Home / Pernikahan / KAMI YANG DISIA-SIAKAN BAPAK / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of KAMI YANG DISIA-SIAKAN BAPAK: Chapter 11 - Chapter 20

72 Chapters

Bab 12

Pov Salmah“Ibu! Ibu! Kakak, Bu!” Kami menoleh ke asal suara. Kulihat Adrian berlari panik ke arah kami sambil menunjuk ke arah kolam yang agak dalam.“Astaghfirulloh!” Aku lekas memburu Adrian. “Icha!” Aku histeris ketika terlihat petugas waterboom tampak tengah berusaha menyelamatkan orang di tengah kolam. Byur!Byur!Tanpa kusangka, Mas Heru dan Pak Dirga bersamaan menceburkan diri ke dalam kolam. Mereka mengayuh, tapi gerakan Mas Heru kalah gesit oleh Pak Dirga. Dia lebih cepat tiba dan membantu penjaga kolam itu membawa Alisha ke tepi. “Astaghfirulloh … Icha ….” Lututku gemetar mendapati Alisha yang tengah terbatuk-batuk, wajahnya sudah pias. Dia kini tergeletak di tepi kolam. Tubuhnya menggigil dan tangannya gemetar ketakutan. Mas Heru yang basah kuyup pun mendekat. Kurasa jemarinyalah yang menyentuh pundakku. Aku masih fokus dengan Alishaku. “I---Ibu … Icha takut.” Suara Alisha terdengar lirih. Dia memelukku sambil terisak. “Sudah, tenang, Salmah … Alisha gak kenapa-kenapa
Read more

Bab 13

Aku sudah agak baikan. Tercebur ke kolam yang dalam itu membuat aku masih gemetaran. Aku tak ingat pasti urutan kejadiannya. Saat itu, aku tak sengaja menjatuhkan diri ke kolam itu. Rasanya ada seseorang yang mendorongku, meski tak pasti siapa orang itu. Takut, dingin dan sesak. Aku tak mau lagi terulang kejadian seperti ini lagi di kemudian hari. Rasanya aku seperti mau mati. Aku kira tak akan lagi bisa melihat Ian dan senyuman Ibu lagi. Perasaan riang dan senang karena sudah lama tak jalan-jalan berubah jadi kengerian. Padahal aku dan Adrian dari malam begitu senang bahkan sampai sulit tidur. Sudah lama sekali Ibu sibuk sendiri. Aku merasa rindu dan sepi. Hari ini berlalu juga. Om Dirga dan Bapak membantu penjaga kolam itu menolongku. Aku sangat berterima kasih pada Om Dirga dan juga, hmm, Bapak. Mereka rela basah-basahan untuk menolongku. Hanya saja, setelah kejadian hari itu. Om Dirga tak pernah lagi berkunjung. Entah kenapa? Apa mungkin dia sebenarnya marah karena aku mengaca
Read more

Bab 14

“Ada tamu? Wah, suara mobil? Jangan-jangan Om Dirga?” Entah kenapa tiba-tiba aku merasa bahagia. Lekas aku mempercepat makanku. Aku juga ingin melihat senyum Ibu lagi seperti kemarin-kemarin itu. Aku bersegera menyelesaikan makanku. Kucuci piring bekas tadi lalu kusimpan dalam rak. Setelah itu mengelap tangan pada Pada lap warna biru yang menggantung.Langkah kakikku ringan mengayun. Suara mobil itu berhenti. Orangnya pasti ada di luar. Semoga saja beneran Om Dirga. Senyuman sumringah yang sedang terukir di bibir ini tiba-tiba surut. Dari celah pintu yang terbuka. Aku melihat Bapak. Dia menunjuk-nunjuk wajah Ibu penuh kemarahan. Suaranya tak jelas, hanya bentakkan-bentakkan. Entah apa lagi yang dipermasalahkan Bapak sekarang. Aku memandang nanar. Tanganku berpegangan pada tepian pintu. Kutahan napas. Wajah yang dulu penuh senyuman itu tampak sekali kini gusar. Bapak, sejauh itu hatimu sekarang? Aku tak tahu apa yang mereka pertengkarkan. Bapak tak lama. Dia pergi setelah membanti
Read more

