Yoke ketakutan melihat kebelakangnya, preman itu sedang berlari ke arahnya.“Tenang Non Yoke, kita akan hajar orang itu” Yanto yang sudah merasa ada yang tidak beres sejak mendengar Yoke berteriak memanggil Mbok Ratih dengan nada panik itu pun berusaha untuk membuka gerbang, naun karena di gembok dia tidak bisa masuk.“Sudah To, loncat saja”Yanto menoleh ke arah Anwar. Ternyata Anwar saat ini sedang memanjat pagar untuk bisa masuk ke dalam. Tepat saat Anwar melompat turun, preman itu pun tiba di dekat Yoke, dan langsung menjambak rambut Yoke untuk ditarik mengikutinya.Melihat perlakuan pria itu terhadap Yoke Anwar dan Yanto menjadi naik pitam, Anwar pun langsung menghajar sang preman, sedangkan Yanto buru-buru mengikuti jejak Anwar melompati pagar.Mbok Ratih yang melihat perkelahian tersebut hanya bisa menjerit ketakutan.“Mbok, jangan takut, mending tolongin saya” Yoke berteriak menyadarkan Mbok Ratih dari rasa terkejut dan paniknya.Mbok Ratih pun berhenti menjerit dan mencari-ca
Dylan terkejut mendengar suara seseorang di seberang sana yang datang dengan menyeret tubuh seorang wanita tua. Dalam keadaan lampu yang kadang menyala kadang mati itu Dylan menajamkan penglihatanya.Tidak salah lagi, wanita tua itu memanglah Nenek Seno, yang sedang dicari-cari oleh Renata cs. Dylan menahan rasa mualnya kala melihat wujud Seno, sahabatnya itu memakai baju baju terakhir yang dipakainya saat dia ditemukan tewas 3 tahun yang lalu. Sedangkan tubuh Seno sama persis dengan kondisi pada saat mayatnya di bawa oleh ambulance. Jika orang lain yang melihat Seno saat ini sungguh sangat mengerikan dan seram. Bau anyir darahpun begitu menyengat.Dylan juga melihat keempat preman yang tadi menghajarnya dalam keadaan babak belur dan terluka, salah satu dari mereka menggelepar di lantai, mungkin juga sedang meregang nyawa. Entah apa yang telah Seno lakukan pada mereka berempat. Namun Dylan pikir itu adalah harga yang harus mereka bayar saat ini, karena dulu mereka melakukanya pada Sen
Belum sempat Damar menembakan isi pelurunya ke arah Dylan, saat itu dia meraung kesakitan sambil memegangi kepalanya yang berdarah.“Rasakan kau orang jahat! Kau pikir akan dengan mudahnya menyakiti teman-temanku?!” ternyata Yoke dan Yanto sudah berdiri tak jauh dari sana, dan Yoke lah yang melemparkan batu ke arah kepala Damar.Beberapa menit yang lalu...Yanto dan Anwar sudah kembali kewalahan menghadapi preman yang sudah terlatih berkelahi, mereka sudah kembali tergeletak di tanah sambil meraung kesakitan, namun saat itu dua buah motor sudah berhenti dan terparkir di depan gerbang kampus. Dua buah motor yang berisi empat orang karyawan toko Nenek Seno menyusul mereka, dan dengan sigap merusak gembok pagar agar pintu gerbang dapat terbuka.Setelah pintu terbuka mereka semua masuk dan beramai-ramai mengeroyok preman tersebut hingga babak belur dan pingsan, lalu mereka mengikatnya dengan tali yang mereka temukan.“Talinya Cuma ada segini non” ucap Anwar sambil menunjukan tali rapia ke
