“Dd... Dylan? Kamu? Disini?,” ucap Yasmine gugup bercampur takut.Dylan menatap Yasmine tajam, sedangkan Renata memasang wajah datar.“Cukup Yasmine! Jadi benar apa yang dikatakan Renata? Ayah dari anakmu adalah Damar yang juga adalah kakak iparmu sendiri?” Dylan menatap Yasmine dengan pandangan dingin dan jijik.Yasmine terkesiap melihat sorot mata Dylan saat menatapnya, wajahnya memucat dan amarahnya semakin menjadi terhadap Renata.“Kau jangan percaya omongannya Lan, dia itu sengaja ngomong begitu untuk memisahkan kita, dia pasti telah melihat kedatanganmu saat mengatakan itu”Dylan terdiam mendengar perkataan Yasmine, memang posisi Yasmine yang membelakanginya saat dia datang tak memungkinkan dia untuk melihat kedatangan Dylan, sedangkan posisi Renata yang menghadap jalan bisa langsung melihat kedatangan Dylan. Namun begitu Dylan merasa yakin akan semua ucapan Renata adalah benar.“Lan, jika kamu marah padaku karena tak mengabarimu soal kepergianku, itu semua bukan salahku, semua
“Re, angkat telponnya ada hal penting yang harus kamu tau”Renata menatap layar ponselnya, pesan dari Nadia masih tertera disana, juga puluhan panggilan tak terjawab dari kedua sahabatnya itu dan juga Dylan.“Ada apa dengan mereka?” gumamnya.“Siapa Rena?”Saat hendak bangkit, Seno menahan tubuh Renata.“Sebentar Seno, Nadia mengirimkan pesan yang sepertinya serius, aku harus menelponya”Renata meletakan ponsel di telinganya dan menunggu Nadia menjawab panggilanya.[“Ya ampun Re, kamu dari tadi kemana aja? Susah banget di hubunginya”]Bukanya Nadia yang menjawab, Renata malah mendengar suara cempreng Yoke melengking di telinganya, hingga Renata harus menjauhkan ponselnya sesaat.“Ada apa sih kalian? Keliatanya serius banget?”[“Re, Nenek Seno diculik orang”]“Apa?? Ko bisa?”[“Ya ga tau Re, ini kedua ART yang kerja di rumahnya juga lagi nangis dan bingung”]“Ok..ok, kalian dimana? Gue kesana sekarang”[“Kita masih di salah satu rukonya Nenek Seno, tapi mending kita ketemu di rumahnya
Kini semua orang hanya bisa menunggu, menunggu hasil pencarian dari pihak kepolisian dan juga menunggu si penculik itu menghubungi salah satu dari mereka.Renata berjalan mondar mandir karena mengkhawatirkan nasib Nenek Seno dan juga Seno, dia merasa sesajen itu adalah di tujukan untuk Seno. Renata pun masih mengingat jelas apa yang dialami Seno saat dia ditangkap dan di siksa oleh orang-orang yang menaruh sesajen di lorong kampus, dada Renata kian sesak kala mengingat bagaimana kesakitanya Seno menerima siksaan dari mereka. “Apa sekarang pun Seno kembali ke alam dimana mereka bisa menyiksanya seperti waktu itu?” gumam Renata tanpa sadar, dan itu terdengar oleh Wendi yang berdiri tak jauh darinya.“Apa maksudmu Renata? Ada apa dengan Seno?”Semua mata menoleh saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan Wendi pada Renata. Dan akhirnya Renata pun menceritakan semua kejadian saat dirinya dan Dylan menyelidiki kemana menghilangnya Seno saat itu, tanpa ada yang di sembunyikan. Semua orang
“Jadi kau sudah mengetahui semuanya?” Terdengar suara laki-laki, namun Renata tau itu bukanlah suara Seno.“Tak kusangka kau ternyata seorang pecundang! laki-laki bejat!” kali ini suara seorang wanita yang terdengar marah.“Hahaha, silahkan saja marah sesukamu, memangnya kau pikir aku tidak tau apa yang kau lakukan di belakangku? Kau merayu laki-laki temanmu untuk membuat mereka jatuh cinta padamu agar dengan mudah kau meminta apapun yang kau mau pada mereka”“Apa kau gila?! Aku melakukan semua itu karena idemu, karena kau yang memintaku!” suara wanita itu terdengar sangat murka.“Tapi aku tidak pernah memintamu untuk main hati, kau bahkan menciumnya dan membiarkan dia menyentuh tubuhmu, dasar jalang!”“Tapi aku tidak tidur denganya. Tidak sepertimu yang menghamili wanita itu!”“Itu karena kau selalu menolak untuk tidur denganku akhir-akhir ini, aku butuh pelampiasan!”“Itu karena aku sedang hamil anakmu bodoh!”Renata menyimpulkan itu adalah percakapan antara sepasang kekasih yang s
