Semua Bab Madu Kujadikan Babu: Bab 41 - Bab 50

63 Bab

Part 29 A

MADU KUJADIKAN BABUPart 29 AWajah si madu babu pias seketika."Sana ke belakang. Males saya lihat wajah kamu yang sok polos itu," usir Ibu mertua.Si madu babu akhirnya melengos pergi meski dengan tatapan tajam dan tangan mengepal. Aku senyum lebar saja dalam hati. Puas rasanya aku seharian ini melihat wanita itu diomelin terus-terusan sama ibu mertua dan suaminya haha."Itu apa sih, Mas?" tanyaku penasaran. "Ini uang doorprize dari bos Tan. Katanya di pesta kemarin Mas menang doorprize tapi kita udah pulang duluan, jadi uang hadiahnya baru dikasih sekarang.""Hah? Masa sih? Emang ada doorprize segala?""Iya ada. Cuma Mas lupa ngasih tahu sama kamu. Nih uangnya." Mas Iwan meyerahkan uang itu padaku."Wah makasih ya, Mas.""Tuh 'kan, kalau kamu pergi sama orang bener, kamu juga ikutan beruntung Wan. Coba kalau kamu perginya sama perempuan lain, Ibu sih yakin, kamu gak akan seberuntung itu," ucap Ibu mertua. Matanya neleng ke arah si madu babu.Mendadak saja langkah pelan wanita itu
Baca selengkapnya

Part 29 B

MADU KUJADIKAN BABU Part 29 B"Gak apa-apa. Buat kamu apa yang enggak. Apalagi sekarang di rumah ada Ibu, Mas jadi harus makin rajin kerja." Dia senyum lebar sambil mengelus pipiku.Hmm baguslah. Memang harusnya begitu. Batinku."Oh ya Mas, kalau gitu aku tidur duluan ya. Capek.""Iya. Nanti Mas nyusul," katanya.Buru-buru aku pergi ke kamar dan melelapkan diri.***"Intaaan! Intaaan!"Tok tok tok."Intaaan!"Aku terperanjat dan langsung mengucek-ngucek mata.Kudengar ibu mertua mengetuk-ngetuk pintu kamar sambil teriak-teriak memanggilku dengan suara yang tak santai.Ada apa sih?Cepat aku menyingkap selimut dan buru-buru turun dari ranjang."Iya Bu, sebentaaar.""Cepet buka pintunyaaa!"Astaga, ada apa sih? Pagi-pagi gini heboh amat."Ya, Bu. Kenapa?" tanyaku cepat setelah pintu kamar berhasil kubuka."Intan, Iwan Tan. Iwaaan." Ibu mertua terisak-isak sambil terus nunjuk-nunjuk ke belakangnya."Kenapa? Mas Iwan kenapa, Bu?"Tanpa menjawab pertanyaanku lagi, ibu mertua menarik tanga
Baca selengkapnya

Part 30

MADU KUJADIKAN BABUPart 30"Iya, Bu. Katanya kemungkinan besar keracunan dari makanan yang dia konsumsi.""Makanan yang dia konsumsi? Bukannya terakhir Mas Iwan minum kopi buatanmu, Mbak?" tanya si madu babu."Iya. Semalam Mas Iwan emang minum kop-""Wah berarti jelas dong, Mas Iwan keracunan kopi buatanmu," potongnya cepat.Mulut terbuka, "ya nggak gitu Nia! Dokter 'kan belum observasi lebih lanjut, jadi kita belum tahu jelasnya dia keracunan jenis apa dan dari makanan atau minuman apa. Yang jelas kata dokter sekarang Mas Iwan kritis, jadi lebih baik kita banyak berdo'a aja dari pada ribut-ribut soal beginian," ujarku kesal.Dia itu, maen asal tuduh aja. Dasar nyebelin."Loh kenapa Mbak? Kamu kok kayak ketakutan gitu? Kalau kamu gak salah harusnya kamu gak usah takut dan alihin topik gini dong," kekeuhnya."Nia! Kamu itu bisa gak jangan asal nuduh dulu. Kamu pikir aku gila sampe harus ngeracun suamiku sendiri?" tampikku tak terima."Ya terus itu Mas Iwan bisa keracunan gitu gimana c
Baca selengkapnya

