Home / Fantasi / Dewa Immortal Naga Emas / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Dewa Immortal Naga Emas: Chapter 131 - Chapter 140

154 Chapters

PENJAGA RODA CINCIN DIMENSI

Xiu Juan dan Qian Feng berdiri di hadapan Cincin Dimensi, sebuah roda besar bercahaya yang terus berputar perlahan, mengatur keluar masuknya dimensi di seluruh alam. Aura kekuatan dari roda itu begitu besar, membuat udara di sekitarnya terasa berat. Tidak ada lagi jejak Patriark atau Matriark dari Nirvana Surgawi yang mengejar mereka, namun mereka tahu bahwa mereka masih belum sepenuhnya aman. Di hadapan mereka kini berdiri sosok penjaga yang mengerikan, berlapis baju besi emas yang mengeluarkan cahaya menyilaukan. Penjaga itu adalah manifestasi kekuatan Roda Dimensi, sosok abadi yang memiliki kekuatan setara Ranah Prajurit Surgawi.Qian Feng menatap Xiu Juan, sedikit khawatir. "Xiu Juan, kita sudah mengalahkan banyak musuh, tapi dia… energinya berbeda. Terasa seperti langsung tersambung ke Roda Dimensi itu sendiri."Xiu Juan mengangguk, wajahnya serius. “Aku tahu. Tapi tidak ada pilihan lain. Kita harus melewatinya atau kita akan terjebak di sini selamanya.”Penjaga itu memandang mer
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

LPN-25. ORB ETERNAL INSIGHT

Zhou Shen mengikuti langkah Ratu Savitri ke dalam istana, tatapannya terus mengawasi detail-detail di sekelilingnya. Dinding-dinding istana tampak memancarkan cahaya redup, seolah memiliki sumber energi sendiri. Relief naga berukuran besar menghiasi pilar-pilar, matanya tampak hidup, mengawasi setiap orang yang melintas. Zhou Shen merasa energi tempat ini berbeda dari tempat manapun yang pernah ia kunjungi.Saat mereka tiba di sebuah aula besar, seorang pelayan wanita dengan pakaian tradisional kerajaan muncul membawa nampan berisi dua cangkir teh. "Silakan, Tuanku," katanya sambil menunduk dalam kepada Ratu Savitri, lalu memberikan salah satu cangkir kepada Zhou Shen.Ratu Savitri mengambil cangkirnya dan duduk di atas singgasana kecil yang lebih menyerupai kursi berlapis sutra. Zhou Shen tetap berdiri, menjaga sikap sopan. "Silakan duduk, Zhou Shen," kata Savitri, menepuk kursi di hadapannya. "Di sini kita adalah rekan pembicara, bukan raja dan rakyat."Zhou Shen ragu sejenak sebelu
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

LPN-26. KLAN IBLIS BAYANGAN

Zhou Shen tidak membiarkan kecurigaan yang muncul di hatinya terlihat. Ia hanya mengangguk ringan kepada Ratu Savitri sebelum mengalihkan pandangannya ke ruangan besar yang mengelilinginya. Kepalanya masih dipenuhi gambaran medan perang yang mengerikan, wajah pembunuh orangtuanya, dan yang paling mengganggunya adalah sosok Savitri yang berbeda dari apa yang ia lihat saat ini.Ratu Savitri tersenyum lembut, namun sorot matanya seperti menembus lapisan pertahanan Zhou Shen. “Istirahatlah, Zhou Shen. Petualanganmu belum dimulai, tapi aku bisa merasakan bahwa jalanmu akan penuh ujian.”Sebelum Zhou Shen sempat menjawab, seorang pelayan lain masuk, membungkuk hormat sebelum berbicara. “Yang Mulia, Panglima Adheswara meminta izin untuk menghadap.”“Suruh dia masuk,” jawab Savitri dengan anggukan kecil.Tak lama, Panglima Adheswara masuk dengan langkah tegas, membawa aura yang berbeda dari saat ia mengawal Savitri sebelumnya. Kali ini, ia tampak lebih serius, bahkan sedikit tergesa. “Yang Mu
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

