“Alisha! Ida!” Teriakkan Rifani membuatku dan Ida yang baru hendak masuk ke dalam asrama menoleh. Ida baru saja menyambutku. Dia tak pulang akhir pekan ini. Jadi seharian ini dia di asrama dan menghabiskan waktu dengan menunggu, katanya. Ya, dia memang salah satu penghuni asrama yang jarang pulang. Aku tersenyum pada Rifani, lalu kami berjabat tangan singkat. “Baru sampai, Rifa? Wah dianter sama Mama kamu, ya?” “Iya, biasalah punya Papa kandung, rasa Papa tiri,” ketus Rifani sambil melirik Ibunya. Aku hanya tersenyum maklum. Gak enak juga lihat wajah Ibunya Rifani yang kelihatan tak nyaman. “Yang sabar ya, Rifa … eh kami masuk dulu, ya!” Aku berpamitan padanya. Aku baru sampai juga. “Oke ….” Dia tampak memaksakan tersenyum. Setelah itu, aku menarik lengan Idawati. Namun, entah kenapa … aku merasa ada orang yang tengah memperhatikanku. Kepalaku menoleh, pandanganku lurus melewati gerbang dan mendapati sebuah mobil terparkir. Namun, ketika aku menatapnya … mobil itu berlalu begit
Read more