Share

Bab 42. Damar?

Author: SunnyBells09
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 “RENATA”

Renata tersentak kaget mendengar suara orang berteriak memanggil namanya. Dengan gerakan refleks dia menoleh dan melihat Dylan sedang menatapnya sambil terus berjalan menghampirinya.

“Apa yang kau lakukan disini? apa kau tidak melihat garis polisi disana itu? itu tandanya tak ada yang boleh masuk”

Pelan Renata menegakan kepalanya dan berdiri. “Kak Dylan sendiri ngapain masuk kesini? Emang ga liat ada garis polisi?”

“Kamu itu ngeyel banget sih! Ditanya malah balik nanya”

Renata melirik ke arah Seno sebentar, dia takut amarah Seno tersulut seperti biasanya jika berada di dekat Dylan. Namun dilihatnya Seno diam dan tenang, tak ada tanda-tanda kemarahan di wajahnya. Renata pun bernapas lega.

“Maaf Kak Dylan... aku duluan ya, kelas kan di liburkan untuk mahasiswa teknik, jadi aku mau pulang sekarang”

Renata berjalan tergesa melewati Dylan, namun terhenti karena tang

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 43. CCTV Yang Tidak Berfungsi

    “Mas Damar, apa yang terjadi? Kenapa mereka bilang bahwa mereka menemukan mas dalam keadaan pingsan di kampus?”Wendi menghampiri ranjang pasien dan duduk di sisi ranjang, Damar mencoba untuk bangun dan duduk dengan di bantu Wendi.“Mereka bilang apa aja tentang mas?”“Katanya mas dianiaya seseorang, terus di kampus juga jadi banyak polisi, gedung fakultas teknik di tutup garis polisi atas perintah Pak Bram, menurutku itu terlalu berlebihan”“Itu kan justru bagus sayang... dia selalu mendengarkan dan menuruti perkataanku, dia percaya sepenuhnya padaku” Damar menjawil hidung Wendi dan tersenyum dengan mata yang mengerling nakal menatap Wendi.“Mas... ini di rumah sakit, jangan aneh-aneh”“Tapi mas kangen sama kamu, kenapa sih sekarang kamu menghindari mas terus?”“Bukan begitu mas, aku kan sudah semester akhir, sebentar lagi skripsi, aku sibuk”“Sibukmu itu sampai tak punya waktu buat mas”Wajah Damar dibuat cemberut dan berpura-pura ngambek pada Wendi.“Ga lucu ah mas... nanti gilira

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 44. Aku Bukan Hantu

    “Jadi semua cctv pada hari Seno meninggal tidak berfungsi?”Renata tak habis pikir kenapa dihari Seno meninggal semua cctv tidak berfungsi, apakah ini sudah terencana dengan rapih?“Aku juga tidak tau akan hal itu Re, semua orang menyalahkanku, mereka semua menuduh aku yang telah menyebabkan Seno bunuh diri” jawab Dylan.“Tapi kenyataanya Seno tidak bunuh diri kak, seseorang membunuhnya, atau bisa dikatakan seseorang menyewa beberapa preman untuk membunuh Seno”“Iya Re, sekarang aku pun yakin bahwa kematian Seno karena dibunuh, hanya saja... bagaimana cara kita membuktikanya?”“Apa Kak Dylan tidak merasakan keanehan saat tertidur pulas?”“Aku saat itu berpikir mungkin aku kelelahan secara fisik dan mental, karena habis tanding basket dan juga pikiranku masih bergelut tentang kehamilan Yasmine”“Tapi meskipun begitu... harusnya Seno tau kalau ada Kak Dylan di dalam mobil kan? untuk apa dia menelpon kalau bisa mengetuk jendela mobil Kak Dylan?”“Kau benar Re, mobil kami terparkir berse

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 45. Kesal

    “Itu tidak mungkin Re, mobil dalam keadaan terkunci dari dalam, sebelum pulas aku ingat sudah mengunci semua pintu, dan hanya menyisakan jendela yang sedikti terbuka”“Kak Dylan tidur di kursi pengemudi?”“Tidak, aku tidur di kursi penumpang sebelah kursi supir, tapi mobil dalam keadaan terkunci, dan mesin pun dalam keadaan mati”Tiba-tiba Seno terduduk lemas di lantai, di hadapan Dylan. Renata langsung berlari menghampirinya.“Seno, kamu kenapa kenapa? Apa yang terjadi? Apa kamu merasa sakit lagi?”Kepala Seno yang tertunduk hanya menggeleng lemah. “Tidak Rena, hanya saja aku berharap ada yang terjadi padaku setelah berdekatan dengan Dylan, tapi tak ada yang kurasakan”Mendengar semua penjelasan Seno, membuat Renata menarik napas lega. Dylan yang menyaksikan betapa Renata mengkhawatirkan Seno, merasa iri pada Seno.“Bahkan ketika sudah meninggal pun kamu masih bisa membuat seorang gadis langsung berlari kearahmu saat dia sedang berbicara denganku” gumamnya yang masih bisa di dengar