Part 31 A

MADU KUJADIKAN BABUPart 31 A"Apa? Kenapa anak saya, Dok?" Ibu mertua tak sabar."Pasien tidak bisa diselamatkan," lanjut dokter itu."Apa?!" Ibu mertua terkejut. Pun dengan aku yang nyaris tak percaya.Mas Iwan meninggal? Ya ampun. Ini beneran?"An-an-anak saya meninggal maksudnya, Dok?" Ibu mertua tergagap dengan suara bergetar. Dokter itu mengangguk berat."Iwaaan!" Ibu mertua teriak kencang lantas menyerobot masuk ke dalam. Aku cepat berlari mengejar beliau, dan ikut berhambur ke dalam ruangan itu."Iwaaan! Apa-apaan ini, Nak? Kamu gak mungkin pergi secepat ini Iwan. Bangun Iwan, banguun!" Suara Ibu mertua memekik memenuhi ruangan itu. Dengan perasaan yang tiba-tiba tak karuan, cepat kuelus pundak beliau dan Kutenangkan juga di pundakku."Sabar Bu, sabar ... Ibu harus ikhlas."Brak!Seketika tanganku ditepisnya kasar. Dan ibu mertua langsung menarik kepalanya dari pundakku. Beliau lantas menatapku dengan mata melotot penuh."Apa maksud kamu? Iwan masih hidup, dia baik-baik saja.
Baca selengkapnya

Part 31 B

MADU KUJADIKAN BABU Part 31 B"Hanya Tuhan yang tahu. Tapi cepat atau lambat kalian akan segera tahu siapa pelakunya," jawab si madu babu lagi. Lagi-lagi kedua bola matanya mengerling liar ke arahku.Jujur, ingin kuseret ke belakang saja rasanya dia sekarang. Tapi aku harus sabar. Menunjukan sikap benci dan tak suka takutnya malah menambah huru-hara di hari duka ini.Jadi sebisanya aku berusaha menahan diri. Aku tak merespon apalagi membalas ucapannya, biarlah waktu yang akan membuktikan bahwa tuduhannya itu adalah salah besar.Dari pada mendengar ocehannya yang tak berdasar, akhirnya aku memilih naik ke atas. Aku pikir menangkan diri sebentar sebelum jenazah dibawa ke tempat pemakaman akan jauh lebih baik dari pada harus duduk di sana dan menjadi sasaran mata jahat wanita itu.Sekitar setengah jam aku baringan di kasur sambil memijit kening. Aku kembali turun karena katanya jam tiga ini jenazah Mas Iwan akan dimakamkan."Itu dia orangnya Pak, tangkap dia. Dia yang udah meracun suami
Baca selengkapnya

Part 32 A

MADU KUJADIKAN BABUPart 32 A--"Intan. Astaga ... kamu kenapa? Kok bisa begini?" Ikram datang ke sel dengan wajah panik. Aku yang tengah duduk memeluk lututku lekas bangkit."Kram, kamu ke sini? Dari mana kamu tahu aku di sini?""Tadi aku ke rumah kamu Tan, mau melayat. Pas aku tanya kamu di mana mereka bilang kamu udah dibawa polisi, kok bisa sih Taaan? Apa yang sebenernya terjadi?" cecarnya dengan tatapan serius.Aku tak bisa menahan air mata. Entah kenapa sesak ini tiba-tiba menyerang. Padahal sejak tadi aku bisa kuat. Tapi entah kenapa, takut, bingung dan shock tiba-tiba bergulung bagai ombak yang menyapu bibir pantai.Aku merasa terseret hanya dalam waktu yang singkat oleh ombak itu."Intan. Intan bicara Tan, kamu kenapa?" Ikram mengguncang kedua bahuku.Cepat kusapu air mata yang jatuh ini.Seorang polisi lalu mengeluarkanku dari dalam sel setelah Ikram memintanya. Kami lalu duduk berhadapan di sebuah meja sederhana yang sepertinya biasa digunakan untuk pertemuan singkat anta
Baca selengkapnya

Part 32 B

MADU KUJADIKAN BABU Part 32 BPria itu mengangguk. Dia datang bersama pengacara rupanya."Beliau yang akan membantu kamu bebas dari sini Tan. Sekarang bersikap terbuka dan transparan lah sama beliau," kata Ikram. Aku mengangguk dan cepat menyalami pengacara itu.Ikram lalu membiarkan kami bicara berdua saja."Mbak Intan, seperti apa yang tadi sudah Mas Ikram bilang. Saya akan membantu Mbak keluar dari sini, tetapi andai pun Mbak terbukti bersalah dan tetap dihukum, maka saya akan tetap bantu agar hukuman Mbak ringan. Sekarang tugas Mbak hanya satu. Yaitu bersikap transparan dan terbuka sama saya. Ceritakan semuanya dengan detail dan jelas, akui salah kalau memang Mbak melakukannya, dan cerita sejujurnya kalau memang Mbak tidak melakukannya," ujar pengacara bernama Arman itu.Aku mengangguk. Kami lalu lanjut mengobrol banyak hal soal kasus ini."Kalau Mbak Intan sudah menyerah dan lemas sebelum bersidang, Mbak Intan gak akan bisa membuktikan pada mereka apa kebenarannya, Mbak.""Tapi
Baca selengkapnya

