Esok hari, karena merasa penasaran Renata pun tetap mengikuti perkataan si pengirim pesan misterius, dia pergi ke cafe yang ada di depan kampusnya, Renata menunggu sebentar di dalam cafe. Matanya terus mengawasi orang yang berlalu lalang di depan cafe. Renata sengaja memilih tempat duduk di pojok yang bisa meliaht ke arah luar cafe dari kaca jendela.Mata Renata terbelalak saat melihat seorang pria. “Itu kan pria yang mengeroyok Seno”Renata hampir saja menghampiri pria tersebut, saat tanpa sengaja matanya menangkap soso Dylan yang sedang berjalan, kemudian pria tadi menghampiri Dylan. Mereka berdua terlihat berbincang untuk beberapa saat, setelah itu keduanya berpisah. Sesaat kemudian Renata melihat Wendi menghampiri Dylan dan mereka pun berdua pergi entah kemana.“Kak Dylan? Apa hubunganya dia dengan orang yang mengeroyok Seno? lalu apa Kak Wendi mengetahui soal itu? Mereka berdua mau pergi kemana?”***Di rumah Camelia.
“Mereka abis ngapain berduaan di dalam sana?” bisik Nadia di dekat telinga Renata.“Aku juga ga tau, gimana kalo kita masuk aja ke dalam sana?” Renata balas berbisik.Keduanya pun memasuki runag UKM setelah memastikan bahwa keadaan sekitar telah aman.Renata memutar pandanganya ke setiap penjuru ruangan, matany tanpa sengaja melirik ke arah lemari besar yang terdapat di pojok ruangan. Dia berjalan ke arah lemari dan melihat-lihat. Ternyata di belakang lemari itu terdapat sofa yang sudah tak ada lagi sandaranya, namun masih empuk untuk di duduki, sofa itu tak akan terlihat jika orang hanya melihat ataupun masuk ke ruangan itu sekilas, tapi orang akan tau keberadaan sofa tersebut jika dia melongok ke belakang lemari besar di sudut ruangan.“Re, menurutmu apa yang dilakukan dua orang berlainan jenis di ruangan ini? dan pada saat keluar penampilan mereka sudah tidak terlihat rapi?”Rena
Selesai kuliah, Nadia pulang bersama Yoke, seperti biasanya dia akan mampir dulu ke rumah Yoke untuk mengantarnya pulang, baru kemudian dia pulang ke rumahnya sendiri yang tak jauh dari tumah Yoke.Sesampianya di rumah, Nadia melihat Wendi sudah pulang lebih dulu darinya. “Kak, lagi sibuk ga? Aku mau bicara sama kakak”“Mandi dulu sana, datang-datang bukanya bersih-bersih dulu ini malah tampangnya udah kaya orang mau ngajak ribut”“Gampanglah itu kak, badanku tidak bau-bau amat biarpun belum mandi, tapi ada yang harus aku omongin serius sama kakak”“Boleh, tapi ada syaratnya”“Apa itu? jangan yang susah syaratnya”“Kamu harus gantiin kakak besok, ke anterin sayuran ke hotel yang di Jakarta Pusat”Nadia berpikir sejenak, mempertimbangkan permintaan kakaknya. Usaha keluarga Nadia memang mensuply sayuran segar ke beberapa hotel yang ada
Pagi hari Renata di kejutkan dengan banyaknya orang berkerumun di gedung fakultas teknik.“Ada apaan sih? kok rame banget?”Karena penasaran Renata pun ikut bergabung di kerumunan itu, dia bertanya pada beberapa orang yang ada di dekatnya, dan mendapat informasi bahwa ada seorang pria di temukan dalam keadaan pingsan di lorong gedung tersebut , pria tersebut di temukan dengan tubuh yang hampir beku karena dingin, namun masih bernapas. Sesaat kemudian Renata mendengar sirine ambulan kian mendekat.Renata masih belum bisa melihat wajah orang yang sedang di gotong menggunakan tandu untuk di bawa ke rumah sakit dengan mobil ambulan, dia hanya melihat orang-orang saling berbisik satu sama lain.Setelah mobil ambulan pergi meninggalkan area kampus, kerumunan mahasiswa pun membubarkan diri, walaupun masih ada sebagian yang tetap berkumpul dan bergosip.“Ada apaan sih? Ko rame banget?” tanya Renata pada salah satu mahasiswi yang masih berkerumun.“Oh..kamu baru dateng ya? Itu tadi ada dosen k
