“Non Renata? Kenapa dengan Non Renata? Bukankah tadi dia baik-baik aja”“Tolong buka pintu dulu mba, kita mau bawa Renata ke rumah sakit sekarang”“I..iya.. baik non”Mba Iyus bergegas melakukan apa yang diminta Yoke, mereka kemudian berbagi tugas, Dylan membawa Renata dengan mobil milik Renata ditemani Yoke dan Mba Iyus sedangkan Nadia dan Wendi berboncengan naik motor.“Hati-hati den, kita bawa ke rumah sakit yang paling dekat saja,” ucap Mba Iyus dengan memangku kepala Renata, duduk di seat belakang. Yoke duduk di samping Dylan yang sedang menyetir.Dylan membelokan setir mobil ke arah rumah sakit, langsung berhenti di depan ruang IGD, di ikuti motor yang dikendarai Wendi di belakangnya.Setelah meminta petugas rumah sakit untuk memberikan pertolongan pada Renata, mereka pun kini hanya bisa menunggu hingga dokter selesai memeriksa keadaan Renata.Tak ada yang bersuara, mereka semua terdiam, hanya isak tangis Mba Iyus terdengar.“Ngga papa mba, Renata pasti baik-baik aja” Yoke meng
Renata kembali menutup matanya, sedangkan Seno masih setia menggenggam tangan Renata. Saat itu Dylan berjalan mendekati ranjang pasien, dan melihat Renata masih terpejam. Ada rasa hangat menyelimuti dadanya, dia kagum dengan keberanian dan tekad Renata untuk membantu Seno.Pagi hari pun tiba, terlihat Dylan yang masih tidur sambil duduk di kursi, dengan kepala berada di ranjang tempat Renata terbaring, tanganya menggenggam tangan Renata.Mba Iyus masuk di ikuti dua orang dibelakangnya. Satu laki-laki paruh baya dan satu lagi wanita yang usianya tak jauh berbeda.“Renata? Ya ampuun Re... kamu kenapa sayang? Ini mommy nak”Perempuan yang mengaku ibunya Renata duduk di sisi ranjang, dan mengusap kepala Renata penuh kasih sayang. Dylan mengerjapkan matanya, dan melihat sekeliling, dia pun berdiri dan mundur, memberikan jalan bagi laki-laki yang diperkirakanya sebagai ayah Renata untuk duduk di sisi ranjang satunya lagi, menempati tempat duduk Dylan tadi.“Re, maafkan papi nak, selama ini
“Ok ladies... persiapkan diri kalian untuk sebuah rencana, kita akan membuat Yasmine kembali mendatangi kampus kita, karena sepertinya dia adalah kunci dari semua masalah Seno” ucap Dylan.Semua yang ada mengangguk setuju, membenarkan ucapan Dylan.“Tapi gimana caranya bikin Yasmine kembali ke tanah air kak?”“Kita akan cari cara Re, selama ini kita jalan sendiri-sendiri dalam mengungkap kebenaran tentang kematian Seno, kini sudah saatnya kita bersatu, siapa tau dengan begitu justru misi kita akan berhasil. Dan lo Wen... gue tau selama ini lo sebenernya selalu mencari siapa dalang di balik kematian Seno, gue juga tau lo sering berkunjung ke rumah Seno bahkan lo sering bantu ngurus toko kelontongnya Nenek Seno”“Lo mata-matain gue Lan?”Wajah Wendi berubah saat Dylan mengatakan bahwa dia mengetahui semua yang di lakukan Wendi.“Bukan mata-matain, mungkin itu terjadi karena gue pun melakukan hal yang sama, yaitu pengen tau siapa yang membuat Seno melakukan bunuh diri”“Maaf Kak Dylan,
Siang ini sepulang dari kuliah, Renata dan kedua sahabatnya kembali menyambangi rumah Camelia, mereka bermaksud untuk membujuknya untuk meminta Yasmine pulang ke Indonesia.Renata juga mengatakan pada Nadia dan Yoke tentang pertemuanya dengan Camelia di mall kemarin, namun dia tak mengatakan bahwa dia melihat Bramantyo dan Camelia bersama di sebuah restoran yang ada di mall tersebut, karena Renata merasa sungkan untuk menceritakan bahwa dia melihat wajah Camelia sembab seperti habis menangis.‘Biarlah itu menjadi urusan rumah tangga mereka, kalau aku cerita ke Nadia dan Yoke takutnya malah jadi gosip’ begitu pikir Renata.Camelia menyambut kedatangan yang dianggapnya sebagai para mahasiswi suaminya itu dengan ramah, mereka berbincang-bincang sebentar sebelum Renata cs mengutarakan maksud kunjungan mereka.“Jadi begini Kak Lia, ada teman kami yang sangat membutuhkan kehadiran Kak Yasmine untuk memulihkan nama baiknya, saat ini dia merasa sangat tertekan atas tudingan orang-orang yang
Esok hari, karena merasa penasaran Renata pun tetap mengikuti perkataan si pengirim pesan misterius, dia pergi ke cafe yang ada di depan kampusnya, Renata menunggu sebentar di dalam cafe. Matanya terus mengawasi orang yang berlalu lalang di depan cafe. Renata sengaja memilih tempat duduk di pojok yang bisa meliaht ke arah luar cafe dari kaca jendela.Mata Renata terbelalak saat melihat seorang pria. “Itu kan pria yang mengeroyok Seno”Renata hampir saja menghampiri pria tersebut, saat tanpa sengaja matanya menangkap soso Dylan yang sedang berjalan, kemudian pria tadi menghampiri Dylan. Mereka berdua terlihat berbincang untuk beberapa saat, setelah itu keduanya berpisah. Sesaat kemudian Renata melihat Wendi menghampiri Dylan dan mereka pun berdua pergi entah kemana.“Kak Dylan? Apa hubunganya dia dengan orang yang mengeroyok Seno? lalu apa Kak Wendi mengetahui soal itu? Mereka berdua mau pergi kemana?”***Di rumah Camelia.
