Home / Pernikahan / KAMI YANG DISIA-SIAKAN BAPAK / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of KAMI YANG DISIA-SIAKAN BAPAK: Chapter 31 - Chapter 40

72 Chapters

Bab 32

Pov SalmahDia tersenyum miring, “ Menikah, itu bukan sebuah solusi bagi saya. Saya tak percaya lagi pada janji laki-laki. Semua sama.” Kulihat, Pak Dirga mengusap wajah dan menarik napas kasar. Entah apa yang dia pikirkan. Aku … tak bisa menerkanya. Aku meninggalkan dia yang masih mematung di teras. Lekas menghampiri Alisha dan Adrian yang tengah berada di ruang tengah. Keduanya tampak asik bercengkrama terkait acara televisi yang ditontonnya. “Icha … bukannya mau berangkat sekarang, ya?” Aku melirik jam dinding, sudah hampir pukul delapan. Alisha menarik napas kasar, lalu menoleh padaku, “Iya, Bu. Ini tinggal berangkat, kok.” “Bersiaplah, tak enak sama Pak Dirga. Nanti terlalu malam.” Alisha mengangguk, Adrian bersiap juga. Keduanya lekas menuju kamarnya msaing-masing. Aku sendiri mematikan televisi, lalu mengambil bantal-bantal yang berserakan. Rasanya berat setiap harus melepas Alisha pergi. Namun, aku tak boleh terlihat cengeng di depannya. Bagaimana dia bisa tegar kalau ak
Read more

Bab 33

Pov Salmah Aku membawa dua kantong daging sapi segar ke dapur. Daging-daging ini kualitas premium. Kuiris dadu sebelum kumasak. Malam-malam begini mau dimasak apa? Andai aku ada lauk, malas juga memasakkan ini untuknya. Namun sayangnya, semenjak tak ada Alisha dan Adrian di sini aku tak suka menyimpan banyak makanan. Aku lebih senang memberikannya pada Bibi Wasti. Akhirnya kuputuskan dimasak sop saja. Segera kurebus daging dengan kulit daun bawang dan wortel agar meredam bau amis. Setelah itu kubiarkan dia hingga matang. Setelah matang, kusaring airnya agar buahnya hilang dan kaldunya gak kebuang. Lalu kutiriskan dagingnya dulu.Setelah itu, aku membuat bumbu sop dan juga mencari-cari campurannya. Ada jamur kancing, wortel, tak ketinggalan seledri dan daun bawang. Bumbu kutumis sampai harum lalu dimasukkan ke dalam kuah yang sudah bening setelah disaring. Setelah mendidih, kumasukkan daging, wortel dan teman-temannya, kecuali daun bawang, seledri dan bawang goreng. Kuperiksa nasi,
Read more

Bab 34

Pov Salmah “Mereka tak akan mau tahu, Pak! Mereka akan berpikir kalau kita ngapa-ngapain di sini! Ya Tuhaaan!” Aku berdecak sambil mendengus kesal. Eh, ajaibnya dia malah terkekeh lalu mendekat. “Oh jadi pikiran mereka akan begitu, ya? Hmmm … kalau gitu, enak di mereka gak enak di kita, dong? Gimana kalau kita sekalian ngapa-ngapain saja?” tukasnya seraya mendekat dan menarik satu alisnya ke atas. Sontak aku mundur satu langkah ketika jarak Pak Dirga mendekat. Aku memicingkan mata, tak paham dengan isi otak lelaki yang ada di depanku ini. Kenapa sekarang tiba-tiba berubah menjadi, hmmm … menyebalkan dan sedikit genit. “Bapak sepertinya salah makan, ya? Kenapa pagi-pagi jadi seperti ini? Sadar, Pak! Sadar.” Aku bicara lagi sambil mundur beberapa langkah. Namun dia terus mendekat dan mendekat. Senyum tak lepas dari bibirnya. “Berhenti, Pak! Atau saya teriak!” Ancamku karena rasanya semakin takut saja. Aku benar-benar takut dengan tatapan tajam itu yang tak lepas memandangaku. Denga
Read more