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 46. Jujur Pada Dylan

    “Auramu menggelap Rena, apa kau baik-baik saja?”“Aku hanya kesal, selebihnya aku baik-baik saja, kau mau kemana?” Renata menatap Seno yang berdiri.“Aku harus harus kembali, kau bisa mencariku di tempat biasa jika kau memerlukan aku”Renata hanya diam menatap tubuh Seno yang perlahan menghilang, sedangkan Dylan yang tau bahwa Renata sedang berkomunikasi dengan Seno hanya memandangi Renata yang menatap ke tempat kosong di depanya. Ada terselip perasaan bersalah saat tadi dia berbicara sedikit keras pada Renata. Dylan tak bermaksud untuk membela Yasmine, hanya saja dia selalu mendengar orang-orang membicarakan hal miring tentnag Yasmine dari dulu, teman-temanya banyak yang memperingatinya untuk berhati-hati pada Yasmine yang terlihat selalu meminta ini itu padanya, sedangkan Dylan merasa hal tersebut wajar karena dia merasa Yasmine mencintainya, hanya saja dia merasa belum ada kepastian dari Dylan.“Maaf jika tadi aku sedikit emosi Re, aku sama sekali tak bermaksud untuk mendebatmu,

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 47. Perubahan Sikap Nadia

    Keesokan harinya, fakultas teknik melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasa, Damar sudah memberikan keterangan pada pihak polisi kalau apa yang di alaminya diakibatkan oleh penyakitnya. Renata memarkirkan mobilnya dan berjalan memasuki gedung fakultasnya.“Kamu ada kelas pagi juga? Tau gitu tadi kita bareng aja berangkatnya”Tiba-tiba Dylan sudah menjajari langkah kaki Renata.“Kak Dylan? Bikin kaget aja”“Kamu jalan sambil ngelamun sih, jadi ga sadar kalau ada orang yang jalan disampingmu dari tadi”“Masa sih? Aku ga ngelamun kok, cuma lagi fokus aja ke depan”“Saking fokusnya jadi ga sempet melihat seseorang yang jalan di sampingmu”Renata melirik jengah ke arah Dylan yang dianggapnya ambigu, dia terus melangkahkan kakinya menuju kelas.“Renataaa”Dari kejauhan Yoke sudah berteriak memanggil nama Renata dengan suara cempreng andalanya.“Aduh Ke, lo bisa ga kalo ga usah pake tereak manggil orang?” semprot Renata saat langkah kaki Yoke sudah sampai di dekatnya.“Ya ampun Re, g

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 48. Gosip Dari Kantin

    “Nah kan, lo liat sendiri kan Re, emang gue beban banget ya? Sampe-sampe Nadia menjauh gitu?”“Ngga sih Ke, gue rasa bukan karena itu, pasti ada sesuatu” Renata merangkul pundak Yoke, berusaha menghiburnya. “Ya udah, kita ke kantin yuk?” lanjutnya.“Emang lo ga ada kelas?”“Ada sih, tapi gampanglah itu, lagian gue juga ada yang mau di omongin sama lo?”“Mau ngomong apa?”“Makanya kita ke kantin”Renata langsung menggandeng lengan Yoke agar mengikutinya melangkah menuju kantin.“Re, itu kan Kak Wendi, dia mau kemana? Ko bawa rantang gitu?”Renata menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Yoke, di lihatnya Wendi sedang berjalan menuju ke kantin, hanya saja di tanganya membawa sebuah rantang susun.“Mungkin dia mau makan di kantin, tapi bawa makanan sendiri Ke”“Ayo kita gabung saja Re, siapa tau masakan Kak Wendi enak”Mereka berdua pun mengikuti Wendi yang berjalan tergesa dari belakang. Sesampainya di kantin Wendi langsung memesan makanan dan meminta ibu kantin untuk menempatkanya di ranta

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 49. Suami Camelia Yang Sebenarnya