“Mereka abis ngapain berduaan di dalam sana?” bisik Nadia di dekat telinga Renata.“Aku juga ga tau, gimana kalo kita masuk aja ke dalam sana?” Renata balas berbisik.Keduanya pun memasuki runag UKM setelah memastikan bahwa keadaan sekitar telah aman.Renata memutar pandanganya ke setiap penjuru ruangan, matany tanpa sengaja melirik ke arah lemari besar yang terdapat di pojok ruangan. Dia berjalan ke arah lemari dan melihat-lihat. Ternyata di belakang lemari itu terdapat sofa yang sudah tak ada lagi sandaranya, namun masih empuk untuk di duduki, sofa itu tak akan terlihat jika orang hanya melihat ataupun masuk ke ruangan itu sekilas, tapi orang akan tau keberadaan sofa tersebut jika dia melongok ke belakang lemari besar di sudut ruangan.“Re, menurutmu apa yang dilakukan dua orang berlainan jenis di ruangan ini? dan pada saat keluar penampilan mereka sudah tidak terlihat rapi?”Rena
Selesai kuliah, Nadia pulang bersama Yoke, seperti biasanya dia akan mampir dulu ke rumah Yoke untuk mengantarnya pulang, baru kemudian dia pulang ke rumahnya sendiri yang tak jauh dari tumah Yoke.Sesampianya di rumah, Nadia melihat Wendi sudah pulang lebih dulu darinya. “Kak, lagi sibuk ga? Aku mau bicara sama kakak”“Mandi dulu sana, datang-datang bukanya bersih-bersih dulu ini malah tampangnya udah kaya orang mau ngajak ribut”“Gampanglah itu kak, badanku tidak bau-bau amat biarpun belum mandi, tapi ada yang harus aku omongin serius sama kakak”“Boleh, tapi ada syaratnya”“Apa itu? jangan yang susah syaratnya”“Kamu harus gantiin kakak besok, ke anterin sayuran ke hotel yang di Jakarta Pusat”Nadia berpikir sejenak, mempertimbangkan permintaan kakaknya. Usaha keluarga Nadia memang mensuply sayuran segar ke beberapa hotel yang ada
Pagi hari Renata di kejutkan dengan banyaknya orang berkerumun di gedung fakultas teknik.“Ada apaan sih? kok rame banget?”Karena penasaran Renata pun ikut bergabung di kerumunan itu, dia bertanya pada beberapa orang yang ada di dekatnya, dan mendapat informasi bahwa ada seorang pria di temukan dalam keadaan pingsan di lorong gedung tersebut , pria tersebut di temukan dengan tubuh yang hampir beku karena dingin, namun masih bernapas. Sesaat kemudian Renata mendengar sirine ambulan kian mendekat.Renata masih belum bisa melihat wajah orang yang sedang di gotong menggunakan tandu untuk di bawa ke rumah sakit dengan mobil ambulan, dia hanya melihat orang-orang saling berbisik satu sama lain.Setelah mobil ambulan pergi meninggalkan area kampus, kerumunan mahasiswa pun membubarkan diri, walaupun masih ada sebagian yang tetap berkumpul dan bergosip.“Ada apaan sih? Ko rame banget?” tanya Renata pada salah satu mahasiswi yang masih berkerumun.“Oh..kamu baru dateng ya? Itu tadi ada dosen k