Dylan melihat sekilas, foto mobilnya yang terparkir di halaman kampus di sebelah mobil Seno, foto yang sama yang pernah diperlihatkan oleh Renata.“Ini tidak benar pah, karena dari pagi aku belum pulang ke rumah dan tetap berada di kampus hingga malam, sedangkan Seno baru datang pada saat mendekati waktu janji temu kami, jika Seno memang memarkirkan mobilnya disamping mobilku, itu artinya Seno mengetahui bahwa aku berada di kampus, dan dia tau dimana tempat dia bisa menemukan aku pah”“Maksudmu foto itu editan? Papa sudah menyuruh seorang ahli untuk memeriksa keaslian foto-foto itu, dan semuanya asli tanpa proses editing”“Mungkin memang asli pah, tapi saat aku memutuskan untuk menunggu Seno di dalam mobil yang akhirnya ketiduran, aku belum melihat kedatangan Seno disana, itu artinya aku parkir di temat itu lebih dulu daripada Seno, dan jika Seno datang belakangan seharusnya dia melihat mobilku terparkir disana kan? Dia juga seharusnya melihatku yang tertidur di dalam mobil”Bramantyo
“Nadia? Akhirnya lo dateng juga ke rumah gue, gue udah kangen banget sama lo.” Yoke merangkul tubuh Nadia dan membawanya masuk ke dalam rumahnya.“Sorry kalau aku pernah ngomong kasar sama kamu Ke, tapi aku bisa jelasin semuanya kok,” ucap Nadia dan menghempaskan bokongnya di sofa tamu rumah Yoke.“Ga papa Nad, lagian yang lo omongin itu bener kok, gue udah gede, harus bisa mandiri.. ehm.. lo tau ga? Sekarang gue udah berani naek motor pulang pergi ke kampus sendirian” Yoke mengikuti apa yang dilakukan Nadia dan duduk disampingnya.“Seriusan Ke? Yaahh… berarti kita ga bakalan berangkat dan pulang bareng lagi dong pas kuliah”“Kita masih bisa bareng Nad, kan kita bisa konvoi berdua, kaya emak-emak berangkat arisan gitu.” Yoke menaik turunkan kedua alisnya dengan mimik wajah dibuat selucu mungkin.“Kamu tuh yang kaya emak-emak, aku sih ogah disamain, secara aku kan kalo ngasih lampu sein selalu bener, sesuai kemana arah motor mau belok,” jawab Nadia dan mereka berdua pun tergelak bersa
“Yasmine”Seseorang menepuk pipi Yasmine pelan, perlahan mata Yasmine mengerjap dan perlahan terbuka. “Kau ini kenapa Yas? Mengapa tidur sambil teriak-teriak begitu?”Ternyata Dylan yang membangunkan Yasmine. Dia memaksa masuk ke dalam kamar karena mendengar Yasmine berteriak dan juga suara tangisan Leon.“Apa yang terjadi Lan? Dimana aku?” Yasmine terbangun dalam keadaan seperti orang linglung.“Kamu yang kenapa Yas, apa yang terjadi? Kamu mimpi? Aku dengar kamu teriak-teriak dalam tidurmu, dan juga Leon yang menangis”“Dylan, kamu harus menolongku, aku terkurung di ruangan dan gelap sekali, lampunya mati, kakiku menginjak pecahan kaca di lantai” tangan Yasmine memegang kemeja Dylan sangat erat seolah dia sedang ketakutan. “Oh astaga... Leon, dimana anakku Lan? Dimana Leon?” lanjutnya.“Tenang Yas, Leon baik-baik saja, dia sekarang sedang disuapi oleh Mbok Ning setelah dimandikan tadi”“Tapi kenapa aku ada di kamar ini Lan?”“Loh... memangnya dimana lagi kau akan tidur? Bukankah dar