    Seminggu telah berlalu, Damar pun sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit dan sudah kembali mengajar di kampus. Sedangkan Nadia semakin menjauhi Renata dan Yoke. Sikap Nadia yang mendadak berubah itu membuat banyak pertanyaan dalam benak Renata, dia bertekad untuk mencari tau perihal penyebab berubahnya Nadia.Wendi terlihat sering menyendiri di perpustakaan, membuat Renata kesulitan untuk bertanya padanya. Berkali-kali renata mencari cara agar bisa berkomunikasi dengan Wendi maupun Nadia, namun keduanya seperti selalu menemukan cara untuk menghindar.Di sisi lain Dylan selalu berusaha mencari jalan untuk terus dekat dengan renata. Seperti siang ini, Dylan sengaja menunggu Renata di depan kelasnya, dan langsung menghampiri begitu yang ditunggunya melangkah keluar dari pintu kelas.“Kak Dylan?”“Re, kamu ada waktu kan? bisa ikut aku sebentar?”“Kemana?”“Kita ke rumah kakaknya Yasmine, kamu ga keberatan kan?”“Ke rumah Kak Camelia?”“Kamu kenal?”“Aku sudah beberapa kali datang kes

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 50. Api Yang Membakar

    Renata merasa serba salah dalam menengahi permasalahan Dylan dengan Damar, yang menurut Renata adalah kecemburuan akan kasih sayang seorang ayah. Dylan sudah pasti merasa kesal dengan sikap ayahnya yang selalu membela Damar. Akhirnya Renata hanya menanggapinya dengan mengangkat bahu. Mungkin karena Renata juga adalah anak tunggal, jadi dia mengerti bagaimana perasaan Dylan ketika tiba-tiba ayahnya berbagi kasih sayang dengan orang lain yang dianggap anak olehnya. Namun Renata tak habis pikir mengapa Damar ikut membenci Dylan.Renata juga tak menyangka bahwa suami dari Camelia adalah Damar, selama ini Renata menyangka suami Camelia adalah Bramantyo, karena Camelia pernah mengatakan kepergian Yasmine diatur oleh suaminya.‘Apakah itu artinya Pak Damar yang menginginkan Yasmine untuk pergi dan menetap di luar negeri?’ pertanyaan Renata yang hanya diutarakanya dalam hati saja.“Aku antar kamu ke rumah?” akhirnya Dylan membuka percakapan setelah sekian lama mereka berdua terdiam dalam perj

Latest chapter

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 104. Sakitnya Dibohongi

    Renata terbengong sendiri mendengar perkataan Sena, sedangkan Sena tersenyum-senyum menatap wajah Renata dan membayangkan mereka tinggal bersama.“Sebentar deh Sena, kamu kan baru aja kuliah disini, kenapa mau pindah?”“Ya ga papa sih, abis ternyata disini membosankan suasananya, apalagi kalau nanti ga ada kamu, bisa kebayang kan sekeriting apa otakku nanti?”Renata tertawa renyah mendengar kelakar Sena, “Ada-ada aja kamu Sena”“Kalian berdua lagi ngomongin apaan sih?” Yoke tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Renata dan ikut duduk disisinya.“Hei Yoke, kamu tambah manis aja hari ini”“Aduh Sena, ga usah ngegombalin gue deh, kaga mempan tau ga?! Kemaren gue abis mutusin cowo gue, gara-gara gombalan dia udah basi, udah expired”“Ya ampun Ke, lo sadis banget sih”“Iihh abisnya dia ga kreatif ngerayu cewe Re, bikin bosen”“Ke, lo dalam sebulan ini udah berapa kali ganti pacar?”“Ehm... lupa gue, abis rata-rata mereka pada jahat, cuma pe ha pe doang”Renata hanya geleng-geleng kepala

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 103. Lamaran

    “Jadi... maksud saya datang kesini adalah untuk melamar Dek Camelia, untuk menjadi istri saya dan juga mamanya Dylan, dan saya juga bersedia menjadi ayah bagi Rama dan Leon,” ucap Bramantyo sambil menyodorkan kotak beludru warna biru yang di dalamnya berisi cincin berlian.Camelia terkesiap mendengar lamaran yang diucapkan oleh Bramantyo. Dia memang sudah bisa menebak rasa yang belum diungkapkan oleh laki-laki yang usianya hampir kepala lima itu. Bahkan hari kemarin saat mereka pulang setelah main seharian di mall, Camelia sebenarnya terus menghindari percakapan dengan Bramantyo, karena dia sudah bisa membaca dan menebak arah dari kalimat laki-laki yang pernah menjadi atasan mendiang suaminya itu.Dylan yang mengantar ayahnya untuk melamar Camelia hanya menganggukan kepala dan tersenyum saat Bramantyo melanjutkan kalimatnay yang mengatakan bahwa anaknya pun sudah memberikan restu dan menerima jika Camelia mau menjadi istrinya.Camelia menjadi serba salah, disatu sisi dia tak ingin ke

