Home / Fantasi / Dewa Immortal Naga Emas / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Dewa Immortal Naga Emas: Chapter 141 - Chapter 150

154 Chapters

LPN-34. INTI TAKDIR

Ketika Zhou Shen dan Savitri melangkah melalui Gerbang Takdir, mereka disambut oleh pemandangan yang luar biasa: sebuah lembah luas di puncak gunung, dikelilingi oleh tebing-tebing es yang berkilauan seperti kristal. Di tengah lembah itu berdiri sebuah altar besar berbentuk naga dan phoenix yang melilit satu sama lain. Di atas altar, melayang sebuah bola cahaya berwarna biru tua, memancarkan aura kekuatan yang menekan jiwa."Kita sudah dekat," bisik Savitri, matanya terpaku pada bola cahaya itu. "Itu adalah Inti Takdir, sumber energi yang dapat mengungkap rahasia terdalam dunia ini."Zhou Shen menggenggam pedangnya erat. "Tapi pasti ada sesuatu yang melindunginya," katanya sambil mengamati sekeliling. "Kekuatan sebesar itu tidak akan dibiarkan begitu saja."Benar saja, tanah di depan altar mulai retak. Dari celah-celah itu muncul sosok bayangan raksasa dengan bentuk menyerupai iblis, dengan tanduk melengkung dan mata yang menyala merah. Sosok itu tertawa dengan suara rendah yang mengg
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

LPN-35. PEMBUNUH YANG SEBENARNYA

Zhou Shen menatap sosok yang muncul dari pusaran energi gelap dengan perasaan tak percaya. Di hadapannya berdiri Zhang Ming, pria tua yang selama ini ia kenal sebagai Paman Zhang—seseorang yang dianggap keluarga, sosok penyayang yang tampak lemah dan tidak berbahaya. Zhang Ming selalu tinggal di seberang rumah keluarganya di Pegunungan Huashan, memberikan kesan sebagai tetangga sederhana yang penuh perhatian."Paman Zhang?" suara Zhou Shen bergetar, emosinya bercampur antara kebingungan dan kekecewaan. "Kenapa kau... ada di sini? Apa yang kau lakukan?"Zhang Ming, yang kini tampak berbeda dengan aura gelap yang mengelilinginya, hanya tersenyum tipis. Matanya yang selama ini terlihat ramah kini dipenuhi dengan kekejaman dan kebencian. "Ah, Zhou Shen... akhirnya kau sampai pada kebenaran ini," katanya pelan, suaranya yang biasanya lemah kini menggema dengan kekuatan yang menakutkan.Zhou Shen mengerutkan kening, tubuhnya menegang. "Apa maksudmu? Apa kau... kau yang membunuh keluargaku?"
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

LPN-36. PERDAMAIAN

Zhou Shen yang akhirnya mengetahui pembunuh orangtuanya menepati janjinya kepada Ratu Savitri untuk membujuk Raja Asoka yang memimpin Eternity Nirvana untuk membagi sedikit Nagarium kepada Heaven Eden tanpa melalui pertempuran berdarah setelah Negeri Heaven Eden menyetujui syarat dari raja Asoka untuk menaklukan Naga Tiamat yang mengancam keberadaan Negeri Eternity Nirvana. Putri Serenity dan panglima Kalandra juga menyambut gembira keputusan Raja Asoka.Di aula besar Eternity Nirvana, suasana penuh kelegaan dan harapan. Putri Serenity tersenyum lembut saat mendengar keputusan ayahnya, Raja Asoka. Ia melangkah maju dan memegang tangan Zhou Shen dengan penuh rasa terima kasih."Terima kasih, Zhou Shen. Kau telah membawa harapan baru bagi kedua negeri kita," katanya dengan suara lembut namun penuh ketegasan.Panglima Kalandra berdiri tegap di samping Raja Asoka, mengangguk hormat kepada Zhou Shen. "Keputusan ini adalah awal dari perdamaian yang kita cari selama ini. Namun, tugas menaklu
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

