“kk…kau?” wajah Yasmine memucat saat melihat Wendi berdiri tak jauh darinya, dia langsung berpikir bahwa Wendi mendengar semua obrolanya di telpon.“Kenapa? Kaget ya?”“Apa yang kau lakukan disini?” Yasmine merubah wajah terkejutnya dengan wajah datar.Wendi mendecih saat melihat perubahan wajah Yasmine yang begitu cepat, dia tersenyum sini pada Yasmine. “Jadi bener dugaanku selama ini, kamu itu cuma manfaatin aku, Dylan dan juga Seno untuk kepentinganmu sendiri”Yasmine tertawa terbahak mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Wendi. “Memangnya kenapa? Sudah sewajarnya orang-orang bodoh seperti kalian menjadi santapan orang yang memiliki otak”“Kau tidak memiliki otak Yasmine, kau hanya seorang wanita licik dan serakah”“Jadi kau datang kesini hanya untuk mengatakan itu padaku?” Yasmine mengangkat dagunya bersikap angkuh di hadapan Wendi.“Jangan kau pikir aku tidak mengetahui kebusukanmu Yasmine, hari itu kau sengaja kan membuat Dylan tidak bisa menemui Seno? Aku tak menyangka hatimu
Pagi hari Renata cs sarapan bersama semua karyawan Nenek Seno, mereka masih juga belum mendapatkan informasi tentang majikan mereka yang di culik. Suasana di ruang makan nampak hening, semua orang nampak tak bersemangat menyuapkan makanan ke dalam mulut mereka.“Apa sebenarnya nenek bukan di culik? Tapi memang ada kerabat nenek yang menjemputnya?” Yoke mencoba untuk menghibur dengan berpikir positip.“Tapi handphone juragan sepuh ga aktip non, dan ini tidak pernah terjadi, karena juragan sepuh tak pernah lupa untuk mengisi daya baterainya” salah seorang karyawan toko yang semalam menginap menjelaskan.“Semoga hari ini kita menemukan titik terang” Renata ikut membuka suara dan diaminkan oleh seluruh orang yang ada di sana.Saat itu ponsel Renata berbunyi, dia tak segera menjawab panggilan setelah membaca nama si pemanggil. Yoke yang kebetulan duduk tepat di samping Renata melirik layar ponsel sahabatnya yang tergeletak di meja.“Kak Dylan? Lo ga jawab telpon Kak Dylan Re?” dengan polos
“Sebenarnya Kak Wendi ada urusan apa sih? Ko buru-buru banget?” tanya Yoke saat mereka semua sudah berada dalam mobil Dylan dan dalam perjalanan menuju kampus.Renata yang duduk di samping Dylan yangs edang mengemudi menoleh ke belakang. “Dia pasti ingin menemui Yasmine, karena kami mencurigai Yasminelah otak pembunuhan Seno”Setelah mengatakan hal itu Renata melirik ke arah Dylan. “Hanya saja dia tidak mau menjelaskanya di depan Kak Dylan, karena sudah pasti akan dilarang” lanjutnya.“Kenapa aku? Apa haknya aku melarang Wendi?” Dylan menoleh sesaat menatap Renata, kemudian kembali fokus pada jalanan di depanya.“Ya karena Kak Dylan kan selama ini selalu menghalangi orang-orang yang akan memerika keterlibatan Yasmine dalam kasus Seno”Dylan mengehntikan laju mobilnya secara tiba-tiba. “Jadi itu yang ada di pikiranmu Re? kau mencurigai aku?”“Bukan kecurigaan, tapi fakta, sampai-sampai Kak Wendi bergerak sendiri untuk menyelidiki dan dia telah banyak berkorban untuk bisa mengngukapkan
“Wendi?” serempak keduanya menyerukan nama Wendi, baik si wanita maupun laki-laki tersebut langsung menyudadi adegan panas yang sedang mereka lakukan.Si wanita mengambil selimut untuk menutupi tubuh polosnya, sedangkan yang laki-laki dengan cepat memakai celana pendeknya.“Wendi..sayang… aku bisa jelaskan semua ini, tolong jangan salah paham dulu” si lelaki langsung mendekati Wendi dan berusaha untuk meraih tubuh Wendi yang berkelit dan mendorongnya untuk menjauh.“Apa katamu mas? Mengapa kau memanggilnya sayang? Jadi kau mengkhianati aku lagi hah?!” si wanita bangkit dari tempat tidur dengan memegang selimut yang menutupi tubuhnya.“Kenapa Yasmine? Kamu kaget ya? Selama kamu pergi ke luar negeri Mas Damar dan aku menjalin hubungan, dan kami sering sekali bercinta, iya kan mas?” suara Wendi dibuat setenang dan seanggun mungkin di hadapan pasangan yang tak lain adalam Damar dan Yasmine.“Apa itu benar mas?” Yasmine menatap nanar ke arah Damar.“Jawab aku mas!” Yasmine berteriak karen