“Sudah kuduga bahwa kau terlibat dalam perencanaan pembunuhan Seno” Wendi tersenyum sinis pada Yasmine.“Seno meninggal karena ulahnya sendiri, dia mengancam akan menyebarkan bukti hubunganku dengan Mas Damar dan juga siapa ayah dari bayi yang kukandung”“Tentu saja dia berhak untuk membersihkan nama baiknya! Itu karena kau memfitnah Seno dengan mengatakan bahwa dialah laki-laki yang telah menghamilimu pada semua orang” Wendi menatap nyalang ke arah Yasmine, dia begitu kesal pada wanita yang pernah dianggapnya sahabat baik itu.“Kau salah Wendi! Aku tidak pernah melakukan ataupun menyebarkan berita kalau Seno adalah ayah dari bayiku. Pelaku penyebaran gosip itu adalah Dylan! Kau ingat pada saat Dylan memukuli Seno dan menyuruhnya untuk bertanggung jawab di depan semua mahasiswa? Sejak itu rumors bahwa aku hamil anaknya Seno beredar di seluruh kampus” Yasmine tertawa melihat keberhasilanya yang sudah memanfaatkan kepolosan Wendi.“Itu karena kaulah yang membuatku berpikir seperti itu
“Apa kau juga mengatur kedatangan polisi Mas Damar?” tanya Yasmine merasa was-was.Damar langsung melemparkan obat yang akan di jejalkan ke dalam mulut Nadia. Dia menatap sekeliling, tampak olehnya beberapa orang berseragam polisi berdatangan dari arah depan.“Apa yang terjadi? Bukankah si tua bangka itu akan datang dengan membawa ambulance dari rumah sakit jiwa? Mengapa ada polisi disini?” Damar bertanya seolah pada dirinya sendiri.“Tentu saja aku harus datang dengan membawa polisi, Damar! Kali ini kau sudah tidak bisa menipuku lagi! Semuanya kebusukabmu sudah terbongkar”Semua mata menoleh ke arah sumber suara. Disana terlihat Bramantyo, ayahnya Dylan sedang berdiri di sebelah salah seorang polisi yang sepertinya adalah komandanya.“Saudara Damar anda kami tangkap atas tuduhan pembunuhan berencana terhadap putra kandung anda sendiri, Satria Pramudya”Semua mata menoleh ke arah Damar, karena terkejut atas apa yang mereka dengar. Terlebih Damar, wajahnya terlihat memerah dan langsun
Tiba-tiba saja Damar mengangkat kedua tanganya dan mencekik lehernya sendiri, Renata memejamkan mata karena tak tahan dengan apa yang dilihatnya.Terdengar suara tertahan dari mulut Damar, matanya terbelalak dan tubuhnya terangkat keatas dengan sendirinya. Semua mata yang melihat kejadian tersebut bergidik ngeri saat tubuh Damar melayang di udara dengan posisi kedua tangan yang mencekik lehernya sendiri.Tubuh Damar melayang melewati pagar pembatas rooftop, kini dia berada tepat diatas jalan raya, kedua kakinya terus bergerak kesana kemari seakan mencari pijakan. Masih terdengar suara mencicit dari tenggorakanya saat kemudian kedua tanganya terkulai lemas kebawah, dan saat itulah tubuhnya dengan cepat jatuh dari ketinggian langsung menuju ke jalan raya yang ada di bawah gedung fakultas teknik.Dylan menahan napasnya, tubuhnya gemetar karena teringat kejadian 3 tahun yang lalu, dimana mereka menemukan tubuh Seno yang remuk berada di jalan raya pada pagi dini hari.Renata tak sanggup me
Renata dan Dylan serta Bramantyo kembali turun melalui lift. Mereka bertiga kini menyerahkan segala urusan tersebut pada pihak kepolisian.Sesampainya di bawah mereka dikejutkan dengan teriakan histeris Yasmine. “Mas Damar... jangan tinggalkan aku mas... aku dan Leon membutuhkan kehadiranmu”Yasmine masih terus menjerit dan hendak mengejar ambulance yang membawa tubuh Damar yang sudah tak bernyawa, sedangkan Camelia terduduk lemah dengan pandangan kosong menatap kepergian jasad suaminya.Renata langsung menghampiri Camelia dan memeluknya, perempuan berhati lembut itu terlihat sangat syok dengan semua yang terjadi di depan matanya.“Kak Lia... yang sabar ya kak, terima semua ini dengan lapang dada, dengan hati yang ikhlas, ini semua sudah takdir Tuhan kak”Sesaat kemudian barulah Camelia menoleh dan menatap Renata. “Dia sudah pergi Re, dia pergi meninggalkan kami, bahkan tanpa menjelaskan apapun padaku mengapa sampai dia mengkhianati aku”Renata mengusap airmata yang mulai berjatuhan d
