“Sebenarnya Kak Wendi ada urusan apa sih? Ko buru-buru banget?” tanya Yoke saat mereka semua sudah berada dalam mobil Dylan dan dalam perjalanan menuju kampus.Renata yang duduk di samping Dylan yangs edang mengemudi menoleh ke belakang. “Dia pasti ingin menemui Yasmine, karena kami mencurigai Yasminelah otak pembunuhan Seno”Setelah mengatakan hal itu Renata melirik ke arah Dylan. “Hanya saja dia tidak mau menjelaskanya di depan Kak Dylan, karena sudah pasti akan dilarang” lanjutnya.“Kenapa aku? Apa haknya aku melarang Wendi?” Dylan menoleh sesaat menatap Renata, kemudian kembali fokus pada jalanan di depanya.“Ya karena Kak Dylan kan selama ini selalu menghalangi orang-orang yang akan memerika keterlibatan Yasmine dalam kasus Seno”Dylan mengehntikan laju mobilnya secara tiba-tiba. “Jadi itu yang ada di pikiranmu Re? kau mencurigai aku?”“Bukan kecurigaan, tapi fakta, sampai-sampai Kak Wendi bergerak sendiri untuk menyelidiki dan dia telah banyak berkorban untuk bisa mengngukapkan
“Wendi?” serempak keduanya menyerukan nama Wendi, baik si wanita maupun laki-laki tersebut langsung menyudadi adegan panas yang sedang mereka lakukan.Si wanita mengambil selimut untuk menutupi tubuh polosnya, sedangkan yang laki-laki dengan cepat memakai celana pendeknya.“Wendi..sayang… aku bisa jelaskan semua ini, tolong jangan salah paham dulu” si lelaki langsung mendekati Wendi dan berusaha untuk meraih tubuh Wendi yang berkelit dan mendorongnya untuk menjauh.“Apa katamu mas? Mengapa kau memanggilnya sayang? Jadi kau mengkhianati aku lagi hah?!” si wanita bangkit dari tempat tidur dengan memegang selimut yang menutupi tubuhnya.“Kenapa Yasmine? Kamu kaget ya? Selama kamu pergi ke luar negeri Mas Damar dan aku menjalin hubungan, dan kami sering sekali bercinta, iya kan mas?” suara Wendi dibuat setenang dan seanggun mungkin di hadapan pasangan yang tak lain adalam Damar dan Yasmine.“Apa itu benar mas?” Yasmine menatap nanar ke arah Damar.“Jawab aku mas!” Yasmine berteriak karen
“Iya Re, aku juga sempat berpikir seperti itu, namun aku tak menemukan bukti yang kuat untuk menuduh Yasmine”“Maaf Kak Wendi, aku ingin bertanya sesuatu, maaf kalau dianggap lancang..” Renata sedikit ragu untuk melanjutkan perkataanya.“Tanya saja Re, aku pasti akan menjawabnya dengan jujur”“Ehm.. aku ingin tau apa yang Kak Wendi maksud dengan mengorbankan tubuh Kak Wendi tadi? Apakah..?”“Iya Re, apa yang kau pikirkan itu memang benar, aku menjalin hubungan dengan Damar, dulu dia mendekatiku namun selalu kutolak, namun karena ingin mengetahui dan menyelidiki kasus Seno, akhirnya aku berusaha mendekati Damar, dan dia menyambutnya sesuai yang kuharapkan”“Namun pada suatu malam, dia berhasil menjebaku dengan memberiku minuman yang telah di bubuhi obat p*r*ngs*ng, dan disitu dia melancarkan aksinya untuk merenggut kesucianku, awalnya aku depresi, aku malu pada keluargaku karena tak bisa menjaga diriku dengan baik, aku berniat untuk mengakhiri hidupku, namun kupikir itu terlalu enak b
“Kamu kenapa dek? Ko mukamu tegang begitu?” Wendi ikut bertanya merasa khawatir akan kondisi adiknya.“Dylan berkelahi kak, makanya ayo kita kesana”“Apa? Berkelahi dengan siapa? Dimana?”Renata dan Wendi bertanya bersamaan.“Sudah, ayo cepat ikuta saja”“Kalian tunggu dulu, aku ambil kunci mobil, kita berangkat bareng aja” Renata berlari ke kamarnya untuk mengambil kunci mobil dan juga tasnya.Tak berapa lama mereka berempat sudah berada dalam satu mobil.“Ini kita kemana Nad?” tanya Renata saat menyadari bahwa dia belum tau tujuanya.“Ikuti saja petunjukku, aku masih hafal jalanya saat para preman itu menghadang mobil Kak Dylan” Nadia yang duduk disamping Renata pun segera menyebutkan arah jalan yang tadi mereka lalui.“Kalian tadi bukanya pergi bersama Dylan?” Wendi tidak tahan lagi untuk bertanya lebih lanjut.Nadia pun menoleh ke belakang. “Iya kak, tadi kami semua ikut mobil Kak Dylan, tapi Renata turun di tengah jalan, lalu kita melanjutkan perjalanan ke kampus, tapi di tengah
