Suara jeritan itu begitu menyayat hati, namun juga sekaligus menakutkan. Suaranya menggema di seluruh lorong tersebut. Yoke yang memang dasarnya penakut langsung memeluk Nadia.“Itu suara Seno” seru Renata dan Wendi bersamaan.Mendengar itu Dylan langsung melirik ke arah Renata, terlihat tidak suka.“Sepertinya kau lebih mengkhawatirkan ornag yang sudah meninggal daripada orang yang masih hidup”“Apa maksud Kak Dylan? Bukankah kita kesini juga dengan tujuan untuk mencari keberadaan Seno?”“Tapi kau tidak lihat kedua temanmu itu sedang berdiri ketakutan? Mengapa kau tidak mencemaskan mereka?”Yoke yang merasa tersindir langsung melepaskan pelukanya pada Nadia. “Tidak Kak Dylan. Aku tidak apa-apa kok, nih lihat... aku baik-baik aja kan?”Renata mendengkus kesal, dan menatap Dylan seolah berkata.. “tuh, orangnya aja bilang dia baik-baik aja kok”Dylan memalingkan wajahnya, dia tidak mengerti mengapa merasa kesal saat mengetahui Renata mengkhawatirkan Seno.“Sudahlah. Kalian jangan berten
“Siapa kalian?!” Dylan berdiri dan waspada dengan kehadiran orang-orang tersebut.“Siapa kami?” kelima orang itu bukanya menjawab malah mereka menertawakan Dylan.Renata cs ikutan berdiri dan juga bersikap waspada, sudah dapat dipastikan kelima orang itu datang bukan membawa maksud baik. Entah bagaimana mereka bisa masuk ke dalam area kampus, sedangkan Mbok Ratih saja di diperkenankan masuk karena mereka bukan mahasiswa kampus ini.Yoke berdiri di belakang Nadia. Sedangkan Renata mengawasi sekitar mencari benda yang bisa dijadikan untuk melindungi diri.“Siapa yang menyuruh kalian?!” Wendi bertanya dengan suara membentak.Kelima orang itu menghentikan tawa mereka. “Kau tak perlu tau siapa bos kami, lebih baik sekarang kalian mulai berdoa saja supaya arwah kalian di terima oleh Tuhan” ucap salah seorang dari mereka yang berbadan paling tinggi.“Sudahlah Peng, langsung habisi saja biar kita bisa cepet pulang” kali ini pria sangar yang berdiri paling pinggir memanasi rekannya untuk sege
Namun Renata tak memiliki waktu banyak untuk berpikir, karena preman yang tadi dia pukul menggunakan batu itu sudah bisa kembali fokus untuk berkelahi, namun Renata tak akan membiarkan Dylan dikeroyok oleh dua orang preman itu, dia lansgung mengambil balok kayu milik sang preman yang tadi dia gunakan untuk memukul kepala Dylan.Perkelahian satu lawan satu yang tidak seimbang itu pun berlangsung. Dylan melawan ketua para preman dengan menahan nyeri akibat luka di kepalanya, sedangkan Renata seorang perempuan melawan preman yang tadi berkelahi dengan Dylan.Walaupun Renata menggunakan senjata balok kayu, namun tetap saja tenaganya kalah dengan tenaga pria, terlebih pria itu adalah seorang preman yang pastinya sudah banyak memiliki pengalaman berkelahi.Disaat yang sama dua orang preman yang tadi mengejar Wendi dan yang lainya telah kembali, dan melihat ketua mereka sedang berkelahi, mereka pun akhirnya ikut mengeroyok Dylan.“Mengapa kalian kembali heh? Dimana para mahasiswi itu?”“Kami
Yoke ketakutan melihat kebelakangnya, preman itu sedang berlari ke arahnya.“Tenang Non Yoke, kita akan hajar orang itu” Yanto yang sudah merasa ada yang tidak beres sejak mendengar Yoke berteriak memanggil Mbok Ratih dengan nada panik itu pun berusaha untuk membuka gerbang, naun karena di gembok dia tidak bisa masuk.“Sudah To, loncat saja”Yanto menoleh ke arah Anwar. Ternyata Anwar saat ini sedang memanjat pagar untuk bisa masuk ke dalam. Tepat saat Anwar melompat turun, preman itu pun tiba di dekat Yoke, dan langsung menjambak rambut Yoke untuk ditarik mengikutinya.Melihat perlakuan pria itu terhadap Yoke Anwar dan Yanto menjadi naik pitam, Anwar pun langsung menghajar sang preman, sedangkan Yanto buru-buru mengikuti jejak Anwar melompati pagar.Mbok Ratih yang melihat perkelahian tersebut hanya bisa menjerit ketakutan.“Mbok, jangan takut, mending tolongin saya” Yoke berteriak menyadarkan Mbok Ratih dari rasa terkejut dan paniknya.Mbok Ratih pun berhenti menjerit dan mencari-ca
