All Chapters of Madu Kujadikan Babu: Chapter 21 - Chapter 30

63 Chapters

Part 18 A

MADU KUJADIKAN BABUPart 18 A"Karena itu adalah satu-satu cara agar Intan bisa memberi wanita itu pelajaran, Bu. Intan membiarkan mereka menikah, Intan membiarkan wanita itu tinggal di rumah Intan bukan karena Intan pasrah apalagi menyerah, Intan melakukan semua itu karena Intan punya rencana yang tak pernah wanita itu pikirkan. Setahun terakhir dia hidup di rumah Intan, lihat apa yang terjadi? Intan bahkan merasa jauh lebih baik, semua pekerjaan rumah dia yang kerjakan, kebutuhan Mas Iwan dia yang siapkan, masak, bahkan belanja pun menjadi tugasnya. Iya Bu, Intan memang sengaja menjadikannya babu di rumah Intan, babu gratisan lebih tepatnya, supaya wanita itu merasakan bagaimana akibatnya setelah dia berani mengacau dan merusak rumah tangga orang," ujarku panjang lebar.Ibu menatapku lekat, "tapi selama itu apa kamu yakin kamu kuat Intan? Wanita mana yang tahan melihat suaminya bersama wanita lain? Sedangkan Iwan tidur di kamar perempuan tak punya harga diri itu setiap hari.""Intan
Read more

Part 18 B

MADU KUJADIKAN BABU Part 18 B"Antre, Neng."Aih, akhirnya aku duduk lagi sambil menunggu antrian. Warung nasinya memang ramai pengunjung sekali, maklum letaknya strategis, dan menunya juga banyak, jadi orang-orang pada demen banget makan di sini.Sambil menunggu dengan resah, kulihat si madu babu dan seorang lelaki yang memboncengnya tadi masuk ke dalam. Eh tunggu, ngomong-ngomong lelaki itu siapa ya? Kok ikut masuk. Kalau dia tukang ojek harusnya nggak masuk dong ya, hmm. Jadi penasaran."Ini, Neng. 20 ribu."Aku bangkit dan buru-buru memberikan uang untuk membayar nasi bungkusku pada pemilik warteg."Terimakasih, Bu." Setelah itu aku nyebrang.Tapi saat sampai di depan pintu ruangan ibu mertua, kulihat si madu babu hanya sendirian.Loh kemana laki-laki yang tadi sama si Nia? Kok gak ikut masuk? tanyaku dalam hati. Kutengok kanan kiri, mencari pria berjaket hitam itu. Tapi nihil."Pergi kamu, saya nggak sudi melihat wajahmu di sini," usir Ibu pada si madu babu di dalam. Aku menole
Read more

Part 19 A

MADU KUJADIKAN BABUPart 19 AIbu mengangguk pelan, "benar juga, tapi rasanya kalau Ibu jadi kamu, Ibu gak akan sepintar dan sekuat itu Intan.""Makanya itu Intan bilang, Ibu udah gak usah banyak pikiran lagi ya, Ibu harus tetap tenang, percayakan semuanya sama Intan. Karena Intan yakin Intan bisa, Bu."Setelah berusaha kutenangkan dan kuberi beliau minum, akhirnya ibu mertua sedikit melandai. Beliau lalu kusuruh beristirahat agar bisa tenang.-Sore hari Mas Iwan datang. Dia benar-benar langsung ke rumah sakit rupanya, karena dia masih memakai kemeja yang biasa dia gunakan untuk kerja."Syukurlah Ibu udah sadar, Iwan seneng banget Bu. Ibu udah ngerasa baikan 'kan, Bu?" tanyanya sambil menatap Ibu lekat.Ibu yang tengah bersender memalingkan wajah tanpa menjawab atau bicara sepatah kata pun."Bu, tolong maafin Iwan ya, Iwan udah bikin Ibu kecewa, tapi Iwan mohon Bu, Ibu harus sehat lagi. Iwan gak bisa lihat Ibu sakit begini," ujarnya lagi.Ibu menoleh dengan rahang yang sudah mengeras
Read more