Part 33 A

MADU KUJADIKAN BABUPart 33 AIkram lalu pergi ke bagian teknisi. Setelah itu memberikan benda kecil yang kuyakini adalah sebuah flashdisk pada mereka."Maaf kalau saya lancang Yang Mulia. Berikut saya akan tunjukan, beberapa orang yang patut kita curigai dalam kasus ini," kata Ikram. Kami semua menyimak serius. Pun dengan aku yang makin berdebar tak karuan. Bukti apa yang Ikram bawa? Bukankah pengacaranya sudah bilang kalau mereka tidak bisa menemukan bukti apa pun untuk menolongku bebas dari tuduhan?Layar mulai menyala. Menunjukan pantulan gambar dari sebuah rekaman cctv. "Astaga." Aku mendengar si madu babu terkejut ketika sebuah tempat ditunjukan di dalam layar itu.Kutengok sekali lagi. Wajahnya makin pias dan cemas. Dia juga mendadak meremas jari jemari ibunya."Ada dua orang yang bertemu di sebuah cafe. Namanya cafe Alviar yang beralamat di jalan Subroto 18." Aku kembali menoleh ke arah layar saat Ikram kembali bicara. Dan aku langsung dibuat terkejut saat melihat ada si m
Baca selengkapnya

Part 33 B

MADU KUJADIKAN BABU Part 33 B"Soal gimana bisa aku mencurigai mereka, karena aku pikir, siapa lagi yang paling banyak menyerangmu di pengadilan ini selain mereka?"Aku manggut-manggut."Dan soal dari mana aku mendapatkan rekaman cctv itu. Sebetulnya seperti yang tadi aku bilang Tan, rekaman cctv itu aku dapatkan secara nggak sengaja. Tadi sebelum aku datang ke sini aku mampir ke cafe milikku sebentar karena di cafe katanya sedang ada masalah. Ada pegawai yang kehilangan barang berhargnya di loker. Jadi aku harus langsung turun tangan untuk mengurus masalah ini. Singkat ceritanya aku mengecek bagian cctv dua hari ini dan iseng terus mengecek hingga beberapa minggu ke belakang karena katanya kehilangan itu bukan yang pertama kalinya. Dan aku tentu langsung terkejut saat aku melihat wajah perempuan yang tak lain adalah madumu itu bersama ibunya sedang mengobrol di cafeku. Awalnya aku pikir mungkin mereka hanya sedang ngopi sambil ngobrol biasa. Tapi saat aku putar terus videonya ternya
Baca selengkapnya

Part 34 A

MADU KUJADIKAN BABUPart 34 APOV NIA"Pak, ini ruangan apa? Kenapa gelap banget? Terus kenapa saya dipisahkan sama ibu saya?""Ini adalah ruangan hukuman yang sesungguhnya. Jadi kalau kamu bersalah, sebaiknya jangan membuang waktu untuk mengaku supaya semuanya cepet beres. Paham?" tegasnya agak ngegas.Aku meringis. Menatap ngeri pada tiap sudut ruangan kecil yang kini ada di hadapanku. Sangat menyeramkan dan astaga, banyak tikus juga kecoa yang bahkan langsung menyambutku ketika pintu ruangan kecil itu dibuka."Ah iw iw iw." Aku bergidig geli dan berusaha menghindari kecoa-kecoa yang langsung berhamburan ke sana kemari ketika pintunya dibuka itu. "P-Pak, ini nggak salah? Ini ruang apa sebenarnya?" Aku bertanya lagi dengan perasaan yang sudah tak karuan."Ini Selti. Masuk kamu ke sana.""Saya? Sendirian?""Ya iya sendirian. Kalau banyakan di mall. Ngaco!" sentaknya."T-terus Ibu saya mana?""Di ruangan lainnya. Udah gak usah mikirin siapa-siapa di sini. Tugas kamu cuma satu, yaitu me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status