LPN-37. PERTARUNGAN AKHIR NAGA TIAMAT

Serenity menatapnya dengan penuh keyakinan. "Mari kita bawa harapan baru untuk kedua negeri kita."Zhou Shen mengangguk, matanya menyala dengan tekad yang baru. "Fajar baru akan datang, dan kita akan memastikan itu terjadi."Mereka berdua kembali ke kamp, bergabung dengan Panglima Kalandra dan Ratu Savitri yang sudah bersiap dengan barisan pasukan di belakang mereka. Langit mulai berubah warna, menandai bahwa saat yang dinanti telah tiba. Pertempuran melawan Naga Tiamat akan segera dimulai, dan masa depan kedua negeri kini bergantung pada keberanian mereka.Matahari terbit perlahan di balik pegunungan, menciptakan semburat merah dan emas di langit yang kelam. Cahaya pagi menerangi pasukan gabungan Eternity Nirvana dan Heaven Eden yang berdiri di depan pintu masuk gua raksasa. Di dalamnya, suara geraman berat dan getaran tanah mengisyaratkan kehadiran Naga Tiamat, makhluk legendaris yang mereka hadapi.Panglima Kalandra mengangkat tombaknya tinggi-tinggi. "Pasukan, maju! Ini adalah har
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

BADAI DI KOTA SHANXI

Di bawah langit kelabu yang menggantung rendah di Kota Shanxi, udara dingin membawa aroma tanah basah dan kecemasan. Jalanan batu yang biasanya dipenuhi hiruk-pikuk pedagang dan langkah kaki pembeli kini kosong, hanya menyisakan bunyi gemerincing papan tanda yang terayun angin. Sebuah keheningan yang menyesakkan, diselingi oleh bisik-bisik samar dari jendela-jendela tertutup.Pasar utama, yang biasanya menjadi jantung kehidupan kota, berubah muram. Meja-meja kayu berderit kosong, kain-kain dagangan terlipat rapi seolah pemiliknya tak ingin menantang takdir hari ini. Angin berhembus kencang, menusuk hingga ke tulang, membawa berita yang lebih dingin daripada musim itu sendiri: Khan Agung dari Mongolia sedang bersiap menghancurkan mereka.Di sudut alun-alun kota, kerumunan kecil mulai berkumpul. Wajah-wajah mereka, baik muda maupun tua, dipenuhi ketakutan. Setiap tarikan napas terdengar berat, dan tangan-tangan saling menggenggam erat seolah ketakutan itu dapat dibagi untuk meringankan
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

PERTEMPURAN DI PERBATASAN

Pertarungan di langit Shanxi dimulai dengan ledakan besar. Meraharani menerjang dengan kekuatan yang luar biasa, mulutnya terbuka, menyemburkan api merah menyala yang menembus langit kelabu. Naga hitam Mongolia menghindar dengan manuver tajam, sayapnya yang besar menciptakan pusaran angin yang membuat debu dan batu kecil beterbangan di bawah. Raungan mereka menggema, memenuhi udara dengan ketegangan dan kengerian.Di atas tembok kota, para pemanah Shanxi bersiap, busur mereka terangkat, ujung panah mengarah ke naga Mongolia. Perwira yang memimpin mereka, seorang pria dengan wajah keras dan mata tajam, berteriak, "Tunggu aba-aba dari Tuan Putri! Jangan tembak sebelum waktunya!"Di alun-alun, Zixuan memejamkan matanya sesaat, menghubungkan pikirannya dengan Meraharani. Ia tidak hanya memanggil naga itu, tetapi juga menyatukan tekad mereka. Suara Meraharani menggema dalam benaknya, tenang namun penuh kekuatan."Aku bersamamu, Zixuan. Kita tidak akan kalah."Di langit, naga hitam meluncur
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

SANG PANGLIMA PERANG MONGOLIA

Pemanah menarik busur mereka, api membara di ujung panah. Ketika pasukan musuh mendekat, aba-aba diberikan, dan panah-panah itu dilepaskan, melesat seperti hujan meteor ke arah barisan depan Mongolia. Suara panah menghantam perisai dan tubuh terdengar nyaring, namun pasukan musuh terus maju, tidak terhentikan.Di sisi lain, Zixuan mengeluarkan sesuatu dari kantong kecil di ikat pinggangnya—sebuah kristal berwarna biru kehijauan. Itu adalah Artefak Jiwa Langit, peninggalan kuno yang mampu memanggil kekuatan besar, tetapi dengan harga yang mahal."Aku tidak punya pilihan lain," gumamnya. Ia mengangkat kristal itu tinggi-tinggi, memusatkan energinya. Angin di sekitar Zixuan berputar kencang, rambutnya melayang, dan suara gemuruh datang dari dalam kristal itu. Cahaya biru terang meledak, menarik perhatian semua orang, termasuk Darjikhun.Di kejauhan, salah satu naga penjaga, seekor naga putih dengan tubuh yang ramping dan gerakan anggun, mendekati Zixuan. Namanya Arlang, naga angin yang d
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

