo sadis banget sih”“Iihh abisnya dia ga kreatif ngerayu cewe Re, bikin bosen”“Ke, lo dalam sebulan ini udah berapa kali ganti pacar?”“Ehm... lupa gue, abis rata-rata mereka pada jahat, cuma pe ha pe doang”Renata hanya geleng-geleng kepala
“Jadi... maksud saya datang kesini adalah untuk melamar Dek Camelia, untuk menjadi istri saya dan juga mamanya Dylan, dan saya juga bersedia menjadi ayah bagi Rama dan Leon,” ucap Bramantyo sambil menyodorkan kotak beludru warna biru yang di dalamnya berisi cincin berlian.Camelia terkesiap mendengar lamaran yang diucapkan oleh Bramantyo. Dia memang sudah bisa menebak rasa yang belum diungkapkan oleh laki-laki yang usianya hampir kepala lima itu. Bahkan hari kemarin saat mereka pulang setelah main seharian di mall, Camelia sebenarnya terus menghindari percakapan dengan Bramantyo, karena dia sudah bisa membaca dan menebak arah dari kalimat laki-laki yang pernah menjadi atasan mendiang suaminya itu.Dylan yang mengantar ayahnya untuk melamar Camelia hanya menganggukan kepala dan tersenyum saat Bramantyo melanjutkan kalimatnay yang mengatakan bahwa anaknya pun sudah memberikan restu dan menerima jika Camelia mau menjadi istrinya.Camelia menjadi serba salah, disatu sisi dia tak ingin ke
Bramantyo mengajak Camelia dan kedua anak balita itu untuk keluar dan jalan-jalan ke mall, meskipun awalnya Camelia menolak, namun karena melihat wajah Rama dan Leon yang melompat senang dengan tawaran dari Bramantyo, akhirnya dia pun mengalah dan menuruti keinginan ketiga pria berbeda usia tersebut.Mereka juga mengajak kedua pengasuh Rama dan Leon untuk ikut serta. Jadilah mereka bertujuh dengan supir pribadi Bramantyo, berangkat menuju mall di pusat kota Jakarta.“Papa Bram, nanti di mall kita boleh jajan es krim ga?” Leon bertanya dengan menatap wajah Bramantyo penuh harap, dan langsung tersenyum serta melompat bahagia karena mendapat persetujuan dari Bramantyo dan juga Camelia.“Aku juga mau”“Iya Rama, nanti kita beli es krim yang banyak dan kita bisa makan bersama-sama”“Yeeyyy, terimakasih Papa Bram”“Sama-sama sayang”Camelia yang melihat interaksi kedua bocah itu dnegan Bramantyo hanya bisa tersenyum haru, dia berpikir andaikan saja dulu Damar bisa sehangat itu sikapnya pada
Renata akhirnya memutuskan untuk berjalan menuju kantin demi menemui Yoke dan Nadia. Keduanya memang masih berada di kantin karena menunggu Renata sambil juga menunggu kelas mereka selanjutnya.“Disebelah sini Re” Yoke dengan suara cemprengnya yang khas memanggil Renata yang baru saja tiba di kantin.Renata mengambil tempat duduk dan bergabung dengan Nadia dan Yoke.“Ternyata Kak Dylan kenal dengan Sena, tadi aku lihat mereka ngobrol seolah sudah saling mengenal lama”“Iya Re, kami sudah tau itu, tadi sewaktu kamu di kelas, kami sudah bertemu dengan Kak Dylan, dan menceritakan tentang sosok mahasiswa yang wajahnya mirip dengan Seno”Renata menoleh dan menatap Nadia. “Jadi kalian menceritakan perihal Sena ke Kak Dylan?”“Iya Re, terus Kak Dylan bilang Sena itu adik sepupu jauh Seno, papanya Sena itu sepupuan sama papanya Seno” Yoke menjelaskan apa yang di dengarnya dari Dylan dengan antusias.Renata mengangguk-anggukan kepalanya, kini dia baru mengerti. “Oh.. Jadi Sena itu masih ada ik
Flashback onPagi ini Renata mengantarkan kedua orangtuanya sampai ke bandara, hari ini mereka harus kembali karena cuti yang diambil ayahnya sudah habis.“Re, kalau ada apa-apa cepat kabari mommy, terus kamu jangan telat makan ya”“Iya mom, Re akan selalu ingat nasehat mommy”“Re, jangan terima tamu lagi kalau malam-malam, batas akhir bertamu itu jam sepuluh, ingat itu!”“Iya papi, Re akan terapkan aturan itu ke semua temen-temen Re”Setelah memberikan wejangan panjang lebar pada anak semata wayang mereka, tibalah kini waktunya mereka untuk berpisah, karena nomor penerbangan pesawat ayah dan ibu Renata sudah dipanggil.Renata pun sekali lagi berpelukan dengan kedua orangtuanya, dan melepaskan mereka untuk kembali ke Kalimantan.Setelah dari bandara, Renata langsung pergi ke kampusnya karena dia ada jadwal kuliah siang ini.“Re, di sebelah sini” Teriakan Yoke langsung menyambutnya kala Renata baru saja turun dari mobil yang baru saja diparkirkanya. Dilihatnya Yoke dan Nadia melambaik