LPN-27. BAIYAN

Bayangan pekat yang mendekat dari kejauhan kini mulai menunjukkan bentuk mereka. Dari kegelapan itu, muncul sosok-sosok dengan tubuh tinggi, berselimut jubah hitam yang berkibar seperti kabut. Mata merah menyala tampak di balik tudung mereka, memancarkan ancaman yang membuat para prajurit Heaven Eden menggenggam senjata mereka lebih erat. Di belakang barisan bayangan itu, naga-naga kelam berlapis sisik hitam legam muncul, mengepakkan sayap besar mereka, menciptakan badai kecil di sekitar mereka.Ratu Savitri berdiri di depan pasukannya dengan tenang, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa takut. Ia mengangkat tangannya, sebuah tongkat sihir tipis dengan permata biru berkilau di puncaknya muncul dari udara. Cahaya biru yang memancar dari tongkat itu menyebar seperti riak, memberikan ketenangan dan keberanian kepada setiap prajurit yang melihatnya.“Pasukan Heaven Eden!” seru Savitri, suaranya menggelegar meski ia tidak berteriak. “Hari ini kita tidak hanya mempertahankan tanah ini, tetapi
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

LPN-28. ZHOU SHEN VS BAIYAN

Zhou Shen merasa energinya terkuras hanya dengan berdiri di bawah lingkaran itu. Ia menyadari ini adalah teknik tingkat tinggi, dan jika tidak dihentikan, seluruh medan perang bisa berubah menjadi kekacauan.“Savitri,” katanya tegas, “Aku akan menghadapinya.”Ratu Savitri menoleh padanya, sorot matanya penuh pertimbangan. “Baiyan adalah lawan yang berbahaya. Kau yakin?”Zhou Shen menghunus pedangnya, auranya memancar lebih kuat dari sebelumnya. “Jika dia punya jawaban atas misteriku, aku tidak punya pilihan selain melawannya.”Savitri mengangguk pelan. “Baiklah. Aku akan mendukungmu dari sini. Tapi hati-hati, Zhou Shen. Dia tidak hanya membawa bayangan. Dia membawa kehancuran.”Zhou Shen tidak menjawab, hanya melangkah maju menuju Baiyan. Pedangnya bersinar terang, seperti cahaya terakhir di tengah kegelapan. Di dalam hatinya, ia tahu ini bukan hanya pertempuran antara dua kekuatan—ini adalah langkahnya menuju kebenaran yang telah lama ia cari. Dan ia tidak akan mundur.Zhou Shen mela
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

LPN-29. ZHOU SHEN VS BAIYAN - II

Langit di atas medan perang berubah menjadi lautan hitam berpendar merah, naga bayangan yang dipanggil Baiyan melilit langit seperti dewa kehancuran. Suara raungan naga itu bergema, mengguncang tanah hingga retak lebih dalam. Angin yang dihasilkan dari energi kegelapan membuat debu dan serpihan bebatuan terlempar ke segala arah, menciptakan badai kecil yang mengaburkan pandangan.Zhou Shen melesat ke udara, tubuhnya seperti sebuah meteor bercahaya yang menembus kegelapan. Qi biru menyala dari pedangnya menciptakan jejak terang di belakangnya, melawan aura gelap yang hampir menelan seluruh medan perang. Ia merasakan tekanan luar biasa, tubuhnya seakan ditindih ribuan beban, tetapi ia menggertakkan gigi dan memaksa tubuhnya terus maju.Ketika naga bayangan itu membuka mulutnya, rentetan energi hitam keluar seperti angin badai, berputar ganas menuju Zhou Shen. Suara bisingnya menyerupai ribuan jeritan dari dunia bawah, membuat udara bergetar dan menusuk gendang telinga. Zhou Shen menyila
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

LPN-30. NAGA BAYANGAN ABADI

Langit mulai kembali tenang, meski jejak pertarungan masih terasa di udara. Bau debu bercampur hangus menguar, menandai bekas-bekas serangan dahsyat. Zhou Shen berdiri tegap di tengah medan perang, tubuhnya dihiasi luka-luka kecil yang kini mulai sembuh berkat energi Savitri. Namun, hatinya terasa lebih berat dari sebelumnya. Savitri mendekatinya dengan langkah ringan, tongkatnya bersinar redup, seperti menenangkan alam yang baru saja bergejolak. "Zhou Shen," panggilnya pelan. "Apa kau yakin dengan langkahmu selanjutnya? Baiyan bukan sekadar musuh kuat; ia adalah utusan dari sesuatu yang jauh lebih besar. Jika kau terus mengejar kegelapan ini, kau mungkin akan kehilangan lebih banyak." Zhou Shen menghela napas panjang. Tatapannya tetap tertuju ke cakrawala yang berwarna jingga, seolah mencari jawaban di baliknya. "Aku sudah kehilangan segalanya, Savitri. Keluargaku, rumahku... Semua itu direnggut dariku. Jika aku berhenti sekarang, maka semua pengorbanan mereka akan sia-sia. Aku tak
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