Part 19 B

MADU KUJADIKAN BABUPart 19 B"Udah Bu, Ibu jangan begini terus, Intan jadi gak enak rasanya."Ibu melerai pelukannya, lalu menoleh ke arah Mas Iwan yang masih duduk di samping beliau."Kamu lihat itu Iwan, Intan bahkan menyuruh Ibu untuk nggak membahas kelakuan kamu dan perempuan hina itu, di saat harusnya dia justru yang paling berhak membahasnya. Tega kamu Iwan, tega kamu menyakiti istri sebaik Intan, apa kurangnya dia hah?! Apa?" Suara Ibu mertua kembali meninggi.Sementara Mas Iwan makin menunduk lesu dan tak berani mengucapkan sepatah katapun lagi hingga akhirnya hening menjeda agak lama di antara kami. "Pulang kamu ke rumah, Ibu gak butuh kamu." Ibu bicara lagi akhirnya.Mas Iwan yang sedang duduk tertunduk mengangkat wajah dengan mata yang sudah merah."Tapi Bu, Iwan mau jaga Ibu di sini," tampiknya."Pergi. Ibu bilang pergi," tegas Ibu mertua sambil membuang muka.Aku melirik pada Mas Iwan, memberinya kode agar pria itu menuruti perintah ibu mertua. Akhirnya, meski terlihat
Read more

Part 20

MADU KUJADIKAN BABUPart 20"Cuih, kenapa buburnya jadi gak enak gini?" kata Ibu mertua.Hah? Aku bingung sendiri. Itu ibu beneran ngerasain buburnya gak enak apa cuma pura-pura ya? Perasaan tadi lancar-lancar aja makannya."Gak enak gimana sih? Kotor 'kan jadinya baju Nia." Wanita itu pun gegas pergi ke kamar mandi setelah menaruh mangkuk buburnya lagi di atas nakas."Dasar stress, gimana dong nih, ah basah 'kan bajuku," gerutu si madu babu di dalam.Aku cepat mendekat ibu mertua, "Bu, kenapa? Emang buburnya beneran gak enak?""Iya, gak enak Tan, pahit.""Tapi tadi perasaan Ibu lahap aja saat disuapi sama Intan.""Ya gak tahu, mungkin karena tangan pembantu itu kotor kali."Hah? Bisa gitu ya?"Udah gak usah dibahas, sekarang kamu istirahat gih, tidur di sofa ini udah malem.""Iya tapi Ibu? Intan suapin lagi aja ya buburnya.""Eh nggak usah, nanti biar pembantu itu yang nyuapin Ibu. Udah sana kamu istirahat," paksanya. Akhirnya aku bisa apa? Karena ibu mertua terus saja memaksa, aku
Read more

Part 21 A

MADU KUJADIKAN BABUPart 21 A"Beli pake duit siapa? Bukannya kamu gak punya duit selain duit yang aku kasih sebesar 20 ribu sehari?"Dia berdecak sambil kembali memasukan satu suapan lagi."Pake duit siapa aja asal bukan duitmu, paham?" tegasnya sambil gegas bangkit, meremas kertas bekas makannya lalu membuangnya ke tong sampah.Aku pikir setelah sarapan dia akan melakukan pekerjaan lainnya ternyata dia kembali duduk lalu mengambil sesuatu lagi dari dalam plastik hitam itu.Kue-kue basah kesukaanku yang menggoda selera, ada sekitar 20 biji dia tampakan. Dan mulai melahapnya satu persatu."Kalau mau ambil aja, gak usah gengsi," celetuknya sambil menatapku risih. Aku memang masih berdiri di tempat yang tadi saat ia sedang sibuk melahap kue-kue basahnya."Beli di mana?" tanyaku lagi.Dia menghentikan aktivitasnya lalu melirik malas padaku."Kenapa Mbak Intan bawel banget sih? Ya beli di luarlah, banyak. Gak usah banyak nanya, kalau mau ambil kalau gak mau sana pergi. Ganggu selera makan
Read more

Part 21 B

MADU KUJADIKAN BABUPart 21 B"Ya habis aku kesel, Mas. Ibumu ini gak bisa dibilangin. Aku tuh lagi sibuk nyuci piring sama beresin dapur, tapi dia malah minta dilap sama aku. Padahal Mbak Intan 'kan ada, apa susahnya nyuruh dia?" cerocos si madu babu."Tapi Ibu maunya dilap sama istri barumu Iwan, Ibu ingin lihat seberapa cekatan dan baktinya dia sama Ibu. Tapi ternyata baru sehari dua hari diakui jadi mantu aja dia udah songong dan kurang ajar begini," timpal Ibu mertua.Mas Iwan cepat mendekati ibunya dan mengusap-usap punggung beliau."Sabar Bu, sabaar. Si Nia emang salah, biar Iwan yang kasih dia pengertian nanti," katanya kesal.Kuakui walau kelakuannya gak bisa kumaafkan. Tapi kalau soal kasih sayang dan hormat sama ibunya Mas Iwan emang paling terbaik. Selama ini dia selalu memuliakan dan menjaga perasaan ibunya itu dengan sebaik mungkin."Loh kok jadi salah aku sih, Mas? Kamu beneran gak belain aku?" Si madu babu protes tak terima.Mas Iwan kembali menoleh dan menghampirinya.
Read more