Sesuai janjinya pada Dylan, selesai kelas Renata bersiap untuk pergi ke rumah Dylan, dia sudah menelpon Mang Arija untuk tidak menjemputnya, karena nanti Dylan yang akan mengantarnya pulang.“Udah siap Re?”Dylan datang dari arah belakang dan langsung melingkarkan lenganya di bahu Renata.“Jangan begini kak, aku ga enak di lihat yang lain”“Yang lain siapa? Aku ga punya yang lain Re”“Kak Dylan jangan bercanda, aku ga mau jadi target fans kakak untuk di buly”Dylan malah tertawa terbahak mendengar kalimat sarkas yang di lontarkan Renata, namun dia menuruti permintaan gadis berusia 18 tahun itu untuk melepaskan tanganya dari bahu Renata, dan sebagai gantinya dia meraih jemari Renata untuk di genggamnya.Renata mau tak mau mengikuti langkah kaki Dylan menuju mobilnya, dengan membiarkan tanganya di genggang oleh kakak tingkatnya tersebut, karena dia tak ingin dianggap cerewet jika dia kembali protes.Sesaat kemudian mereka telah sampai di rumah Dylan. “Ayo masuk Re, anggap aja rumah send
Renata menatap bocah kecil di hadapanya yang sepertinya menolak untuk dekat-dekat denganya.“Maaf, Leon memang biasanya seperti itu pada orang yang baru dikenalnya” Yasmine menarik Leon dan mendekatkanya pada Dylan, dengan wajah yang terlihat tidak menyukai kehadiran Renata.Sikap Yasmine membuat Renata tak enak hati berada di tengah antara Dylan dan Yasmine, terlebih Dylan juga tak menolak saat Leon menghampirinya. “Dylan sepertinya belum move on dari Yasmine, wajar sih dari apa yang pernah kudengar, dulu Dylan amat mencintai Yasmine, dan pastinya susah sekali untuk melupakan cinta yang begitu dalam, apalagi jika itu adalah cinta pertama” Renata hanya bisa berujar dalam hatinya.Karena merasa canggung, akhirnya Renata pun berpamitan untuk pulang dan langsung di iyakan oleh Yasmine, namun Dylan sempat menahanya, dan menawarkan untuk mengantarkan Renata pulang.“Kamu tunggu sebentar ya Re, aku antar kamu pulang aja” ucap Dylan sambil menyambar kunci mobilnya.Melihat Dylan yang bersia
“Jadi Kak Lia tidak melahirkan anak kembar?” tanya Renata berusaha meyakinkan diri akan jawaban Camelia yang didapatnya barusan. Tadi setelah Camelia kembali dengan membawa teh hangat untuk Renata, dia langsung mengutarakan pertanyaan yang mengganggu pikiranya. “Memangnya kenapa kok kamu bisa kepikiran kalau aku melahirkan bayi kembar?” “Tidak apa-apa sih kak, tapi aku seriusan kalau tadi melihat Rama di rumah Kak Dylan, dan namanya itu Leon, makanya tadi aku berpikir bahwa ada Kak Lia sedang bertamu kesana, karena kan Yasmine ada disana, mungkin saja Kak Lia datang ke rumah Kak Dylan untuk mengunjungi Yasmine” Camelia yang saat itu tengah menyeruput teh hangatnya jadi terbatuk mendengar kalimat yang di lontarkan Renata. “Apa katamu Re? Yasmine ada di rumah Dylan? Jadi Yasmine ada di Indonesia? dia sudah pulang?” Pertanyaan Camelia yang beruntun membuat Renata kembali kebingungan. “Jadi Kak Lia ga tau soal kepulangan Yasmine?” “Kalau kamu ga kasih tau soal ini, mungkin sampai ka
“Iya kak, terimakasih”[“....”]“Iya, aku langsung berangkat sekarang”[“...”]Renata menutup panggilan dan bergegas keluar rumah dengan menenteng kunci mobilnya, namun suara klakson mobil yang baru saja tiba membuat langkahnya terhenti. Dia menunggu hingga si pengendara keluar dari dalam mobil.“Re, kamu mau kemana? Ko buru-buru amat keliatanya?” Orang yang tak lain adalah Dylan langsung menghampiri Renata.“Kak Dylan? Ngapain kakak kesini?”“Ehm... ituu... aku mau minta maaf, ehm.. soal kejadian di rumah tadi, aku sama sekali ga bermaksud buat nyakitin kamu Re”“Nyakitin? Memangnya kenapa aku harus merasa sakit?”“Ya.. itu.. aku.. aku ga mau aja kamu jadi salah paham sama aku, begitu” Dylan menjawab dengan sedikit gugup dan nampak salah tingkah sendiri.“Oh.. itu” Renata terdiam sesaat dengan menundukan kepalanya.“Ituu... aku ga kenapa-kenapa kok, memangnya kenapa Kak Dylan menganggap aku salah paham? Bukankah aku ga berhak berpikir apapun tentang Kak Dylan dan Yasmine? Itu kan
