“Kak Lia...”Nadia dan Yoke mendekati Camelia dan menatap wanita serta laki-laki yang sudah berumur itu, mereka menyangka kedua orang itulah yang menyakiti Camelia.“Yoke? Nadia? Bagaimana keadaan kalian? Oh iya... ayah, ibu, kenalkan ini para mahasiswi Mas Damar, mereka hampir saja menjadi korbanya Mas Damar, dan Yoke..Nadia, ini mertuaku, ayah dan ibunya Pak Damar”Mendengar kedua orangtua itu adalah mertua dari Camelia, dengan serta merta Yoke dan Nadia menyalami keduanya. Kecurigaan mereka tentang kedua orangtua itu yang menjadi penyebab menangisnya Camelia pun pupus sudah, saat mendengar cerita Camelia tentang apa yang terjadi di kampus setelah mereka semua pergi ke rumah sakit.“Jadi? Pak Damar dan Yasmine sudah meninggal?”Tanya Yoke dan Nadia berbarengan dengan mata yang membola. Kedua orangtua Yoke pun ikut mendekat, dan Yoke pun memperkenalkan kedua ayah dan ibunya pada Camelia dan juga mertuanya.Setelah beramah tamah sebentar akhirnya mereka berempat berpamitan pada Camel
Camelia masih melamun dan tenggelam dalam pikiranya atas masa silamnya, ketika supir keluarga Dylan datang dengan menggendong Leon yang sedang menangis.“Mommy... aku mau mommyku hiks..hiks..” balita lucu itu terisak dalam gendongan laki-laki yang asing untuknya.Camelia melihat ke arah Leon, dan teringat akan chat dari Wendi yang memberitahukanya tentang video perselingkuhan suami dan adiknya itu. camelia kemudian berdiri dan menghampiri supir tersebut.“Pak, maaf.. bapak mencari siapa?”“Oh, mbak ini yang tadi bareng bapak ke kampus Mas Dylan kan? ini anak yang tadi di titipkan Mbak Renata dan Mas Dylan serta Mbak Wendi, tadi dia terbangun dan menangis menanyakan ibunya, makanya saya bawa masuk ke dalam sini”“Leon mau ketemu mommy Leon.” Kembali Leon merengek pada supir keluarga Dylan yang masih kebingungan tak tau apa yang ahrus dia lakukan terhadap anak balita tersebut.Camelia yang melihat Leon menangis segera meraih dan menggendongnya. “Cup.. cup sayang jadi namamu Leon ya? Jan
Di ruang tunggu bagian administrasi, kedua orangtua Damar baru saja menyelesaikan dan membayar semua tagihan rumah sakit dan hanya tinggal menunggu untuk membawa jenazah putranya untuk dibawa pulang dan dimakamkan.Abdulah dan Sri terlihat murung dan duduk di kursi pojok ruang tunggu.“Pak, seandainya dulu kita tidak berkeras untuk menjodohkan anak kita dengan Camelia, mungkin nasib Damar dan Camelia tidak seperti ini”Suara Sri terdengar lemah dan penuh penyesalan. Dia teringat bagaimana dulu dia amat murka setelah mengetahui bahwa putranya itu menyelingkuhi menantunya, Camelia. Dan yang lebih parah lagi, wanita selingkuhan putranya itu adalah Yasmine, adik kandung dari Camelia, istri Damar.Sri yang memang sejak awal tidak menyukai Yasmine yang menurutnya urakan dan pergaulanya yang bebas, berbanding terbalik dengan Camelia yang lembut, selalu menjadi juara kelas dan memiliki segudang prestasi akademik. Camelia juga lebih feminim dan wajahnya lebih cantik dibandingkan Yasmine.Sri k
Sri juga menjelaskan pada Yasmine bagaimana Melati bisa mendapatkan informasi perselingkuhan suaminya itu. Semua informasi itu di dapatkan Melati dari seorang laki-laki yang mengaku adalah kekasih dari Laila, wanita selingkuhan suaminya.Melati bersama laki-laki itupun melakukan penggerebekan di hotel tempat suaminya sedang berselingkuh. Dan dia melihat sendiri kebenaran yang diucapkan oleh laki-laki tersebut.Zainal yang terkejut melihat kedatangan istrinya pada saat dirinya sedang bersenang-senang bersama Laila dan tak memakai sehelai benangpun di tubuhnya. Lebih terkejut lagi saat mengetahui bahwa Melati datang bersama laki-laki yang mengaku sebagai kekasih dari Laila, selingkuhanya itu.Saat itu Zainal begitu terkejut setelah melihat wajah laki-laki itu sangat mirip dengan Yasmine. Anak yang diakui Laila sebagai anaknya. Zainal tentu saja marah kepada Laila karena merasa di tipu dan di manfaatkan. Namun yang lebih membutanya menyesal adalah karena kebodohanya percaya akan tipu day