Part 22 A

MADU KUJADIKAN BABUPart 22 A"Karena tadi pagi dia mau salim ke si Iwan Ibu larang. Terus si Iwannya juga melengos gitu aja cuekin dia. Haha puas Ibu."Aku senyum sambil geleng-geleng kepala."Intan kira ada apa. Pantesan itu dia manyun dan marah-marah kayak singa gitu."Ibu cekikikan lagi. Tampak puas rupanya.--"Assalamu'alaikum." "Waalaikumsalam," sahut aku dan ibu yang tengah menonton tv.Pukul 7 malam Mas Iwan baru pulang. "Wan, pesenan Ibu mana?""Nih, Bu." Mas Iwan memberikan plastik bening berisi martabak rupanya."Ya udah sana gih kalian makan berdua di meja makan," kata Ibu mertua lagi.Mas Iwan melirik ke arahku."Loh kok kami berdua? Kan Ibu yang nitip," tolakku halus."Ibu emang nitip tadi pagi, tapi buat dimakan kalian berdua, Ibu udah gak suka yang manis-manis gini takut diabetes Tan. Sana ke meja makan, makan martabaknya berdua, kamu bikinin Iwan kopi ya." Ibu sedikit mendorongku agar aku buru-buru ke dapur.Mau tak mau akhirnya aku melangkah ke sana. Sementara Ma
Read more

Part 22 B

MADU KUJADIKAN BABU Part 22 BIdih apaan deh, dia mau nyindir aku kayaknya tuh. Akhirnya cepat saja aku menggamit tangan Mas Iwan, "ayo Mas, buruan udah siang. Meningan kamu berangkat sekarang aja. Oh ya, ini duit buat sarapan dan buat bensinnya aku kasih ya. Tapi inget, jangan dikasih ke orang lain lagi," ucapku sambil neleng juga ke arah wanita itu.Mas Iwan melempar senyum. Cepat kukecup punggung tangannya walau jujur aku malas."Makasih ya, kalau gitu Mas berangkat dulu," pamitnya sambil sekali lagi melempar senyuman lebar."Hati-hati."Mas Iwan baru saja akan melangkah keluar saat si madu babu itu ngomong."Loh Mas, sama aku gak pamit?" katanya "Gak usah," sahut Ibu mertua. Beliau baru saja keluar dari kamarnya. "Udah sana kamu berangkat aja, yang penting 'kan udah dapat restu dan do'a istri sah, jadi istri goib abaikan aja," timpal Ibu mertua lagi.Aku hampir terbahak. Istri goib katanya, astagfirullah. Haha.Mas Iwan yang kebetulan sedang kesal pada si madu babu akhirnya be
Read more

Part 23 A

MADU KUJADIKAN BABUPart 23 A"Maaas! Mas turun kamu, Mas. Kamu gak bisa pergi tanpa ajak aku begini, Mas," paksanya kemudian sambil berusaha membuka pintu mobil.Mas Iwan yang sejak tadi berusaha menahan emosinya akhirnya teriak, "Nia! Bisa gak kamu jangan kayak anak-anak gini? Makan di rumah aja apa susahnya sih? Kamu udah masak 'kan? Mubazir kalau gak ada yang makan.Mulut si madu babu menganga tak percaya."T-tapi Mas, aku juga 'kan istri kamu. Kamu jangan gitu dong Mas, gak adil namanya.""Makanya kamu jangan nyebelin kalau mau Mas ajakin. Sana masuk, sekarang Mas mau pergi sama Intan dan ibu aja, kamu gak usah banyak protes," tegas Mas Iwan yang tampak makin habis kesabaran."Tapi, Mas.""Masuk!" sentak Mas Iwan.Wanita itu terperanjat dengan mata yang mendadak mengembun. Haha rasain kau Nia. Penderitaanmu yang lebih menyakitkan baru aja dimulai rupanya.Mas Iwan lalu menyalakan mesin mobil."Mas, tunggu sebentar.""Ada apa lagi Tan?" tanya Ibu mertua di belakang."Intan lupa se
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status