Setelah berbicara dengan Wendi, Dylan pun mengantar Renata pulang ke rumahnya, baru kemudian dia juga kembali pulang ke rumahnya.Renata masuk ke dalam rumah setelah melambaikan tanganya pada Dylan, namun baru beberapa langkah dia mendengar suara deru mobil kembali berhenti di depan rumah, Renata mengerutkan keningnya. “Kak Dylan balik lagi? Apa ada yang tertinggal atau kelupaan ya?,” gumamnya.Sesaat kemudian terdengar suara bel pintu, Renata bergegas membuka pintu rumahnya karena beranggapan Dylan kembali karena ada yang tertinggal atau ada yang terlupa.“Hallo, kamu yang namanya Renata kan?”Alih-alih Dylan justru Renata menemukan sosok Yasmine tengah berdiri di hadapanya saat dia membuka pintu.“Kak Yasmine?” Renata mengerjapkan mata seakan tak percaya akan pandangan matanya sendiri.“Benar, aku Yasmine, CALON ISTRI DYLAN,” jawab Yasmine dengan penekanan pada kalimat terakhirnya. Saat Dylan meninggalkanya demi mengejar Renata, saat itu Yasmine merasa Renata akan menjadi penghalang
Renata terbengong sendiri mendengar perkataan Sena, sedangkan Sena tersenyum-senyum menatap wajah Renata dan membayangkan mereka tinggal bersama.“Sebentar deh Sena, kamu kan baru aja kuliah disini, kenapa mau pindah?”“Ya ga papa sih, abis ternyata disini membosankan suasananya, apalagi kalau nanti ga ada kamu, bisa kebayang kan sekeriting apa otakku nanti?”Renata tertawa renyah mendengar kelakar Sena, “Ada-ada aja kamu Sena”“Kalian berdua lagi ngomongin apaan sih?” Yoke tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Renata dan ikut duduk disisinya.“Hei Yoke, kamu tambah manis aja hari ini”“Aduh Sena, ga usah ngegombalin gue deh, kaga mempan tau ga?! Kemaren gue abis mutusin cowo gue, gara-gara gombalan dia udah basi, udah expired”“Ya ampun Ke, lo sadis banget sih”“Iihh abisnya dia ga kreatif ngerayu cewe Re, bikin bosen”“Ke, lo dalam sebulan ini udah berapa kali ganti pacar?”“Ehm... lupa gue, abis rata-rata mereka pada jahat, cuma pe ha pe doang”Renata hanya geleng-geleng kepala
“Jadi... maksud saya datang kesini adalah untuk melamar Dek Camelia, untuk menjadi istri saya dan juga mamanya Dylan, dan saya juga bersedia menjadi ayah bagi Rama dan Leon,” ucap Bramantyo sambil menyodorkan kotak beludru warna biru yang di dalamnya berisi cincin berlian.Camelia terkesiap mendengar lamaran yang diucapkan oleh Bramantyo. Dia memang sudah bisa menebak rasa yang belum diungkapkan oleh laki-laki yang usianya hampir kepala lima itu. Bahkan hari kemarin saat mereka pulang setelah main seharian di mall, Camelia sebenarnya terus menghindari percakapan dengan Bramantyo, karena dia sudah bisa membaca dan menebak arah dari kalimat laki-laki yang pernah menjadi atasan mendiang suaminya itu.Dylan yang mengantar ayahnya untuk melamar Camelia hanya menganggukan kepala dan tersenyum saat Bramantyo melanjutkan kalimatnay yang mengatakan bahwa anaknya pun sudah memberikan restu dan menerima jika Camelia mau menjadi istrinya.Camelia menjadi serba salah, disatu sisi dia tak ingin ke