Dylan terkejut mendengar suara seseorang di seberang sana yang datang dengan menyeret tubuh seorang wanita tua. Dalam keadaan lampu yang kadang menyala kadang mati itu Dylan menajamkan penglihatanya.Tidak salah lagi, wanita tua itu memanglah Nenek Seno, yang sedang dicari-cari oleh Renata cs. Dylan menahan rasa mualnya kala melihat wujud Seno, sahabatnya itu memakai baju baju terakhir yang dipakainya saat dia ditemukan tewas 3 tahun yang lalu. Sedangkan tubuh Seno sama persis dengan kondisi pada saat mayatnya di bawa oleh ambulance. Jika orang lain yang melihat Seno saat ini sungguh sangat mengerikan dan seram. Bau anyir darahpun begitu menyengat.Dylan juga melihat keempat preman yang tadi menghajarnya dalam keadaan babak belur dan terluka, salah satu dari mereka menggelepar di lantai, mungkin juga sedang meregang nyawa. Entah apa yang telah Seno lakukan pada mereka berempat. Namun Dylan pikir itu adalah harga yang harus mereka bayar saat ini, karena dulu mereka melakukanya pada Sen
Belum sempat Damar menembakan isi pelurunya ke arah Dylan, saat itu dia meraung kesakitan sambil memegangi kepalanya yang berdarah.“Rasakan kau orang jahat! Kau pikir akan dengan mudahnya menyakiti teman-temanku?!” ternyata Yoke dan Yanto sudah berdiri tak jauh dari sana, dan Yoke lah yang melemparkan batu ke arah kepala Damar.Beberapa menit yang lalu...Yanto dan Anwar sudah kembali kewalahan menghadapi preman yang sudah terlatih berkelahi, mereka sudah kembali tergeletak di tanah sambil meraung kesakitan, namun saat itu dua buah motor sudah berhenti dan terparkir di depan gerbang kampus. Dua buah motor yang berisi empat orang karyawan toko Nenek Seno menyusul mereka, dan dengan sigap merusak gembok pagar agar pintu gerbang dapat terbuka.Setelah pintu terbuka mereka semua masuk dan beramai-ramai mengeroyok preman tersebut hingga babak belur dan pingsan, lalu mereka mengikatnya dengan tali yang mereka temukan.“Talinya Cuma ada segini non” ucap Anwar sambil menunjukan tali rapia ke
“Sudah kuduga bahwa kau terlibat dalam perencanaan pembunuhan Seno” Wendi tersenyum sinis pada Yasmine.“Seno meninggal karena ulahnya sendiri, dia mengancam akan menyebarkan bukti hubunganku dengan Mas Damar dan juga siapa ayah dari bayi yang kukandung”“Tentu saja dia berhak untuk membersihkan nama baiknya! Itu karena kau memfitnah Seno dengan mengatakan bahwa dialah laki-laki yang telah menghamilimu pada semua orang” Wendi menatap nyalang ke arah Yasmine, dia begitu kesal pada wanita yang pernah dianggapnya sahabat baik itu.“Kau salah Wendi! Aku tidak pernah melakukan ataupun menyebarkan berita kalau Seno adalah ayah dari bayiku. Pelaku penyebaran gosip itu adalah Dylan! Kau ingat pada saat Dylan memukuli Seno dan menyuruhnya untuk bertanggung jawab di depan semua mahasiswa? Sejak itu rumors bahwa aku hamil anaknya Seno beredar di seluruh kampus” Yasmine tertawa melihat keberhasilanya yang sudah memanfaatkan kepolosan Wendi.“Itu karena kaulah yang membuatku berpikir seperti itu
“Apa kau juga mengatur kedatangan polisi Mas Damar?” tanya Yasmine merasa was-was.Damar langsung melemparkan obat yang akan di jejalkan ke dalam mulut Nadia. Dia menatap sekeliling, tampak olehnya beberapa orang berseragam polisi berdatangan dari arah depan.“Apa yang terjadi? Bukankah si tua bangka itu akan datang dengan membawa ambulance dari rumah sakit jiwa? Mengapa ada polisi disini?” Damar bertanya seolah pada dirinya sendiri.“Tentu saja aku harus datang dengan membawa polisi, Damar! Kali ini kau sudah tidak bisa menipuku lagi! Semuanya kebusukabmu sudah terbongkar”Semua mata menoleh ke arah sumber suara. Disana terlihat Bramantyo, ayahnya Dylan sedang berdiri di sebelah salah seorang polisi yang sepertinya adalah komandanya.“Saudara Damar anda kami tangkap atas tuduhan pembunuhan berencana terhadap putra kandung anda sendiri, Satria Pramudya”Semua mata menoleh ke arah Damar, karena terkejut atas apa yang mereka dengar. Terlebih Damar, wajahnya terlihat memerah dan langsun