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 102. Diam Diam Tidak Suka

    Bramantyo mengajak Camelia dan kedua anak balita itu untuk keluar dan jalan-jalan ke mall, meskipun awalnya Camelia menolak, namun karena melihat wajah Rama dan Leon yang melompat senang dengan tawaran dari Bramantyo, akhirnya dia pun mengalah dan menuruti keinginan ketiga pria berbeda usia tersebut.Mereka juga mengajak kedua pengasuh Rama dan Leon untuk ikut serta. Jadilah mereka bertujuh dengan supir pribadi Bramantyo, berangkat menuju mall di pusat kota Jakarta.“Papa Bram, nanti di mall kita boleh jajan es krim ga?” Leon bertanya dengan menatap wajah Bramantyo penuh harap, dan langsung tersenyum serta melompat bahagia karena mendapat persetujuan dari Bramantyo dan juga Camelia.“Aku juga mau”“Iya Rama, nanti kita beli es krim yang banyak dan kita bisa makan bersama-sama”“Yeeyyy, terimakasih Papa Bram”“Sama-sama sayang”Camelia yang melihat interaksi kedua bocah itu dnegan Bramantyo hanya bisa tersenyum haru, dia berpikir andaikan saja dulu Damar bisa sehangat itu sikapnya pada

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 101. Tawaran beasiswa

    Renata akhirnya memutuskan untuk berjalan menuju kantin demi menemui Yoke dan Nadia. Keduanya memang masih berada di kantin karena menunggu Renata sambil juga menunggu kelas mereka selanjutnya.“Disebelah sini Re” Yoke dengan suara cemprengnya yang khas memanggil Renata yang baru saja tiba di kantin.Renata mengambil tempat duduk dan bergabung dengan Nadia dan Yoke.“Ternyata Kak Dylan kenal dengan Sena, tadi aku lihat mereka ngobrol seolah sudah saling mengenal lama”“Iya Re, kami sudah tau itu, tadi sewaktu kamu di kelas, kami sudah bertemu dengan Kak Dylan, dan menceritakan tentang sosok mahasiswa yang wajahnya mirip dengan Seno”Renata menoleh dan menatap Nadia. “Jadi kalian menceritakan perihal Sena ke Kak Dylan?”“Iya Re, terus Kak Dylan bilang Sena itu adik sepupu jauh Seno, papanya Sena itu sepupuan sama papanya Seno” Yoke menjelaskan apa yang di dengarnya dari Dylan dengan antusias.Renata mengangguk-anggukan kepalanya, kini dia baru mengerti. “Oh.. Jadi Sena itu masih ada ik

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 100. Kamu Seno Kan?

    Flashback onPagi ini Renata mengantarkan kedua orangtuanya sampai ke bandara, hari ini mereka harus kembali karena cuti yang diambil ayahnya sudah habis.“Re, kalau ada apa-apa cepat kabari mommy, terus kamu jangan telat makan ya”“Iya mom, Re akan selalu ingat nasehat mommy”“Re, jangan terima tamu lagi kalau malam-malam, batas akhir bertamu itu jam sepuluh, ingat itu!”“Iya papi, Re akan terapkan aturan itu ke semua temen-temen Re”Setelah memberikan wejangan panjang lebar pada anak semata wayang mereka, tibalah kini waktunya mereka untuk berpisah, karena nomor penerbangan pesawat ayah dan ibu Renata sudah dipanggil.Renata pun sekali lagi berpelukan dengan kedua orangtuanya, dan melepaskan mereka untuk kembali ke Kalimantan.Setelah dari bandara, Renata langsung pergi ke kampusnya karena dia ada jadwal kuliah siang ini.“Re, di sebelah sini” Teriakan Yoke langsung menyambutnya kala Renata baru saja turun dari mobil yang baru saja diparkirkanya. Dilihatnya Yoke dan Nadia melambaik