Bramantyo mengajak Camelia dan kedua anak balita itu untuk keluar dan jalan-jalan ke mall, meskipun awalnya Camelia menolak, namun karena melihat wajah Rama dan Leon yang melompat senang dengan tawaran dari Bramantyo, akhirnya dia pun mengalah dan menuruti keinginan ketiga pria berbeda usia tersebut.Mereka juga mengajak kedua pengasuh Rama dan Leon untuk ikut serta. Jadilah mereka bertujuh dengan supir pribadi Bramantyo, berangkat menuju mall di pusat kota Jakarta.“Papa Bram, nanti di mall kita boleh jajan es krim ga?” Leon bertanya dengan menatap wajah Bramantyo penuh harap, dan langsung tersenyum serta melompat bahagia karena mendapat persetujuan dari Bramantyo dan juga Camelia.“Aku juga mau”“Iya Rama, nanti kita beli es krim yang banyak dan kita bisa makan bersama-sama”“Yeeyyy, terimakasih Papa Bram”“Sama-sama sayang”Camelia yang melihat interaksi kedua bocah itu dnegan Bramantyo hanya bisa tersenyum haru, dia berpikir andaikan saja dulu Damar bisa sehangat itu sikapnya pada
Renata akhirnya memutuskan untuk berjalan menuju kantin demi menemui Yoke dan Nadia. Keduanya memang masih berada di kantin karena menunggu Renata sambil juga menunggu kelas mereka selanjutnya.“Disebelah sini Re” Yoke dengan suara cemprengnya yang khas memanggil Renata yang baru saja tiba di kantin.Renata mengambil tempat duduk dan bergabung dengan Nadia dan Yoke.“Ternyata Kak Dylan kenal dengan Sena, tadi aku lihat mereka ngobrol seolah sudah saling mengenal lama”“Iya Re, kami sudah tau itu, tadi sewaktu kamu di kelas, kami sudah bertemu dengan Kak Dylan, dan menceritakan tentang sosok mahasiswa yang wajahnya mirip dengan Seno”Renata menoleh dan menatap Nadia. “Jadi kalian menceritakan perihal Sena ke Kak Dylan?”“Iya Re, terus Kak Dylan bilang Sena itu adik sepupu jauh Seno, papanya Sena itu sepupuan sama papanya Seno” Yoke menjelaskan apa yang di dengarnya dari Dylan dengan antusias.Renata mengangguk-anggukan kepalanya, kini dia baru mengerti. “Oh.. Jadi Sena itu masih ada ik
Flashback onPagi ini Renata mengantarkan kedua orangtuanya sampai ke bandara, hari ini mereka harus kembali karena cuti yang diambil ayahnya sudah habis.“Re, kalau ada apa-apa cepat kabari mommy, terus kamu jangan telat makan ya”“Iya mom, Re akan selalu ingat nasehat mommy”“Re, jangan terima tamu lagi kalau malam-malam, batas akhir bertamu itu jam sepuluh, ingat itu!”“Iya papi, Re akan terapkan aturan itu ke semua temen-temen Re”Setelah memberikan wejangan panjang lebar pada anak semata wayang mereka, tibalah kini waktunya mereka untuk berpisah, karena nomor penerbangan pesawat ayah dan ibu Renata sudah dipanggil.Renata pun sekali lagi berpelukan dengan kedua orangtuanya, dan melepaskan mereka untuk kembali ke Kalimantan.Setelah dari bandara, Renata langsung pergi ke kampusnya karena dia ada jadwal kuliah siang ini.“Re, di sebelah sini” Teriakan Yoke langsung menyambutnya kala Renata baru saja turun dari mobil yang baru saja diparkirkanya. Dilihatnya Yoke dan Nadia melambaik
Dylan menatap ayahnya dengan pandangan horor. Namun Bramantyo mengangguk dengan mantap. Kali ini giliran Dylan yang menarik napas dalam serta menggelengkan kepalanya.“Untung aku tidak jadi menikah dengan Yasmine, apa jadinya nanti jika papa menikah dengan Kak Lia, berarti papa jadi kakak iparku dong”“Eh, enak aja kamu nikah sama Yasmine. Papa tidak setuju, asal kamu tau ya Lan, sebenarnya Yasmine itu selalu mengancam papa bahwa dia akan menyebarkan informasi pada media jika anak yang di kandungnya itu adalah anakmu, dan kamu tidak mau bertanggung jawab, itulah sebabnya papa setuju dengan usulan Damar untuk mengirim Yasmine ke luar negeri, agar dia tutup mulut, tetapi setelah tinggal disana, Yasmine selalu meminta uang ke papa dalam jumlah besar”“Oh.. itu.. ehm, jadi itu sebenarnya... Yasmine pun sedang diancam pah, dan dia harus mengirimkan uang dalam jumlah besar, tapi papa tidak usah khawatir, uang papa masih ada kok, utuh”“Maksud kamu apa Lan?”Dylan pun kemudian menceritakan p