“Mba, saya mau tanya untuk pasien kecelakaan yang di bawa kesini subuh tadi di tempatkan dimana ya?”Wendi menoleh ke arah bagian informasi, bukan karena pertanyaan yang di lontarkan orang tersebut tetapi karena Wendi merasa seperti mengenal suaranya. Saat itu Wendi melihat Shinta berdiri di depan staff front office yang sedang mengecek data pasien masuk.“Bisa sebutkan nama dari pasienya bu?”“Damar Prayoga”Kali ini bukan hanya Wendi yang melihat perempuan yang berdiri dan menanyakan data pasien pada salah satu staff office rumah sakit tersebut, tetapi kedua orangtua Damar yang masih berada disana pun ikut menoleh. Sri dan Abdulah menghentikan perdebatan antara mereka dan mulai memperhatikan wanita cantik yang usianya tak jauh dari usia Damar, putra mereka.Wendi bergeser dan menyembunyikan diri agar tidak terlihat, namun sebaliknya, kedua orangtua Damar malah berdiri dan menghampiri sosok wanita yang menanyakan putra mereka.“Maaf, mba ini siapa ya? Damar Prayoga itu anak kami” ta
1 minggu kemudian.Atas permintaan Camelia, yang dengan terpaksa dituruti oleh Sri dan Abdulah, akhirnya Damar dan Yasmine dimakamkan bersebelahan. Hal ini mempertimbangkan dan untuk memudahkan Camelia untuk menyambangi makam kedua orang terdekatnya itu. Terlebih kini Camelia juga yang mengurus Leon, anaknya Yasmien dan Damar.Renata cs tengah berkumpul di rumah Nenek Seno, Dylan pun ada diantara mereka. Keadaan mereka sudah jauh lebih baik dan telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Keadaan Nenek Seno pun kini sudah membaik, meskipun masih terlihat murung setelah mengetahui bahwa cucunya meninggal karena dibunuh. Mereka juga menyempatkan diri untuk menghadiri pemakaman Damar dan Yasmine, karena biar bagaimanapun Damar adalah dosen mereka dan Yasmine adalah sahabat Wendi dan juga Dylan.Ketua preman dan anak buahnya yang masih hidup serta sang dukun yang membantu Damar telah di jatuhi hukuman atas kejahatan yang mereka lakukan. Semua orang merasa lega walaupun bercampur duka.Dar
Dylan masuk ke dalam kamarnya, setelah merasa udara di luar semakin menusuk tulang, dia langsung merebahkan diri diatas ranjang king sizenya, dan memejamkan mata. Baru beberapa saat dia terpejam dan hampir pulas, tiba-tiba dia merasakan tubuhnya ada yang mengguncang pelan. Dylan pun kembali membuka matanya, dan terkejut melihat siapa yang tengah berdiri di hadapanya serta membangunkan dirinya yang baru saja memejamkan mata.“SENO?! Kau disini? Tapi… kok aku bisa melihatmu?”“Kamu kurang peka, makanya tidak bisa melihat kehadiranku, ada yang ingin kubicarakan denganmu”Dylan pun duduk di tepi ranjang, dan menjuntaikan kakinya ke lantai. “Duduklah, tidak baik bicara sambil berdiri begitu, nanti kakimu pegal”Seno berjalan dan duduk di sisi Dylan.“Aku titipkan Renata padamu, tolong kau jaga dia. Satu hari nanti kau harus mengembalikanya padaku, dan sebagai gantinya aku akan menjaga Yasmine disini untukmu. Saat waktumu tiba, aku juga akan kembalikan Yasmine padamu, bukankah kau mencintai
“Kenapa kamu ga pernah keliatan setelah kejadian di kampus itu? Kamu juga ga datang sewaktu aku di rawat di rumah sakit”Renata menatap Seno yang tengah menatapnya dengan senyuman tersungging di bibir tipisnya.“Kata siapa aku tidak datang? Aku selalu ada di sisimu, hanya saja kamu sudah tidak bisa lagi melihat atau mendengarku”“Memangnya kenapa?”“Karena… waktuku sudah hampir habis Rena, aku datang kesini hendak berpamitan denganmu, dan terimakasih banyak karena kamu sudah mau membantuku, kini aku tak lagi merasakan kemarahan dalam hatiku, juga kegelisahan itu tak pernah lagi ada di hatiku”“Sekarang aku sudah bisa menerima semuanya, dan sebentar lagi aku akan dijemput, jika kamu merindukan aku, kamu bisa menatap langit, disana aku melihatmu dan juga mendoakan dirimu”Mata Renata berkaca mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan Seno, ada rasa sesak dalam dadanya. Seno mengangkat satu tanganya untuk mengusap airmata yang bergulir di pipi Renata.“Jangan menangis, kau tau? Aku p