Home / Fiksi Remaja / Petaka Di Lorong Kampus / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Petaka Di Lorong Kampus: Chapter 31 - Chapter 40

104 Chapters

Bab 31. Seno Sudah Tidak Marah

Renata membiarkan Dylan tidur di sofa ruang tamunya malam itu, dia sendiri masuk ke dalam kamarnya, dan alangkah terkejutnya Renata saat mendapati Seno masih berada di dalam kamarnya.“Seno? kenapa masih disini? kenapa tidak kembali ke tempat asalmu?”Sesaat Renata merasa aneh dengan adanya dua orang laki-laki di dalam rumahnya, satu berada di ruang tamunya dan satu lagi berada di dalam kamarnya.“Apa yang sedang kau pikirkan?,” tanya Seno saat dia melihat Renata menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan mondar mandir.“Kalian berdua... kalian membuatku merasa buruk”Seno menatap datar kearah Renata, “Siapa yang kau maksud dengan kalian?”“Siapa lagi kalau bukan kau dan cowo idola kampus itu”Renata menghempaskan tubuhnya ke ranjang, dan menutup seluruh tubuh sampai ke kepala dengan selimut. Seno hanya menatap Renata dengan alis terangkat sebelah. Kemudian dia ikut merebahkan diri di sofa, setelah itu tubuhnya berubah menjadi asap putih yang lama kelamaan menghilang.Saat menyingkap
Read more

Bab 32. Melaksanakan Ide Yang Tertunda

Renata kemudian meminta Dylan dan Wendi bergantian menceritakan apa yang mereka pernah ceritakan pada Renata di hadapan Seno.Renata melihat Seno mendengarkan dengan seksama, atau mungkin dia sedang berusaha menggali ingatanya dari semua cerita Wendi dan Dylan?.Dalam kesempatan itu juga Renata menceritakan semua mimpi yang dialaminya, yang menurutnya itu bukanlah mimpi, melainkan dia melihat masa lalu Seno.“Jadi menurutku, tak ada salahnya jika aku mecoba untuk masuk kembali ke masa lalu Seno”“Apa itu ga berbahaya Re? Terakhir lo ngalamin mimpi itu kan akhirnya lo masuk rumah sakit, lo selalu kena hipotermia”“Benar apa kata Yoke, kita harus cari cara lain Re, kita ga mungkin membuat kamu dalam bahaya cuma karena ingin melihat masa lalu Seno”Renata menatap kedua sahabatnya, dari awal mereka memang sudah tidak setuju akan ide Renata karena mereka mengkhawatirkan keselamatan dirinya.“Kurasa juga Yoke dan Nadia ada benarnya Re, jangan terlalu gegabah, kamu cuma tau cara masuk kesana
Read more

Bab 33. Mimpi Yang Sama

Orang yang tadi berbicara maju selangkah dan menatapnya dengan tatapan kejam. “Kau harus mengakui bahwa anak yang dikandung Yasmine adalah anakmu, jika tidak mayatmulah yang akan mengakuinya” “Apa maksudmu? Aku tak pernah sekalipun menyentuh Yasmine, mengapa aku harus mengakui hal yang tidak pernah aku lakukan?” “Ah... banyak omong sekali kau, sudah bos kita habisi saja dia” kali ini orang yang berdiri paling pinggir dekat dengan pintu masuk toilet yang berbicara, wajahnya terdapat bekas luka memanjang, kulitnya hitam dan hidungnya besar. Renata bergidik ngeri melihat penampakan dari laki-laki tersebut. “Kau lihat sendiri kan? anak buahku sudah sangat tidak sabaran ingin melakukan olah raga denganmu, pilihan ada di tanganmu, kau mengakui atau ikut berolah raga bersama kami” “Sudah kukatakan, aku tak akan mengakui perbuatan yang tidak aku lakukan” Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Renata merasakan bogem mentah dari orang yang dipanggil bos oleh laki-laki dengan luka diwajahny
Read more

Bab 34. Pacar Non Renata?