“Apa yang terjadi dengan adik saya mas?”“Maaf bu, lebih baik ibu beri kami jalan dulu, nanti ibu bisa tanyakan pada bapak polisi disana”Tanpa menghiraukan pertanyaan dari Camelia, kedua petugas medis itu tetap berjalan dan memasukan Yasmine ke dalam mobil ambulance.Dylan ikutan turun dari mobil dan melihat keadaan Yasmine. Namun tidak sempat melihatnya dari dekat karena pintu mobil yang membawa Yasmine keburu di tutup. Dylan pun mencari keberadaan ayahnya. Camelia pun akhirnya mengikuti Dylan dari belakang, karena dia juga ingin tau kejadian yang menimpa adik semata wayangnya itu.Renata yang meilhat Dylan turun dari mobil, akhirnya meletakan tubuh Leon yang tertidur pulas di kursi belakang. “Pak Rusdi, saya titip anak ini dulu ya, saya turun sebentar”Setelah memastikan posisi Leon nyaman, Renata pun keluar dari mobil dan mengikuti langkah Dylan dan juga Camelia. Meskipun Renata sudah bisa menebak apa yang terjadi dengan Yasmine, namun dia masih tetap ingin mendengar sendiri penj
Renata terbengong sendiri mendengar perkataan Sena, sedangkan Sena tersenyum-senyum menatap wajah Renata dan membayangkan mereka tinggal bersama.“Sebentar deh Sena, kamu kan baru aja kuliah disini, kenapa mau pindah?”“Ya ga papa sih, abis ternyata disini membosankan suasananya, apalagi kalau nanti ga ada kamu, bisa kebayang kan sekeriting apa otakku nanti?”Renata tertawa renyah mendengar kelakar Sena, “Ada-ada aja kamu Sena”“Kalian berdua lagi ngomongin apaan sih?” Yoke tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Renata dan ikut duduk disisinya.“Hei Yoke, kamu tambah manis aja hari ini”“Aduh Sena, ga usah ngegombalin gue deh, kaga mempan tau ga?! Kemaren gue abis mutusin cowo gue, gara-gara gombalan dia udah basi, udah expired”“Ya ampun Ke, lo sadis banget sih”“Iihh abisnya dia ga kreatif ngerayu cewe Re, bikin bosen”“Ke, lo dalam sebulan ini udah berapa kali ganti pacar?”“Ehm... lupa gue, abis rata-rata mereka pada jahat, cuma pe ha pe doang”Renata hanya geleng-geleng kepala
“Jadi... maksud saya datang kesini adalah untuk melamar Dek Camelia, untuk menjadi istri saya dan juga mamanya Dylan, dan saya juga bersedia menjadi ayah bagi Rama dan Leon,” ucap Bramantyo sambil menyodorkan kotak beludru warna biru yang di dalamnya berisi cincin berlian.Camelia terkesiap mendengar lamaran yang diucapkan oleh Bramantyo. Dia memang sudah bisa menebak rasa yang belum diungkapkan oleh laki-laki yang usianya hampir kepala lima itu. Bahkan hari kemarin saat mereka pulang setelah main seharian di mall, Camelia sebenarnya terus menghindari percakapan dengan Bramantyo, karena dia sudah bisa membaca dan menebak arah dari kalimat laki-laki yang pernah menjadi atasan mendiang suaminya itu.Dylan yang mengantar ayahnya untuk melamar Camelia hanya menganggukan kepala dan tersenyum saat Bramantyo melanjutkan kalimatnay yang mengatakan bahwa anaknya pun sudah memberikan restu dan menerima jika Camelia mau menjadi istrinya.Camelia menjadi serba salah, disatu sisi dia tak ingin ke