Bab 35

Pov Salmah“Salmah … saya memang salah … tapi tolong … dengarkan penjelasan saya.” Dia menunduk. Tampak seperti putus asa. Aku bergeming. Kudengar dia memanggilku lagi. “Salmah ….” Aku menghela napas, lalu melirik ke arahnya, “Sudahlah, Pak Dirga. Apapun yang Bapak katakan tak akan mengembalikan keadaan. Saya hanya butuh waktu. Butuh waktu untuk berdamai dengan hati saya sendiri.” Suaraku melemah. Melihat wajahnya yang penuh raut penyesalan, membuatku sedikit iba. Apalagi selama aku kenal dengan dia, Pak Dirga adalah sosok orang baik. “Ya, saya tahu. Namu, setidaknya bisa mengubah sudut pandangmu terhadap saya, Salmah. Saya tak ingin kamu berpikiran yang bukan-bukan.” “Untuk apa? Sepertinya tidak perlu. Bukankah pernikahan ini pun hanya demi Adrian---anak Pak Dirga? Jadi … cukup berikan saya waktu untuk menata hari menerima semua ini. Saya, hanya terlalu shock.” “Tidak! Saya akan tetap menjelaskannya! Duduklah dan dengarkan, saya mohon, Salmah.” Dia mulai mengeluarkan sifat as
Read more

Bab 36

Pov Dirga[Pak Rohim, pulang saja! Saya menginap di sini! Besok pagi tolong, koper saya bawakan, ya!] Aku mengirim pesan pada Pak Rohim, supirku.[Baik, Pak. Besok saya bawakan pesanan Bapak.] Dan semua berjalan sesuai rencana. Sedikit kejutan kecil dariku tampak berhasil. Salmah terperanjat, mungkin lebih tepatnya shock melihat aku ada di dalam rumahnya sepagi ini. Tadi malam, aku sengaja memang bersembunyi di kamar Adrian. “Salmah itu terlihat keras kepala dan judes jika dia tak menyukai suatu hal, tapi percaya pada Bapak … dia itu baik, hatinya lembut dan akan mudah berubah pikiran pada hal yang menurutnya masuk akal. Ya … seperti pernikahannya kemarin dengan Rayyan … detik-detik terakhir dia menolak karena merasa dibohongi. Bisa juga ketika dia tahu kalau kamu adalah ayah kandung Adrian, dia akan melunak lebih cepat lagi.” Itulah kalimat dari Bapak mertuaku kala itu. “Bapak titip Salmah … Bapak memang baru mengenal kamu, Dirga … tapi insting seorang ayah tak akan salah. Bapak b
Read more

Bab 37

Pov Alisha Dulu, aku sangat ingin Ibu menikahi Om Dirga. Namun setelah aku tahu jika Om Dirga adalah ayah kandungnya Adrian, rasanya aku merasa sedih. Entah kenapa, aku malah merasa menjadi bagian yang tak penting dari mereka lagi. Adrian adalah segalanya bagi Om Dirga, dia anaknya. Sedangkan aku … apa? Aku bukan siapa-siapanya.Masuk ke sekolah bertaraf internasional ini, dulu kukira adalah benar keberuntungan karena kami rajin. Kedatangan Pak Rayyan seolah memberi kami angin segar. Namun, pada hari itu … aku tahu semuanya. Om Dirga yang bercerita kalau dia yang menyuruh Pak Rayyan mendaftarkan kami ke sini. Sungguh, semenjak hari itu aku mulai merasa semakin tak berarti. Namun, aku berjanji … aku akan belajar keras agar SMA nanti, aku benar-benar masih berada di sekolah elit ini dengan hasil usahaku sendiri, bukan dari belas kasihan Om Dirga lagi. Aku tak pernah meminta dilahirkan dari Rahim siapa, tak pernah meminta memiliki lelaki yang disebut ayah itu seperti apa. Namun, e
Read more

Bab 38

Pov Heru Menyesal, ya gitulah kurang lebihnya. Aku kira, ditinggalkan Salmah, tak akan berpengaruh pada hidupku. Namun, ternyata aku salah. Reta tak sebaik yang aku kira. Dia meninggalkanku ketika keuangan perusahaan sedang goyah. Reta memang cantik dan selalu membuatku terpesona. Namun, di balik semua dan semua itu pun karena aku kewalahan mengikuti gaya hidupnya. Berawal dari arisannya yang berbeda tempat setiap minggu hingga per bulan bisa mencapai puluhan juta. Belum lagi gaya hidup konsumtifnya, cicil ini dan itu. Dan yang membuat kepala hampir pecah dibuatnya. Perlahan … keuangan perusahaan terkikis. Ditambah ada perusahaan karton box baru PMA Jepang yang memunculkan produk serupa dengan harga lebih murah. Aku kelimpungan. Forecast turun drastis tanpa penjelasan yang pasti. Namun, selaku pelaku usaha aku paham. Semua orang mencari harga terbaik di pasaran. Akhirnya terpaksa, aku pun menurunkan harga pasar demi mempertahankan customer sambil memikirkan caranya menggali profit
Read more