“kk…kau?” wajah Yasmine memucat saat melihat Wendi berdiri tak jauh darinya, dia langsung berpikir bahwa Wendi mendengar semua obrolanya di telpon.“Kenapa? Kaget ya?”“Apa yang kau lakukan disini?” Yasmine merubah wajah terkejutnya dengan wajah datar.Wendi mendecih saat melihat perubahan wajah Yasmine yang begitu cepat, dia tersenyum sini pada Yasmine. “Jadi bener dugaanku selama ini, kamu itu cuma manfaatin aku, Dylan dan juga Seno untuk kepentinganmu sendiri”Yasmine tertawa terbahak mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Wendi. “Memangnya kenapa? Sudah sewajarnya orang-orang bodoh seperti kalian menjadi santapan orang yang memiliki otak”“Kau tidak memiliki otak Yasmine, kau hanya seorang wanita licik dan serakah”“Jadi kau datang kesini hanya untuk mengatakan itu padaku?” Yasmine mengangkat dagunya bersikap angkuh di hadapan Wendi.“Jangan kau pikir aku tidak mengetahui kebusukanmu Yasmine, hari itu kau sengaja kan membuat Dylan tidak bisa menemui Seno? Aku tak menyangka hatimu
Pagi hari Renata cs sarapan bersama semua karyawan Nenek Seno, mereka masih juga belum mendapatkan informasi tentang majikan mereka yang di culik. Suasana di ruang makan nampak hening, semua orang nampak tak bersemangat menyuapkan makanan ke dalam mulut mereka.“Apa sebenarnya nenek bukan di culik? Tapi memang ada kerabat nenek yang menjemputnya?” Yoke mencoba untuk menghibur dengan berpikir positip.“Tapi handphone juragan sepuh ga aktip non, dan ini tidak pernah terjadi, karena juragan sepuh tak pernah lupa untuk mengisi daya baterainya” salah seorang karyawan toko yang semalam menginap menjelaskan.“Semoga hari ini kita menemukan titik terang” Renata ikut membuka suara dan diaminkan oleh seluruh orang yang ada di sana.Saat itu ponsel Renata berbunyi, dia tak segera menjawab panggilan setelah membaca nama si pemanggil. Yoke yang kebetulan duduk tepat di samping Renata melirik layar ponsel sahabatnya yang tergeletak di meja.“Kak Dylan? Lo ga jawab telpon Kak Dylan Re?” dengan polos
“Sebenarnya Kak Wendi ada urusan apa sih? Ko buru-buru banget?” tanya Yoke saat mereka semua sudah berada dalam mobil Dylan dan dalam perjalanan menuju kampus.Renata yang duduk di samping Dylan yangs edang mengemudi menoleh ke belakang. “Dia pasti ingin menemui Yasmine, karena kami mencurigai Yasminelah otak pembunuhan Seno”Setelah mengatakan hal itu Renata melirik ke arah Dylan. “Hanya saja dia tidak mau menjelaskanya di depan Kak Dylan, karena sudah pasti akan dilarang” lanjutnya.“Kenapa aku? Apa haknya aku melarang Wendi?” Dylan menoleh sesaat menatap Renata, kemudian kembali fokus pada jalanan di depanya.“Ya karena Kak Dylan kan selama ini selalu menghalangi orang-orang yang akan memerika keterlibatan Yasmine dalam kasus Seno”Dylan mengehntikan laju mobilnya secara tiba-tiba. “Jadi itu yang ada di pikiranmu Re? kau mencurigai aku?”“Bukan kecurigaan, tapi fakta, sampai-sampai Kak Wendi bergerak sendiri untuk menyelidiki dan dia telah banyak berkorban untuk bisa mengngukapkan
“Wendi?” serempak keduanya menyerukan nama Wendi, baik si wanita maupun laki-laki tersebut langsung menyudadi adegan panas yang sedang mereka lakukan.Si wanita mengambil selimut untuk menutupi tubuh polosnya, sedangkan yang laki-laki dengan cepat memakai celana pendeknya.“Wendi..sayang… aku bisa jelaskan semua ini, tolong jangan salah paham dulu” si lelaki langsung mendekati Wendi dan berusaha untuk meraih tubuh Wendi yang berkelit dan mendorongnya untuk menjauh.“Apa katamu mas? Mengapa kau memanggilnya sayang? Jadi kau mengkhianati aku lagi hah?!” si wanita bangkit dari tempat tidur dengan memegang selimut yang menutupi tubuhnya.“Kenapa Yasmine? Kamu kaget ya? Selama kamu pergi ke luar negeri Mas Damar dan aku menjalin hubungan, dan kami sering sekali bercinta, iya kan mas?” suara Wendi dibuat setenang dan seanggun mungkin di hadapan pasangan yang tak lain adalam Damar dan Yasmine.“Apa itu benar mas?” Yasmine menatap nanar ke arah Damar.“Jawab aku mas!” Yasmine berteriak karen