“Iya Re, aku juga sempat berpikir seperti itu, namun aku tak menemukan bukti yang kuat untuk menuduh Yasmine”“Maaf Kak Wendi, aku ingin bertanya sesuatu, maaf kalau dianggap lancang..” Renata sedikit ragu untuk melanjutkan perkataanya.“Tanya saja Re, aku pasti akan menjawabnya dengan jujur”“Ehm.. aku ingin tau apa yang Kak Wendi maksud dengan mengorbankan tubuh Kak Wendi tadi? Apakah..?”“Iya Re, apa yang kau pikirkan itu memang benar, aku menjalin hubungan dengan Damar, dulu dia mendekatiku namun selalu kutolak, namun karena ingin mengetahui dan menyelidiki kasus Seno, akhirnya aku berusaha mendekati Damar, dan dia menyambutnya sesuai yang kuharapkan”“Namun pada suatu malam, dia berhasil menjebaku dengan memberiku minuman yang telah di bubuhi obat p*r*ngs*ng, dan disitu dia melancarkan aksinya untuk merenggut kesucianku, awalnya aku depresi, aku malu pada keluargaku karena tak bisa menjaga diriku dengan baik, aku berniat untuk mengakhiri hidupku, namun kupikir itu terlalu enak b
“Kamu kenapa dek? Ko mukamu tegang begitu?” Wendi ikut bertanya merasa khawatir akan kondisi adiknya.“Dylan berkelahi kak, makanya ayo kita kesana”“Apa? Berkelahi dengan siapa? Dimana?”Renata dan Wendi bertanya bersamaan.“Sudah, ayo cepat ikuta saja”“Kalian tunggu dulu, aku ambil kunci mobil, kita berangkat bareng aja” Renata berlari ke kamarnya untuk mengambil kunci mobil dan juga tasnya.Tak berapa lama mereka berempat sudah berada dalam satu mobil.“Ini kita kemana Nad?” tanya Renata saat menyadari bahwa dia belum tau tujuanya.“Ikuti saja petunjukku, aku masih hafal jalanya saat para preman itu menghadang mobil Kak Dylan” Nadia yang duduk disamping Renata pun segera menyebutkan arah jalan yang tadi mereka lalui.“Kalian tadi bukanya pergi bersama Dylan?” Wendi tidak tahan lagi untuk bertanya lebih lanjut.Nadia pun menoleh ke belakang. “Iya kak, tadi kami semua ikut mobil Kak Dylan, tapi Renata turun di tengah jalan, lalu kita melanjutkan perjalanan ke kampus, tapi di tengah
Renata mengusap matanya yang berair, dia benci berada dalam situasi tak berdaya dalam ketidakadilan seperti itu. Bahkan dalang dibalik pembunuhan Seno pun tidak di ketahui.“Re, apa belum ada kabar juga dari Seno?” Wendi menyentuh lengan Renata.Renata hanya menggelengkan kepala lemah.“Re, aku mau minta maaf kalau selama ini sikapku terkadang ketus padamu, itu semua karena aku merasa iri padamu, setelah mendengar bahwa Seno menampakan dirinya di hadapanmu”“Santai aja kak, aku ngerti kok, Kak Wendi udah berbuat banyak untuk Seno, tapi..maaf.. bukan salah Seno juga jika dia tidak bisa menampakan dirinya di hadapan Kak Wendi, bukan salahnya juga jika dia tak bisa mengatur hatinya untuk bisa membalas perasaan Kak Wendi”“Iya Re, aku tau itu”“Seno itu beruntung punya Kak Wendi yang masih tetap mencintainya walaupun dia mencintai perempuan lain” Yoke membuka suaranya setelah sekian lama hanya diam menyimak obrolan antara Wendi dan Renata.“Iya, tidak seperti kamu yang selalu diputusin pa
Suara jeritan itu begitu menyayat hati, namun juga sekaligus menakutkan. Suaranya menggema di seluruh lorong tersebut. Yoke yang memang dasarnya penakut langsung memeluk Nadia.“Itu suara Seno” seru Renata dan Wendi bersamaan.Mendengar itu Dylan langsung melirik ke arah Renata, terlihat tidak suka.“Sepertinya kau lebih mengkhawatirkan ornag yang sudah meninggal daripada orang yang masih hidup”“Apa maksud Kak Dylan? Bukankah kita kesini juga dengan tujuan untuk mencari keberadaan Seno?”“Tapi kau tidak lihat kedua temanmu itu sedang berdiri ketakutan? Mengapa kau tidak mencemaskan mereka?”Yoke yang merasa tersindir langsung melepaskan pelukanya pada Nadia. “Tidak Kak Dylan. Aku tidak apa-apa kok, nih lihat... aku baik-baik aja kan?”Renata mendengkus kesal, dan menatap Dylan seolah berkata.. “tuh, orangnya aja bilang dia baik-baik aja kok”Dylan memalingkan wajahnya, dia tidak mengerti mengapa merasa kesal saat mengetahui Renata mengkhawatirkan Seno.“Sudahlah. Kalian jangan berten