Bab 15

Pov SalmahKedatangan Mas Heru yang mengganggu ketenangan kami, bukan satu-satunya alasan. Aku pada akhirnya memutuskan untuk pindah rumah setelah sebuah foto yang dikirimkan Pak Dirga padaku. [Salmah, entah kenapa … saya merasa, akhir-akhir ini kamu menghindar. Apa kamu marah gara-gara insiden Alisha di kolam itu?] [Tidak, Pak. Lagi sibuk saja banyak kerjaan.] [Oh, syukurlah … hanya saja, semenjak kejadian di kolam tempo hari. Saya merasa, kamu menghindari saya.] Aku menghela napas kasar, rupanya begitu kentara kalau aku menghindar. [Tidak, Pak. Itu hanya perasaan Bapak saja.] [Syukurlah … hmmm Salmah, sebetulnya ada yang ingin saya tanyakan … hanya saja, kamu selalu tak ada waktu ketika saya ajak ketemuan. Saya ada menemukan foto mirip kamu dengan gadis ini. Apakah kalian saling mengenal?] Aku tertegun melihat layar gawai. Kerongkonganku mendadak terasa tercekat. Dia mendapatkan foto SMA-ku Fatima dengan aku, entah dari mana. Rupanya ketakutanku kian mendekat. Dari mana bisa
Read more

Bab 16

Pov Heru “Apa?! Salmah mau jual rumah?” Aku terkejut bukan main. Reta tengah menyodorkan beberapa informasi yang didapat dari internet. Di sana tertera gamblang sebuah foto rumah dan nomor kontak yang tertera di sana. Jelas itu rumahku dan Salmah dulu. “Ayolah, Mas … kita beli rumah itu. Usaha kita kan sedang naik juga. Aku pengen Salmah yang sok-sokan itu menyesal.” Reta bergelayut manja di lenganku. Minidress warna maroon dengan belahan dada rendah membuatku betah berlama-lama di dekatnya. Reta selalu bisa memberiku sensasi baru setiap bercinta. Karena itu, meski sekarang aku sering kesal. Namun, jujur lagi-lagi aku tak berdaya ketika menghadapi Reta di tempat tidur. Padahal logikaku sudah mulai, jengah. Reta terlalu banyak tuntutan dan terlihat, bodoh. “Kita ‘kan baru saja bayarin rumah ini juga, Reta. Uang Mas harus dibagi-bagi juga buat oprasional perusahaan. Kamu tahu sendiri ‘kan kalau Pak Dirga tak melanjutkan kerja samanya dengan kita.”Aku menghela napas kasar. Padahal
Read more

Bab 17

“Kalau begitu, ceraikan Reta!” Kudengar Ibu bicara pada Bapak. Dia selalu tenang dan berwibawa. Aku yang baru membuka pintu kamar, akhirnya mengurungkan niat. Hanya mengintip dari balik pintu dan memperhatikan punggung Ibu. Pintu depan yang terbuka membuat semua yang terjadi terlihat dari sini.“Kamu meminta hal yang sudah jelas tak bisa kulakukan, Salmah! Rendra butuh kehadiranku sebagai seorang ayah.” Bapak bicara dengan bahu melorot ke bawah. Dia menunduk tampak lelah. Apa Bapak menyesal menikahi Tante Reta“Ya, kamu benar Rendra butuh kamu sebagai ayahnya, Alisha sudah terbiasa mandiri sepertiku, tak butuh kamu lagi. Karena semuanya sudah jelas … silakan tinggalkan rumah ini. Gak usah lagi ikut campur dalam urusanku.” Kudengar Ibu bicara lagi. “B--Bukan begitu m--maksudku, S--Salmah ….” Kulihat Bapak mengacak rambutnya. Namun setelah itu, aku tak bisa lagi melihat pemandangan itu. Ibu memutar tubuh lalu menutup pintu depan segera. Aku yang terkejut, ikut menutup pintu kamar juga
Read more

Bab 18

Pov Salmah“Salmah … ada yang harus kita bicarakan! Kamu salah paham!” Pak Dirga menatapku ketika anak-anak sedang rebutan menyimpan sepeda. Aku menghela napas kasar dan membuang pandangan. “Mau membicarakan apa, Pak? Salah paham hal apa?” Aku menatap sekilas wajah lelaki yang tampak serius menatapku. “Kamu pasti berpikir yang tidak-tidak tentang saya, sampai-sampai kamu mengundurkan diri. Tolong, bicara dengan saya. Apa yang membuat kamu mengambil keputusan ini? Saya tahu, kamu single parent. Kamu butuh kerjaan ini.” Dia menatapku. Aku menghela napas kasar. Lagi-lagi aku pun bingung harus seperti apa menjelaskan. “Ibuuu! Ommm!” Suara Alisha dan Adrian terdengar memanggil. “Kami harus pergi. Kita bicarakan lagi saja nanti, Pak."“Ya, kamu betul! Kita harus pergi! Mari!” Eh, Aku melongo ketika Pak Adrian malah membuka pintu mobilnya. Lalu, tanpa dikomando, Alisha dan Adrian berhambur masuk dan langsung duduk pada posisinya masing-masing di sana. “Ibu, ayo!” Mereka melambaikan t
Read more