Bramantyo mengajak Camelia dan kedua anak balita itu untuk keluar dan jalan-jalan ke mall, meskipun awalnya Camelia menolak, namun karena melihat wajah Rama dan Leon yang melompat senang dengan tawaran dari Bramantyo, akhirnya dia pun mengalah dan menuruti keinginan ketiga pria berbeda usia tersebut.Mereka juga mengajak kedua pengasuh Rama dan Leon untuk ikut serta. Jadilah mereka bertujuh dengan supir pribadi Bramantyo, berangkat menuju mall di pusat kota Jakarta.“Papa Bram, nanti di mall kita boleh jajan es krim ga?” Leon bertanya dengan menatap wajah Bramantyo penuh harap, dan langsung tersenyum serta melompat bahagia karena mendapat persetujuan dari Bramantyo dan juga Camelia.“Aku juga mau”“Iya Rama, nanti kita beli es krim yang banyak dan kita bisa makan bersama-sama”“Yeeyyy, terimakasih Papa Bram”“Sama-sama sayang”Camelia yang melihat interaksi kedua bocah itu dnegan Bramantyo hanya bisa tersenyum haru, dia berpikir andaikan saja dulu Damar bisa sehangat itu sikapnya pada
Renata akhirnya memutuskan untuk berjalan menuju kantin demi menemui Yoke dan Nadia. Keduanya memang masih berada di kantin karena menunggu Renata sambil juga menunggu kelas mereka selanjutnya.“Disebelah sini Re” Yoke dengan suara cemprengnya yang khas memanggil Renata yang baru saja tiba di kantin.Renata mengambil tempat duduk dan bergabung dengan Nadia dan Yoke.“Ternyata Kak Dylan kenal dengan Sena, tadi aku lihat mereka ngobrol seolah sudah saling mengenal lama”“Iya Re, kami sudah tau itu, tadi sewaktu kamu di kelas, kami sudah bertemu dengan Kak Dylan, dan menceritakan tentang sosok mahasiswa yang wajahnya mirip dengan Seno”Renata menoleh dan menatap Nadia. “Jadi kalian menceritakan perihal Sena ke Kak Dylan?”“Iya Re, terus Kak Dylan bilang Sena itu adik sepupu jauh Seno, papanya Sena itu sepupuan sama papanya Seno” Yoke menjelaskan apa yang di dengarnya dari Dylan dengan antusias.Renata mengangguk-anggukan kepalanya, kini dia baru mengerti. “Oh.. Jadi Sena itu masih ada ik
Flashback onPagi ini Renata mengantarkan kedua orangtuanya sampai ke bandara, hari ini mereka harus kembali karena cuti yang diambil ayahnya sudah habis.“Re, kalau ada apa-apa cepat kabari mommy, terus kamu jangan telat makan ya”“Iya mom, Re akan selalu ingat nasehat mommy”“Re, jangan terima tamu lagi kalau malam-malam, batas akhir bertamu itu jam sepuluh, ingat itu!”“Iya papi, Re akan terapkan aturan itu ke semua temen-temen Re”Setelah memberikan wejangan panjang lebar pada anak semata wayang mereka, tibalah kini waktunya mereka untuk berpisah, karena nomor penerbangan pesawat ayah dan ibu Renata sudah dipanggil.Renata pun sekali lagi berpelukan dengan kedua orangtuanya, dan melepaskan mereka untuk kembali ke Kalimantan.Setelah dari bandara, Renata langsung pergi ke kampusnya karena dia ada jadwal kuliah siang ini.“Re, di sebelah sini” Teriakan Yoke langsung menyambutnya kala Renata baru saja turun dari mobil yang baru saja diparkirkanya. Dilihatnya Yoke dan Nadia melambaik
Dylan menatap ayahnya dengan pandangan horor. Namun Bramantyo mengangguk dengan mantap. Kali ini giliran Dylan yang menarik napas dalam serta menggelengkan kepalanya.“Untung aku tidak jadi menikah dengan Yasmine, apa jadinya nanti jika papa menikah dengan Kak Lia, berarti papa jadi kakak iparku dong”“Eh, enak aja kamu nikah sama Yasmine. Papa tidak setuju, asal kamu tau ya Lan, sebenarnya Yasmine itu selalu mengancam papa bahwa dia akan menyebarkan informasi pada media jika anak yang di kandungnya itu adalah anakmu, dan kamu tidak mau bertanggung jawab, itulah sebabnya papa setuju dengan usulan Damar untuk mengirim Yasmine ke luar negeri, agar dia tutup mulut, tetapi setelah tinggal disana, Yasmine selalu meminta uang ke papa dalam jumlah besar”“Oh.. itu.. ehm, jadi itu sebenarnya... Yasmine pun sedang diancam pah, dan dia harus mengirimkan uang dalam jumlah besar, tapi papa tidak usah khawatir, uang papa masih ada kok, utuh”“Maksud kamu apa Lan?”Dylan pun kemudian menceritakan p