SANG PENOLONG

Langit Shanxi memerah oleh api dan energi yang melesat dari pertarungan sengit antara naga merah Meraharani dan naga emas yang dikendarai Ryu Zhen. Namun, kekuatan gabungan naga Mongolia dan kehebatan Ryu Zhen perlahan memukul mundur para penjaga Shanxi. Meraharani terluka parah, sayapnya compang-camping, dan Arlang terempas ke tanah dengan raungan lemah.Zixuan berdiri di punggung Meraharani yang limbung, darah mengalir dari luka di lengannya. Napasnya berat, namun matanya tetap menatap Ryu Zhen yang bersiap mengakhiri perlawanan mereka."Ini akhirnya, Putri Zixuan," ujar Ryu Zhen, mengangkat pedangnya yang bercahaya emas. "Shanxi akan jatuh, dan kau akan menyaksikan kehancurannya!"Namun, sebelum pedangnya terayun, langit mendadak terbelah oleh kilatan cahaya putih. Dari celah dimensi yang terbuka di tengah angkasa, seekor naga putih raksasa muncul. Ia bergerak dengan kecepatan luar biasa, seperti bayangan yang tak dapat dilacak. Dengan raungan yang mengguncang bumi, naga itu mengha
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

LPN-38. BERTEMU SASHA

Setelah berhasil mendapatkan Nagarium dan menyegel perjanjian damai antara Heaven Eden dan Eternity Nirvana, Queen Savitri merasa utangnya kepada Zhou Shen tak akan terbalas dengan mudah. Di dalam hati, dia tahu ada rasa yang lebih dalam—sebuah cinta yang perlahan tumbuh terhadap Pendekar Naga Putih itu.Namun, Zhou Shen tetap memandang lurus pada tujuannya. Dia harus menemukan Paman Zhang, pria yang kini terungkap sebagai pembunuh orang tuanya. Kebencian yang membara di dalam dirinya membuatnya menolak untuk menyerah pada perasaan apa pun, termasuk cinta.Di aula besar kerajaan, Queen Savitri memanggil Zhou Shen dan menyerahkan Artefak Naga Waktu, sebuah artefak kuno yang mampu membuka portal waktu dan mengembalikan Zhou Shen ke masanya. "Dengan ini," ujar Savitri, suaranya bergetar, "kau bisa kembali dan menghadapi takdirmu di masa depan. Aku ingin kau tahu, Zhou Shen, aku akan selalu mendukungmu."Namun, Zhou Shen mengejutkan semua orang dengan keputusannya. "Aku tak bisa kembali s
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

KEMENANGAN SEMENTARA

“Aku tidak akan lupa penghinaan ini, Ryu Zhin,” gumamnya dengan nada berapi-api, matanya membara penuh tekad. “Kita akan bertemu lagi, dan kali itu kau tidak akan selamat!”Di sisi lain, kemenangan ini tidak dirayakan dengan gegap gempita. Zhou Shen memimpin para pasukan naga yang masih utuh untuk mengevakuasi Shanxi dari kerusakan lebih lanjut. Sasha dan Kalindra, meskipun memimpin dengan karisma luar biasa, menyadari bahwa medan perang ini hanya sebagian kecil dari ancaman besar yang sedang berkembang.Zhou Shen berjalan mendekati Zixuan yang kini duduk di punggung Meraharani yang terluka. Naga merah itu mengerang pelan, napasnya berat, namun tatapannya tetap tajam. Zixuan memandang Zhou Shen dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Kau datang tepat waktu, seperti biasanya,” ujar Zixuan, mencoba tersenyum meski wajahnya memucat.“Kau bertahan lebih lama dari yang kuduga,” balas Zhou Shen, suaranya tenang namun penuh penghargaan. “Tidak mudah melawan naga emas dan Ryu Zhen.”Zixuan me
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status