Dylan menatap ayahnya dengan pandangan horor. Namun Bramantyo mengangguk dengan mantap. Kali ini giliran Dylan yang menarik napas dalam serta menggelengkan kepalanya.“Untung aku tidak jadi menikah dengan Yasmine, apa jadinya nanti jika papa menikah dengan Kak Lia, berarti papa jadi kakak iparku dong”“Eh, enak aja kamu nikah sama Yasmine. Papa tidak setuju, asal kamu tau ya Lan, sebenarnya Yasmine itu selalu mengancam papa bahwa dia akan menyebarkan informasi pada media jika anak yang di kandungnya itu adalah anakmu, dan kamu tidak mau bertanggung jawab, itulah sebabnya papa setuju dengan usulan Damar untuk mengirim Yasmine ke luar negeri, agar dia tutup mulut, tetapi setelah tinggal disana, Yasmine selalu meminta uang ke papa dalam jumlah besar”“Oh.. itu.. ehm, jadi itu sebenarnya... Yasmine pun sedang diancam pah, dan dia harus mengirimkan uang dalam jumlah besar, tapi papa tidak usah khawatir, uang papa masih ada kok, utuh”“Maksud kamu apa Lan?”Dylan pun kemudian menceritakan p
Camelia mendengar seluruh pertengkaran Yasmine dan kedua orangtua Damar, dia juga mendengar semua yang diucapkan Damar saat Yasmine pergi dengan membawa amarahnya atas penolakan kedua orangtua Damar tersebut, juga tentang ancaman Ayah Damar yang tidak akan memberikan warisanya jika terbukti bahwa anak yang dikandung Yasmine itu adalah anaknya.Setelah Damar pun kemudian pergi karena di suruh Sri untuk menemui Camelia di rumah sakit, Camelia pun keluar dari persembunyianya dan langsung menemui Sri dan Abdulah yang terkejut melihat kemunculan Camelia yang tiba-tiba di rumah mereka.“Lia? Sejak kapan kamu datang nak?” tanya Sri dengan wajah cemas dan was-was kalau Camelia mendengar semua pertengkaran yang baruan terjadi.“Lia sudah mendengar dan mengetahui semuanya bu, jadi bapak dan ibu tak perlu menutupi hal ini lagi dari Lia”Sri langsung menangis dan memeluk Camelia. “Maafkan anak ibu nak, damar itu memang laki-laki bodoh yang menyia-nyiakan wanita baik sepertimu, tapi ibu mohon jang
Mulut Renata terbuka lebar heran sekaligus merasa geli sendiri dengan apa yang Dylan ucapkan. “Kak Dylan kaya anak kecil aja sih, lagian aku kan bukan barang, aku juga bisa jaga diri aku sendiri”Renata menyembunyikan tawanya dengan berdehem beberapa kali. “Jadi Kak Dylan malam-malam datang kesini cuma buat ngomongin ini?”“Yy… ya ga gitu juga Re, aku kesini karena khawatir sama kamu” Dylan nampak tergagap menjawab pertanyaan Renata.“Khawatir? Aku kan ada di rumah, lagipula ada mommy dan papiku disini”Dylan langsung terlihat salang tingkah dan menundukan kepalanya, bukan karena kalimat yang diucapkan Renata, tetapi karena papinya Renata yang terlihat sedang menuruni tangga dan melihat ke arah mereka berdua.“Malam om” Dylan berdiri dan menganggukan kepalanya.“Malam, ada hal penting apa sampai kamu bertamu malam-malam begini ke rumah seorang gadis?”Renata ikut berdiri dan menolah ke belakang saat mendengar suara bariton milik sang ayah.“Eh papi, kenalin pih, ini temen Re... namany
“Kenapa kamu ga pernah keliatan setelah kejadian di kampus itu? Kamu juga ga datang sewaktu aku di rawat di rumah sakit”Renata menatap Seno yang tengah menatapnya dengan senyuman tersungging di bibir tipisnya.“Kata siapa aku tidak datang? Aku selalu ada di sisimu, hanya saja kamu sudah tidak bisa lagi melihat atau mendengarku”“Memangnya kenapa?”“Karena… waktuku sudah hampir habis Rena, aku datang kesini hendak berpamitan denganmu, dan terimakasih banyak karena kamu sudah mau membantuku, kini aku tak lagi merasakan kemarahan dalam hatiku, juga kegelisahan itu tak pernah lagi ada di hatiku”“Sekarang aku sudah bisa menerima semuanya, dan sebentar lagi aku akan dijemput, jika kamu merindukan aku, kamu bisa menatap langit, disana aku melihatmu dan juga mendoakan dirimu”Mata Renata berkaca mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan Seno, ada rasa sesak dalam dadanya. Seno mengangkat satu tanganya untuk mengusap airmata yang bergulir di pipi Renata.“Jangan menangis, kau tau? Aku p