“Non Renata? Kenapa dengan Non Renata? Bukankah tadi dia baik-baik aja”“Tolong buka pintu dulu mba, kita mau bawa Renata ke rumah sakit sekarang”“I..iya.. baik non”Mba Iyus bergegas melakukan apa yang diminta Yoke, mereka kemudian berbagi tugas, Dylan membawa Renata dengan mobil milik Renata ditemani Yoke dan Mba Iyus sedangkan Nadia dan Wendi berboncengan naik motor.“Hati-hati den, kita bawa ke rumah sakit yang paling dekat saja,” ucap Mba Iyus dengan memangku kepala Renata, duduk di seat belakang. Yoke duduk di samping Dylan yang sedang menyetir.Dylan membelokan setir mobil ke arah rumah sakit, langsung berhenti di depan ruang IGD, di ikuti motor yang dikendarai Wendi di belakangnya.Setelah meminta petugas rumah sakit untuk memberikan pertolongan pada Renata, mereka pun kini hanya bisa menunggu hingga dokter selesai memeriksa keadaan Renata.Tak ada yang bersuara, mereka semua terdiam, hanya isak tangis Mba Iyus terdengar.“Ngga papa mba, Renata pasti baik-baik aja” Yoke meng
Read more

Bab 35. Keadilan Untuk Seno

Renata kembali menutup matanya, sedangkan Seno masih setia menggenggam tangan Renata. Saat itu Dylan berjalan mendekati ranjang pasien, dan melihat Renata masih terpejam. Ada rasa hangat menyelimuti dadanya, dia kagum dengan keberanian dan tekad Renata untuk membantu Seno.Pagi hari pun tiba, terlihat Dylan yang masih tidur sambil duduk di kursi, dengan kepala berada di ranjang tempat Renata terbaring, tanganya menggenggam tangan Renata.Mba Iyus masuk di ikuti dua orang dibelakangnya. Satu laki-laki paruh baya dan satu lagi wanita yang usianya tak jauh berbeda.“Renata? Ya ampuun Re... kamu kenapa sayang? Ini mommy nak”Perempuan yang mengaku ibunya Renata duduk di sisi ranjang, dan mengusap kepala Renata penuh kasih sayang. Dylan mengerjapkan matanya, dan melihat sekeliling, dia pun berdiri dan mundur, memberikan jalan bagi laki-laki yang diperkirakanya sebagai ayah Renata untuk duduk di sisi ranjang satunya lagi, menempati tempat duduk Dylan tadi.“Re, maafkan papi nak, selama ini
Read more

Bab 36. Pengirim Pesan Misterius

“Ok ladies... persiapkan diri kalian untuk sebuah rencana, kita akan membuat Yasmine kembali mendatangi kampus kita, karena sepertinya dia adalah kunci dari semua masalah Seno” ucap Dylan.Semua yang ada mengangguk setuju, membenarkan ucapan Dylan.“Tapi gimana caranya bikin Yasmine kembali ke tanah air kak?”“Kita akan cari cara Re, selama ini kita jalan sendiri-sendiri dalam mengungkap kebenaran tentang kematian Seno, kini sudah saatnya kita bersatu, siapa tau dengan begitu justru misi kita akan berhasil. Dan lo Wen... gue tau selama ini lo sebenernya selalu mencari siapa dalang di balik kematian Seno, gue juga tau lo sering berkunjung ke rumah Seno bahkan lo sering bantu ngurus toko kelontongnya Nenek Seno”“Lo mata-matain gue Lan?”Wajah Wendi berubah saat Dylan mengatakan bahwa dia mengetahui semua yang di lakukan Wendi.“Bukan mata-matain, mungkin itu terjadi karena gue pun melakukan hal yang sama, yaitu pengen tau siapa yang membuat Seno melakukan bunuh diri”“Maaf Kak Dylan,
Read more