Camelia mendengar seluruh pertengkaran Yasmine dan kedua orangtua Damar, dia juga mendengar semua yang diucapkan Damar saat Yasmine pergi dengan membawa amarahnya atas penolakan kedua orangtua Damar tersebut, juga tentang ancaman Ayah Damar yang tidak akan memberikan warisanya jika terbukti bahwa anak yang dikandung Yasmine itu adalah anaknya.Setelah Damar pun kemudian pergi karena di suruh Sri untuk menemui Camelia di rumah sakit, Camelia pun keluar dari persembunyianya dan langsung menemui Sri dan Abdulah yang terkejut melihat kemunculan Camelia yang tiba-tiba di rumah mereka.“Lia? Sejak kapan kamu datang nak?” tanya Sri dengan wajah cemas dan was-was kalau Camelia mendengar semua pertengkaran yang baruan terjadi.“Lia sudah mendengar dan mengetahui semuanya bu, jadi bapak dan ibu tak perlu menutupi hal ini lagi dari Lia”Sri langsung menangis dan memeluk Camelia. “Maafkan anak ibu nak, damar itu memang laki-laki bodoh yang menyia-nyiakan wanita baik sepertimu, tapi ibu mohon jang
Mulut Renata terbuka lebar heran sekaligus merasa geli sendiri dengan apa yang Dylan ucapkan. “Kak Dylan kaya anak kecil aja sih, lagian aku kan bukan barang, aku juga bisa jaga diri aku sendiri”Renata menyembunyikan tawanya dengan berdehem beberapa kali. “Jadi Kak Dylan malam-malam datang kesini cuma buat ngomongin ini?”“Yy… ya ga gitu juga Re, aku kesini karena khawatir sama kamu” Dylan nampak tergagap menjawab pertanyaan Renata.“Khawatir? Aku kan ada di rumah, lagipula ada mommy dan papiku disini”Dylan langsung terlihat salang tingkah dan menundukan kepalanya, bukan karena kalimat yang diucapkan Renata, tetapi karena papinya Renata yang terlihat sedang menuruni tangga dan melihat ke arah mereka berdua.“Malam om” Dylan berdiri dan menganggukan kepalanya.“Malam, ada hal penting apa sampai kamu bertamu malam-malam begini ke rumah seorang gadis?”Renata ikut berdiri dan menolah ke belakang saat mendengar suara bariton milik sang ayah.“Eh papi, kenalin pih, ini temen Re... namany
“Kenapa kamu ga pernah keliatan setelah kejadian di kampus itu? Kamu juga ga datang sewaktu aku di rawat di rumah sakit”Renata menatap Seno yang tengah menatapnya dengan senyuman tersungging di bibir tipisnya.“Kata siapa aku tidak datang? Aku selalu ada di sisimu, hanya saja kamu sudah tidak bisa lagi melihat atau mendengarku”“Memangnya kenapa?”“Karena… waktuku sudah hampir habis Rena, aku datang kesini hendak berpamitan denganmu, dan terimakasih banyak karena kamu sudah mau membantuku, kini aku tak lagi merasakan kemarahan dalam hatiku, juga kegelisahan itu tak pernah lagi ada di hatiku”“Sekarang aku sudah bisa menerima semuanya, dan sebentar lagi aku akan dijemput, jika kamu merindukan aku, kamu bisa menatap langit, disana aku melihatmu dan juga mendoakan dirimu”Mata Renata berkaca mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan Seno, ada rasa sesak dalam dadanya. Seno mengangkat satu tanganya untuk mengusap airmata yang bergulir di pipi Renata.“Jangan menangis, kau tau? Aku p