Bab 19

Pov Salmah“Hey, Ray!” Dia terlihat riang sambil menatap ke arahku. Aku menautkan alis, heran. Namun, rasa heran ini tak bertahan lama ketika terdengar suara seseorang yang tadi berdiri di sampingku balik menyapanya. “Masya Allah, Dirga!” Lalu sosok yang tadi hendak mengantarku ke kelas lima itu melangkah maju meninggalkanku. Aku melongo menatap dua orang yang berpelukkan di depan sana. Jadi, Pak Rayyan kenal dengan Pak Dirga?Aku seperti terhipnotis. Sejenak terdiam dan menyaksikan dua orang lelaki yang saling berpejabat tangan dan berpelukan singkat. “Ibuuu!”Suara Adrian dan Alisha membuat pikiranku yang tengah terfokus pada dua lelaki yang ada di depan ini teralihkan pada mereka. Kedua anakku datang dan menggamit lenganku kiri kanan. Aku menatap wajah mereka yang tampak berbinar. “Ibu, sore nanti, Om Dirga mau ngajak kita beli pakaian. Boleh, ya, Bu?!” Alisha menggoyang-goyangkan lenganku. “Iya, sama Ian juga.” Adrian tak kalah semangat. Kuperhatikan wajah keduanya, benar-b
Read more

Bab 20

Pov SalmahAku menatap kaget pada lelaki yang hari ini bicara terus menerus tanpa basa-basi. Apa dia sempat-sempatnya bercanda di tengah situasi tegang yang tengah dia ciptakan? Hubungan ini dihalalkan, maksudnya?Sederet kalimat tanya sibuk memenuhi rongga kepala. Aku, aku benar-benar shock dengan solusi diluar perkiraan yang disampaikannya. “Gimana?” Dia mengulangi pertanyaannya. “Pak Dirga, selera humor Bapak cukup buruk. Sempat-sempatnya berkelakar pada saat seperti ini.” Aku tersenyum miring. Meskipun beberapa detik tadi, kaki sudah tak terasa seperti menginjak bumi, tapi aku tak boleh terlihat gugup di depannya. Dia terkekeh sambil menggeleng kepala, “Hey, Salmah! Apa wajah saya ini terlihat seperti bercanda? Saya serius. Jika kamu tak keberatan, saya ingin menghalalkanmu. Kita bisa menikah dan membesarkan anak-anak kita bersama.” Deg!Kali ini dentuman lebih hebat terasa. Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Pak Dirga? “Apakah Bapak mengajak saya menikah hanya untuk menja
Read more

Bab 21

Aku dan Adrian masuk ke dalam kamar kami masing-masing. Rasanya sedih sekali. Sudah membayangkan pergi jalan-jalan dan membeli baju baru, tiba-tiba harus gak jadi. Padahal … Om Dirga begitu yakin awalnya akan mengajak kami. Namun, entah kenapa dia tak datang. Ibu sudah menelponnya, tapi tidak juga diangkatnya. Jujur, aku kecewa. Kulihat Ibu duduk dan mengotak-atik HP-nya. Aku menoleh ke arah Adrian, tapi rupanya dia tengah berjinjit dan mengintip layar gawai yang Ibu pegang. Aku menyenggol lengannya, tapi dia memberikan isyarat agar aku diam. Ditempelkannya telunjuk pada bibirnya. “Kenapa?” tanyaku tanpa suara. Hanya gerakan bibir yang untungnya bisa dia baca. “Kita gak usah pergi,” tukas Adrian lagi. Dia pun sama, hanya gerakan mulut tanpa suara. “Kenapa, sih?” Sama-sama hanya gerakan mulut jua. Adrian hanya menggeleng dan menyilangkan lengan di depan dadanya. Aku paham, pasti ada hal yang membuat Adrian sudah menyimpulkan. Akhirnya aku mengangguk saja dan menautkan jempol serta
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status