LPN-31. TEKNIK PEMURNIAN LANGIT

Zhou Shen dan Savitri memutuskan untuk meninggalkan medan perang yang telah hancur, melangkah menuju gunung di utara, tempat di mana Savitri merasa energi yang aneh dan kuat berasal. Keduanya bergerak dalam diam, angin malam berembus lembut, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Di tengah perjalanan, Savitri menghentikan langkahnya. Ia memandang sekeliling dengan alis mengerut. "Zhou Shen, ada sesuatu yang aneh," bisiknya. Zhou Shen segera memperhatikan. Ia merasakan keheningan yang tidak wajar; tidak ada suara jangkrik, burung, atau binatang malam lainnya. Ia meraih gagang pedangnya dengan waspada. "Ada sesuatu yang mengawasi kita," katanya lirih. Dari balik bayang-bayang pepohonan, suara langkah berat terdengar, diiringi gema tawa rendah yang menghantui. Sebuah sosok tinggi muncul, wajahnya tersembunyi di balik topeng kayu berbentuk tengkorak. Jubah hitamnya berkibar pelan, dan di tangannya terdapat sebatang tombak dengan bilah berbentuk melengkung yang berkilau seper
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

LPN-32. HANTU KABUT

Zhou Shen dan Savitri melanjutkan perjalanan mereka ke utara, menembus kabut tebal yang perlahan menyelimuti jalan setapak. Kabut itu terasa aneh—seolah-olah setiap partikel udara membawa beban cerita masa lalu, suara-suara samar seperti bisikan yang mengusik pikiran. Savitri berhenti sejenak, menempelkan tangan pada tongkatnya yang mulai bergetar. "Kabut ini bukan kabut biasa," katanya dengan nada cemas. "Ini ilusi. Ada seseorang—atau sesuatu—yang mencoba menghalangi kita." Zhou Shen mengangguk, matanya menyipit. "Mereka tahu kita datang." Tanpa peringatan, suara tawa kecil terdengar dari segala arah, bergema dalam kabut seperti nyanyian yang mencemooh mereka. Dari kabut, muncul seorang wanita bergaun putih panjang, rambutnya terurai hingga ke tanah. Kulitnya pucat, hampir transparan, dengan mata merah terang yang menyala seperti bara api. "Selamat datang di Kabut Takdir," katanya, suaranya mengalun seperti nyanyian menyeramkan. "Aku adalah Hantu Kabut, penjaga jalan ini. Tidak ad
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

LPN-33. NAGA DAN PHOENIX

Savitri memandang ukiran itu dengan rasa hormat. "Gerbang Takdir," katanya pelan. "Hanya mereka yang benar-benar layak yang bisa melewatinya." "Bagaimana caranya kita membuktikan kelayakan itu?" tanya Zhou Shen. Sebelum Savitri menjawab, gerbang itu mulai bergetar. Batu-batu besar berderak, dan dari dalam gerbang muncul dua sosok besar. Seekor naga emas yang megah dan seekor phoenix merah berapi. Mata kedua makhluk itu memancarkan cahaya tajam, menatap langsung ke Zhou Shen dan Savitri. "Pendekar Naga, hanya mereka yang membawa kebenaran dalam hatinya yang diizinkan melangkah lebih jauh," kata naga emas dengan suara yang bergema seperti guntur. Phoenix merah melanjutkan, "Namun, kebenaran itu harus dibuktikan melalui ujian. Siapkah kalian menghadapi konsekuensi dari apa yang akan terungkap?" Zhou Shen menatap kedua makhluk itu tanpa ragu. "Aku siap. Aku telah menempuh perjalanan panjang untuk menemukan kebenaran, apa pun bentuknya." Phoenix tersenyum kecil, sementara naga emas me
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status