Bab 39

Pov Salmah “Ehmmm! Pak Heru?” Pak Dirga datang dari dalam restoran dan menghampiri kami. Mas Heru yang sedang memluk Alisha dan Adrian mendongak. Lalu menyapa Pak Dirga seraya melepas pelukan yang tak terbalas itu. “Selamat malam, Pak Dirga!” “Malam, Pak Heru!” Mereka berbasa-basi. Aku lebih memilih jadi penonton dan tak iku campur obrolan keduanya. Tampak sekali Mas Heru berusaha terlihat baik-baik saja. Namun, dari sorot mata yang semrawut dan wajahnya yang layu itu, aku tahu … dia sedang menghadapi masalah serius. Belasan tahun bersama, sedikit banyak aku sudah tahu seperti apa wataknya.Basa-basi itu berakhir dengan keterkejutan pada wajah Mas Heru ketika Pak Dirga memperkenalkanku sebagai istrinya. Lalu dengan lembut dia memanggilku dengan panggilan yang baru kudengar hari ini. “Mari Sayang!” tukasnya. Sepasang mata itu menatap lekat padaku. Lalu dia mengisyaratkanku untuk menggandeng lengannya. Aku hanya mengangguk, lalu menurut saja mengaitkan tanganku pada lengan pada
Read more

Bab 40

Sepulangnya ke rumah ini, aku bergegas masuk ke dalam kamar. Tak kuhiraukan lagi kejahilan-kejahilan Adrian. Aku sudah rindu, rindu pada kamarku. “Kak Icha, besok aku mau maen ke rumah Garda. Ikut gak?” “Enggak.” “Nanti Genta bawa makanan enak, gak kebagian, loh!” “Biar.” Aku baru hendak menutup pintu, ketika tangan Adrian menahannya, “Kak!” “Apalagi sih, Iaann?!” Nadaku sudah naik satu oktaf. Adrian menggaruk kepala dan nyengir kuda. “Di asrama putra, gak ada yang bawel kayak Kak Icha. Jadi puas-puasin mumpung di rumah,” kekehnya. Aku mendelik. Padahal di sekolah, kami bertemu. Hanya saja memang beda kelas dan waktu bertemu kami tak banyak. Berarti keisengannya yang meningkat berkali lipat ini karena kangen? Dasar bocah! “Udah belum ngomongnya?” Aku menatap wajah Adrian sambil berkacak pinggang. Dia tampak berpikir, tapi sekilas menatap ragu padaku. “Gak jadi, deh! Takut Kak Icha marah. Nanti aku diaduin ke Ibu. Dadah Kak Icha, mimpiin aku, ya!”“Ogah!” ketusku sambil menut
Read more

Bab 41

“Genta? Kok ada di sini? Tadi katanya Adrian mau ke rumah Garda sama ke rumah Kamu.” Aku menautkan alis. Genta tampak celingukkan dan menggaruk kepala. “Ahm itu, Kak … ini, aku juga mau ke rumah Garda, iya, ke rumah Garda. Ayo, naik, Kak!” tukasnya salah tingkah.Tak enak menolak ajakan Genta. Aku berniat naik, tapi rasanya masih ragu. Apalagi wajah Genta tampak seperti gugup begitu.“Kamu kayak gugup gitu, Kak Icha takut jatuhlah!” “Enggak, kok, Kak! Genta udah biasa mah naik sepeda.” “Yakin?” “Seribu persen yakin! Ayolah naik, biar Genta dapat pahala.” Akhirnya aku naik walau ragu. “Oke, kita jalan!” tukasnya seraya menggowes sepedanya dengan semangat. “Hati-hati, Ta! Awas, ya! Jangan sampai jatuh!” tekanku padanya. “Asiap Kak Icha!” Namun, baru saja bibirnya terkatup, tiba-tiba saja sepeda Genta membentur sesuatu dan menjadi oleng. Gubrak!“Aduh, Gentaaaa!” Nadaku naik satu oktaf. Kami kini terjerembab di sekokan. Genta kehilangan keseimbangan karena menabrak batu. Satu ka
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status