Bab 37. Wajah Anak Itu Tidak Mirip

Siang ini sepulang dari kuliah, Renata dan kedua sahabatnya kembali menyambangi rumah Camelia, mereka bermaksud untuk membujuknya untuk meminta Yasmine pulang ke Indonesia.Renata juga mengatakan pada Nadia dan Yoke tentang pertemuanya dengan Camelia di mall kemarin, namun dia tak mengatakan bahwa dia melihat Bramantyo dan Camelia bersama di sebuah restoran yang ada di mall tersebut, karena Renata merasa sungkan untuk menceritakan bahwa dia melihat wajah Camelia sembab seperti habis menangis.‘Biarlah itu menjadi urusan rumah tangga mereka, kalau aku cerita ke Nadia dan Yoke takutnya malah jadi gosip’ begitu pikir Renata.Camelia menyambut kedatangan yang dianggapnya sebagai para mahasiswi suaminya itu dengan ramah, mereka berbincang-bincang sebentar sebelum Renata cs mengutarakan maksud kunjungan mereka.“Jadi begini Kak Lia, ada teman kami yang sangat membutuhkan kehadiran Kak Yasmine untuk memulihkan nama baiknya, saat ini dia merasa sangat tertekan atas tudingan orang-orang yang
Read more

Bab 38. Dylan Pelakunya?

Esok hari, karena merasa penasaran Renata pun tetap mengikuti perkataan si pengirim pesan misterius, dia pergi ke cafe yang ada di depan kampusnya, Renata menunggu sebentar di dalam cafe. Matanya terus mengawasi orang yang berlalu lalang di depan cafe. Renata sengaja memilih tempat duduk di pojok yang bisa meliaht ke arah luar cafe dari kaca jendela.Mata Renata terbelalak saat melihat seorang pria. “Itu kan pria yang mengeroyok Seno”Renata hampir saja menghampiri pria tersebut, saat tanpa sengaja matanya menangkap soso Dylan yang sedang berjalan, kemudian pria tadi menghampiri Dylan. Mereka berdua terlihat berbincang untuk beberapa saat, setelah itu keduanya berpisah. Sesaat kemudian Renata melihat Wendi menghampiri Dylan dan mereka pun berdua pergi entah kemana.“Kak Dylan? Apa hubunganya dia dengan orang yang mengeroyok Seno? lalu apa Kak Wendi mengetahui soal itu? Mereka berdua mau pergi kemana?”***Di rumah Camelia.
Read more

Bab 39. Alamat Yasmine

 “Mereka abis ngapain berduaan di dalam sana?” bisik Nadia di dekat telinga Renata.“Aku juga ga tau, gimana kalo kita masuk aja ke dalam sana?” Renata balas berbisik.Keduanya pun memasuki runag UKM setelah memastikan bahwa keadaan sekitar telah aman.Renata memutar pandanganya ke setiap penjuru ruangan, matany tanpa sengaja melirik ke arah lemari besar yang terdapat di pojok ruangan. Dia berjalan ke arah lemari dan melihat-lihat. Ternyata di belakang lemari itu terdapat sofa yang sudah tak ada lagi sandaranya, namun masih empuk untuk di duduki, sofa itu tak akan terlihat jika orang hanya melihat ataupun masuk ke ruangan itu sekilas, tapi orang akan tau keberadaan sofa tersebut jika dia melongok ke belakang lemari besar di sudut ruangan.“Re, menurutmu apa yang dilakukan dua orang berlainan jenis di ruangan ini? dan pada saat keluar penampilan mereka sudah tidak terlihat rapi?”Rena
Read more

Bab 40. Ada Hantu

 Selesai kuliah, Nadia pulang bersama Yoke, seperti biasanya dia akan mampir dulu ke rumah Yoke untuk mengantarnya pulang, baru kemudian dia pulang ke rumahnya sendiri yang tak jauh dari tumah Yoke.Sesampianya di rumah, Nadia melihat Wendi sudah pulang lebih dulu darinya. “Kak, lagi sibuk ga? Aku mau bicara sama kakak”“Mandi dulu sana, datang-datang bukanya bersih-bersih dulu ini malah tampangnya udah kaya orang mau ngajak ribut”“Gampanglah itu kak, badanku tidak bau-bau amat biarpun belum mandi, tapi ada yang harus aku omongin serius sama kakak”“Boleh, tapi ada syaratnya”“Apa itu? jangan yang susah syaratnya”“Kamu harus gantiin kakak besok, ke anterin sayuran ke hotel yang di Jakarta Pusat”Nadia berpikir sejenak, mempertimbangkan permintaan kakaknya. Usaha keluarga Nadia memang mensuply sayuran segar ke beberapa hotel yang ada
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status