Camelia mendengar seluruh pertengkaran Yasmine dan kedua orangtua Damar, dia juga mendengar semua yang diucapkan Damar saat Yasmine pergi dengan membawa amarahnya atas penolakan kedua orangtua Damar tersebut, juga tentang ancaman Ayah Damar yang tidak akan memberikan warisanya jika terbukti bahwa anak yang dikandung Yasmine itu adalah anaknya.Setelah Damar pun kemudian pergi karena di suruh Sri untuk menemui Camelia di rumah sakit, Camelia pun keluar dari persembunyianya dan langsung menemui Sri dan Abdulah yang terkejut melihat kemunculan Camelia yang tiba-tiba di rumah mereka.“Lia? Sejak kapan kamu datang nak?” tanya Sri dengan wajah cemas dan was-was kalau Camelia mendengar semua pertengkaran yang baruan terjadi.“Lia sudah mendengar dan mengetahui semuanya bu, jadi bapak dan ibu tak perlu menutupi hal ini lagi dari Lia”Sri langsung menangis dan memeluk Camelia. “Maafkan anak ibu nak, damar itu memang laki-laki bodoh yang menyia-nyiakan wanita baik sepertimu, tapi ibu mohon jang
Mulut Renata terbuka lebar heran sekaligus merasa geli sendiri dengan apa yang Dylan ucapkan. “Kak Dylan kaya anak kecil aja sih, lagian aku kan bukan barang, aku juga bisa jaga diri aku sendiri”Renata menyembunyikan tawanya dengan berdehem beberapa kali. “Jadi Kak Dylan malam-malam datang kesini cuma buat ngomongin ini?”“Yy… ya ga gitu juga Re, aku kesini karena khawatir sama kamu” Dylan nampak tergagap menjawab pertanyaan Renata.“Khawatir? Aku kan ada di rumah, lagipula ada mommy dan papiku disini”Dylan langsung terlihat salang tingkah dan menundukan kepalanya, bukan karena kalimat yang diucapkan Renata, tetapi karena papinya Renata yang terlihat sedang menuruni tangga dan melihat ke arah mereka berdua.“Malam om” Dylan berdiri dan menganggukan kepalanya.“Malam, ada hal penting apa sampai kamu bertamu malam-malam begini ke rumah seorang gadis?”Renata ikut berdiri dan menolah ke belakang saat mendengar suara bariton milik sang ayah.“Eh papi, kenalin pih, ini temen Re... namany
“Kenapa kamu ga pernah keliatan setelah kejadian di kampus itu? Kamu juga ga datang sewaktu aku di rawat di rumah sakit”Renata menatap Seno yang tengah menatapnya dengan senyuman tersungging di bibir tipisnya.“Kata siapa aku tidak datang? Aku selalu ada di sisimu, hanya saja kamu sudah tidak bisa lagi melihat atau mendengarku”“Memangnya kenapa?”“Karena… waktuku sudah hampir habis Rena, aku datang kesini hendak berpamitan denganmu, dan terimakasih banyak karena kamu sudah mau membantuku, kini aku tak lagi merasakan kemarahan dalam hatiku, juga kegelisahan itu tak pernah lagi ada di hatiku”“Sekarang aku sudah bisa menerima semuanya, dan sebentar lagi aku akan dijemput, jika kamu merindukan aku, kamu bisa menatap langit, disana aku melihatmu dan juga mendoakan dirimu”Mata Renata berkaca mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan Seno, ada rasa sesak dalam dadanya. Seno mengangkat satu tanganya untuk mengusap airmata yang bergulir di pipi Renata.“Jangan menangis, kau tau? Aku p