Renata mengusap matanya yang berair, dia benci berada dalam situasi tak berdaya dalam ketidakadilan seperti itu. Bahkan dalang dibalik pembunuhan Seno pun tidak di ketahui.“Re, apa belum ada kabar juga dari Seno?” Wendi menyentuh lengan Renata.Renata hanya menggelengkan kepala lemah.“Re, aku mau minta maaf kalau selama ini sikapku terkadang ketus padamu, itu semua karena aku merasa iri padamu, setelah mendengar bahwa Seno menampakan dirinya di hadapanmu”“Santai aja kak, aku ngerti kok, Kak Wendi udah berbuat banyak untuk Seno, tapi..maaf.. bukan salah Seno juga jika dia tidak bisa menampakan dirinya di hadapan Kak Wendi, bukan salahnya juga jika dia tak bisa mengatur hatinya untuk bisa membalas perasaan Kak Wendi”“Iya Re, aku tau itu”“Seno itu beruntung punya Kak Wendi yang masih tetap mencintainya walaupun dia mencintai perempuan lain” Yoke membuka suaranya setelah sekian lama hanya diam menyimak obrolan antara Wendi dan Renata.“Iya, tidak seperti kamu yang selalu diputusin pa
Suara jeritan itu begitu menyayat hati, namun juga sekaligus menakutkan. Suaranya menggema di seluruh lorong tersebut. Yoke yang memang dasarnya penakut langsung memeluk Nadia.“Itu suara Seno” seru Renata dan Wendi bersamaan.Mendengar itu Dylan langsung melirik ke arah Renata, terlihat tidak suka.“Sepertinya kau lebih mengkhawatirkan ornag yang sudah meninggal daripada orang yang masih hidup”“Apa maksud Kak Dylan? Bukankah kita kesini juga dengan tujuan untuk mencari keberadaan Seno?”“Tapi kau tidak lihat kedua temanmu itu sedang berdiri ketakutan? Mengapa kau tidak mencemaskan mereka?”Yoke yang merasa tersindir langsung melepaskan pelukanya pada Nadia. “Tidak Kak Dylan. Aku tidak apa-apa kok, nih lihat... aku baik-baik aja kan?”Renata mendengkus kesal, dan menatap Dylan seolah berkata.. “tuh, orangnya aja bilang dia baik-baik aja kok”Dylan memalingkan wajahnya, dia tidak mengerti mengapa merasa kesal saat mengetahui Renata mengkhawatirkan Seno.“Sudahlah. Kalian jangan berten
“Siapa kalian?!” Dylan berdiri dan waspada dengan kehadiran orang-orang tersebut.“Siapa kami?” kelima orang itu bukanya menjawab malah mereka menertawakan Dylan.Renata cs ikutan berdiri dan juga bersikap waspada, sudah dapat dipastikan kelima orang itu datang bukan membawa maksud baik. Entah bagaimana mereka bisa masuk ke dalam area kampus, sedangkan Mbok Ratih saja di diperkenankan masuk karena mereka bukan mahasiswa kampus ini.Yoke berdiri di belakang Nadia. Sedangkan Renata mengawasi sekitar mencari benda yang bisa dijadikan untuk melindungi diri.“Siapa yang menyuruh kalian?!” Wendi bertanya dengan suara membentak.Kelima orang itu menghentikan tawa mereka. “Kau tak perlu tau siapa bos kami, lebih baik sekarang kalian mulai berdoa saja supaya arwah kalian di terima oleh Tuhan” ucap salah seorang dari mereka yang berbadan paling tinggi.“Sudahlah Peng, langsung habisi saja biar kita bisa cepet pulang” kali ini pria sangar yang berdiri paling pinggir memanasi rekannya untuk sege
Namun Renata tak memiliki waktu banyak untuk berpikir, karena preman yang tadi dia pukul menggunakan batu itu sudah bisa kembali fokus untuk berkelahi, namun Renata tak akan membiarkan Dylan dikeroyok oleh dua orang preman itu, dia lansgung mengambil balok kayu milik sang preman yang tadi dia gunakan untuk memukul kepala Dylan.Perkelahian satu lawan satu yang tidak seimbang itu pun berlangsung. Dylan melawan ketua para preman dengan menahan nyeri akibat luka di kepalanya, sedangkan Renata seorang perempuan melawan preman yang tadi berkelahi dengan Dylan.Walaupun Renata menggunakan senjata balok kayu, namun tetap saja tenaganya kalah dengan tenaga pria, terlebih pria itu adalah seorang preman yang pastinya sudah banyak memiliki pengalaman berkelahi.Disaat yang sama dua orang preman yang tadi mengejar Wendi dan yang lainya telah kembali, dan melihat ketua mereka sedang berkelahi, mereka pun akhirnya ikut mengeroyok Dylan.“Mengapa kalian kembali heh? Dimana para mahasiswi itu?”“Kami