“RENATA”Renata tersentak kaget mendengar suara orang berteriak memanggil namanya. Dengan gerakan refleks dia menoleh dan melihat Dylan sedang menatapnya sambil terus berjalan menghampirinya.“Apa yang kau lakukan disini? apa kau tidak melihat garis polisi disana itu? itu tandanya tak ada yang boleh masuk”Pelan Renata menegakan kepalanya dan berdiri. “Kak Dylan sendiri ngapain masuk kesini? Emang ga liat ada garis polisi?”“Kamu itu ngeyel banget sih! Ditanya malah balik nanya”Renata melirik ke arah Seno sebentar, dia takut amarah Seno tersulut seperti biasanya jika berada di dekat Dylan. Namun dilihatnya Seno diam dan tenang, tak ada tanda-tanda kemarahan di wajahnya. Renata pun bernapas lega.“Maaf Kak Dylan... aku duluan ya, kelas kan di liburkan untuk mahasiswa teknik, jadi aku mau pulang sekarang”Renata berjalan tergesa melewati Dylan, namun terhenti karena tang
“Mas Damar, apa yang terjadi? Kenapa mereka bilang bahwa mereka menemukan mas dalam keadaan pingsan di kampus?”Wendi menghampiri ranjang pasien dan duduk di sisi ranjang, Damar mencoba untuk bangun dan duduk dengan di bantu Wendi.“Mereka bilang apa aja tentang mas?”“Katanya mas dianiaya seseorang, terus di kampus juga jadi banyak polisi, gedung fakultas teknik di tutup garis polisi atas perintah Pak Bram, menurutku itu terlalu berlebihan”“Itu kan justru bagus sayang... dia selalu mendengarkan dan menuruti perkataanku, dia percaya sepenuhnya padaku” Damar menjawil hidung Wendi dan tersenyum dengan mata yang mengerling nakal menatap Wendi.“Mas... ini di rumah sakit, jangan aneh-aneh”“Tapi mas kangen sama kamu, kenapa sih sekarang kamu menghindari mas terus?”“Bukan begitu mas, aku kan sudah semester akhir, sebentar lagi skripsi, aku sibuk”“Sibukmu itu sampai tak punya waktu buat mas”Wajah Damar dibuat cemberut dan berpura-pura ngambek pada Wendi.“Ga lucu ah mas... nanti gilira
“Jadi semua cctv pada hari Seno meninggal tidak berfungsi?”Renata tak habis pikir kenapa dihari Seno meninggal semua cctv tidak berfungsi, apakah ini sudah terencana dengan rapih?“Aku juga tidak tau akan hal itu Re, semua orang menyalahkanku, mereka semua menuduh aku yang telah menyebabkan Seno bunuh diri” jawab Dylan.“Tapi kenyataanya Seno tidak bunuh diri kak, seseorang membunuhnya, atau bisa dikatakan seseorang menyewa beberapa preman untuk membunuh Seno”“Iya Re, sekarang aku pun yakin bahwa kematian Seno karena dibunuh, hanya saja... bagaimana cara kita membuktikanya?”“Apa Kak Dylan tidak merasakan keanehan saat tertidur pulas?”“Aku saat itu berpikir mungkin aku kelelahan secara fisik dan mental, karena habis tanding basket dan juga pikiranku masih bergelut tentang kehamilan Yasmine”“Tapi meskipun begitu... harusnya Seno tau kalau ada Kak Dylan di dalam mobil kan? untuk apa dia menelpon kalau bisa mengetuk jendela mobil Kak Dylan?”“Kau benar Re, mobil kami terparkir berse
“Itu tidak mungkin Re, mobil dalam keadaan terkunci dari dalam, sebelum pulas aku ingat sudah mengunci semua pintu, dan hanya menyisakan jendela yang sedikti terbuka”“Kak Dylan tidur di kursi pengemudi?”“Tidak, aku tidur di kursi penumpang sebelah kursi supir, tapi mobil dalam keadaan terkunci, dan mesin pun dalam keadaan mati”Tiba-tiba Seno terduduk lemas di lantai, di hadapan Dylan. Renata langsung berlari menghampirinya.“Seno, kamu kenapa kenapa? Apa yang terjadi? Apa kamu merasa sakit lagi?”Kepala Seno yang tertunduk hanya menggeleng lemah. “Tidak Rena, hanya saja aku berharap ada yang terjadi padaku setelah berdekatan dengan Dylan, tapi tak ada yang kurasakan”Mendengar semua penjelasan Seno, membuat Renata menarik napas lega. Dylan yang menyaksikan betapa Renata mengkhawatirkan Seno, merasa iri pada Seno.“Bahkan ketika sudah meninggal pun kamu masih bisa membuat seorang gadis langsung berlari kearahmu saat dia sedang berbicara denganku” gumamnya yang masih bisa di dengar