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 99. Permintaan Dylan

    Dylan menatap ayahnya dengan pandangan horor. Namun Bramantyo mengangguk dengan mantap. Kali ini giliran Dylan yang menarik napas dalam serta menggelengkan kepalanya.“Untung aku tidak jadi menikah dengan Yasmine, apa jadinya nanti jika papa menikah dengan Kak Lia, berarti papa jadi kakak iparku dong”“Eh, enak aja kamu nikah sama Yasmine. Papa tidak setuju, asal kamu tau ya Lan, sebenarnya Yasmine itu selalu mengancam papa bahwa dia akan menyebarkan informasi pada media jika anak yang di kandungnya itu adalah anakmu, dan kamu tidak mau bertanggung jawab, itulah sebabnya papa setuju dengan usulan Damar untuk mengirim Yasmine ke luar negeri, agar dia tutup mulut, tetapi setelah tinggal disana, Yasmine selalu meminta uang ke papa dalam jumlah besar”“Oh.. itu.. ehm, jadi itu sebenarnya... Yasmine pun sedang diancam pah, dan dia harus mengirimkan uang dalam jumlah besar, tapi papa tidak usah khawatir, uang papa masih ada kok, utuh”“Maksud kamu apa Lan?”Dylan pun kemudian menceritakan p

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 98. Percakapan Di Meja Makan

    Camelia mendengar seluruh pertengkaran Yasmine dan kedua orangtua Damar, dia juga mendengar semua yang diucapkan Damar saat Yasmine pergi dengan membawa amarahnya atas penolakan kedua orangtua Damar tersebut, juga tentang ancaman Ayah Damar yang tidak akan memberikan warisanya jika terbukti bahwa anak yang dikandung Yasmine itu adalah anaknya.Setelah Damar pun kemudian pergi karena di suruh Sri untuk menemui Camelia di rumah sakit, Camelia pun keluar dari persembunyianya dan langsung menemui Sri dan Abdulah yang terkejut melihat kemunculan Camelia yang tiba-tiba di rumah mereka.“Lia? Sejak kapan kamu datang nak?” tanya Sri dengan wajah cemas dan was-was kalau Camelia mendengar semua pertengkaran yang baruan terjadi.“Lia sudah mendengar dan mengetahui semuanya bu, jadi bapak dan ibu tak perlu menutupi hal ini lagi dari Lia”Sri langsung menangis dan memeluk Camelia. “Maafkan anak ibu nak, damar itu memang laki-laki bodoh yang menyia-nyiakan wanita baik sepertimu, tapi ibu mohon jang

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 97. Camelia

    Mulut Renata terbuka lebar heran sekaligus merasa geli sendiri dengan apa yang Dylan ucapkan. “Kak Dylan kaya anak kecil aja sih, lagian aku kan bukan barang, aku juga bisa jaga diri aku sendiri”Renata menyembunyikan tawanya dengan berdehem beberapa kali. “Jadi Kak Dylan malam-malam datang kesini cuma buat ngomongin ini?”“Yy… ya ga gitu juga Re, aku kesini karena khawatir sama kamu” Dylan nampak tergagap menjawab pertanyaan Renata.“Khawatir? Aku kan ada di rumah, lagipula ada mommy dan papiku disini”Dylan langsung terlihat salang tingkah dan menundukan kepalanya, bukan karena kalimat yang diucapkan Renata, tetapi karena papinya Renata yang terlihat sedang menuruni tangga dan melihat ke arah mereka berdua.“Malam om” Dylan berdiri dan menganggukan kepalanya.“Malam, ada hal penting apa sampai kamu bertamu malam-malam begini ke rumah seorang gadis?”Renata ikut berdiri dan menolah ke belakang saat mendengar suara bariton milik sang ayah.“Eh papi, kenalin pih, ini temen Re... namany

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 96. Seno Berpamitan

    “Kenapa kamu ga pernah keliatan setelah kejadian di kampus itu? Kamu juga ga datang sewaktu aku di rawat di rumah sakit”Renata menatap Seno yang tengah menatapnya dengan senyuman tersungging di bibir tipisnya.“Kata siapa aku tidak datang? Aku selalu ada di sisimu, hanya saja kamu sudah tidak bisa lagi melihat atau mendengarku”“Memangnya kenapa?”“Karena… waktuku sudah hampir habis Rena, aku datang kesini hendak berpamitan denganmu, dan terimakasih banyak karena kamu sudah mau membantuku, kini aku tak lagi merasakan kemarahan dalam hatiku, juga kegelisahan itu tak pernah lagi ada di hatiku”“Sekarang aku sudah bisa menerima semuanya, dan sebentar lagi aku akan dijemput, jika kamu merindukan aku, kamu bisa menatap langit, disana aku melihatmu dan juga mendoakan dirimu”Mata Renata berkaca mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan Seno, ada rasa sesak dalam dadanya. Seno mengangkat satu tanganya untuk mengusap airmata yang bergulir di pipi Renata.“Jangan menangis, kau tau? Aku p

DMCA.com Protection Status