Semua Bab Mencari Selingkuhan Suamiku: Bab 201 - Bab 210
299 Bab
Bab 201 Tiba Tepat Waktu
Setelah melepaskan seluruh pakaiannya, Harry langsung menindihku di atas tempat tidur. Aku menggigitnya dan menendangnya dengan sekuat tenaga, lalu berteriak minta tolong. Dia seperti seekor harimau kelaparan. Kedua matanya sangat merah, sementara mulutnya mengeluarkan suara tawa yang menakutkan."Dulu kamu nggak begini. Bukannya kamu sangat menyukaiku? Hari ini, aku akan membuatmu merasakan kenikmatan yang nggak akan pernah kamu lupakan! Hahaha ...," ucap Harry. "Harry, lepaskan aku ...," kataku memohon dengan putus asa. Aku merasa sangat jijik. Aku lebih baik mati daripada harus disentuh oleh pria berengsek ini.Harry menamparku lagi. Saat ini, kepalaku terasa pusing dan hidungku mimisan."Dasar, nggak tahu diri. Kalau kamu patuh, aku akan bersikap lembut seperti dulu. Maya, aku juga nggak mau seperti ini. Aku nggak mau menamparmu dan ingin menyayangimu. Setelah berpisah untuk waktu yang lama, aku sangat rindu untuk bercinta denganmu. Bukankah begini sangat bagus? Kita ...," ujar Ha
Baca selengkapnya
Bab 202 Selamat dari Bahaya
Ketika aku memandangnya, Taufan buru-buru menjelaskan, "Aku tidak tenang kalau kamu pergi sendiri. Biar aku antar untuk menjemput Adele. Setelah itu, kamu temani Adele bermain sebentar. Aku akan keluar dan segera kembali." Aku tidak membalas perkataannya dan hanya berdiri. Sampai sekarang, aku masih merasa takut hingga sekujur tubuhku gemetaran. Setelah berganti pakaian, Taufan merangkulku menuruni anak tangga dan masuk ke mobilnya. Kita menuju rumah Fanny untuk menjemput Adele.Fanny sangat kaget saat melihatku. Kedua matanya tertuju pada wajahku. Dia sangat memahamiku, jadi tidak sulit baginya untuk menyadari bahwa telah terjadi sesuatu padaku. Melihat dia ragu-ragu untuk berbicara di depan Adele, aku pun tersenyum paksa sembari menggendong putriku. "Kita bicarakan nanti," kataku.Fanny mengangguk sambil menunjukkan isyarat untuk meneleponnya. Aku pun mengangguk, lalu menggoda Adele seraya menuruni anak tangga.Adele sebenarnya sudah sangat lelah. Tidak lama setelah kugendong, dia p
Baca selengkapnya
Bab 203 Hadiah yang Mengejutkan
Kemudian, Taufan selalu datang pada malam hari asalkan ada waktu. Taufan tetap datang tepat setelah Adele tidur. Aku merasa aneh karena tidak ada kabar dari Harry, seolah-olah Harry menghilang dari kehidupanku. Perubahan yang mendadak ini membuatku tidak terbiasa.Namun, aku tidak berani bertanya kepada Taufan. Kalau tidak, Taufan akan mentertawaiku lagi. Sementara itu, perusahaan juga berjalan normal. Danny memang kompeten, departemen pemasaran sangat terbantu dengan kehadiran Danny. Dia dan Oscar lumayan kompak.Belakangan ini, Luna sering menelepon. Namun, aku selalu beralasan bahwa aku sibuk sehingga tidak bisa bertemu dengan Luna.Aku sudah mengetahui niat Luna sejak perjamuan kali ini. Aku merasa lelah karena harus memutar otak dan berwaspada setiap bertemu dengan Luna. Aku tidak suka dengan perasaan seperti itu.Hari ini, aku pergi ke supermarket karena pulang lebih awal. Aku membeli banyak makanan enak, lalu menjemput anakku. Aku menemani anakku bermain sambil memasak. Sudah la
Baca selengkapnya
Bab 204 Kebahagiaan Sangat Sederhana
Saat makan, Adele terus mengoceh. Dia menyanjung Taufan, "Paman baik sekali!"Taufan tersenyum senang, lalu bertanya, "Kenapa?""Kalau Paman datang, aku bisa makan banyak makanan dan aku juga dapat boneka. Sekarang aku punya keluarga lengkap, ada Mama dan 2 adik," sahut Adele. Dia memandang Taufan sembari melanjutkan, "Mereka itu satu keluarga, aku nggak mau Papa karena Papa jahat. Aku mau Paman!"Taufan tersenyum lebar, dia juga tidak keberatan menggunakan sendoknya untuk menyuap Adele. Setelah selesai makan, aku beres-beres. Sementara itu, Taufan dan Adele bermain di ruang tamu. Aku tidak menyangka hubungan Taufan dan Adele begitu akrab, Taufan bahkan mengobrol dengan Adele dengan sabar.Adele yang sedang bermain tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menghampiri Taufan, lalu mengeluarkan permen dari sakunya dan membuka bungkusan permen. Adele memasukkan permen ke mulut Taufan sambil berujar, "Aku mau membalas kebaikan Paman. Kata Mama, kita harus tahu berterima kasih."Hari ini, Adele berm
Baca selengkapnya
Bab 205 Pasti Ada Orang Lain
Keesokan paginya, aku mengantar anakku ke TK pagi-pagi karena jendela aluminium batch pertama sudah sampai. Kemudian, aku pergi ke gudang. Sebelum selesai memeriksa produk, tiba-tiba aku menerima panggilan telepon dari seseorang.Peneleponnya adalah wanita galak itu. Dia mengajakku bertemu di klub yang terletak di pinggiran kota. Aku belum pernah pergi ke tempat itu, jadi aku memasukkan alamatnya ke GPS. Aku baru tahu lokasi klub itu ada di pinggiran Kota Linde, tempatnya sangat jauh.Aku mempunyai firasat bahwa orang yang ingin bertemu denganku bukan wanita itu. Pasti ada orang lain. Sambil mengendarai mobil ke tempat itu, aku memikirkan untuk memberi tahu kabar ini kepada Taufan. Namun, akhirnya aku mengurungkan niatku.Aku belum tahu tujuan mereka bertemu denganku, untuk apa aku membuat Taufan khawatir? Selain itu, aku sangat egois. Aku takut kehilangan Taufan. Aku juga takut menjauhi Taufan.Sesampainya di klub, aku bertemu dengan orang yang kutebak. Orang itu adalah bibi Taufan, w
Baca selengkapnya
Bab 206 Wanita yang Dominan
"Kalau kamu bisa bicara seperti ini, berarti kamu sudah memahami maksudku," ucap Cynthia. Dia memandangku, lalu senyumnya menghilang. Dia berkata dengan tegas, "Tinggalkan Taufan!"Aku menyela, "Tapi, seharusnya Bu Cynthia menanyakan pendapat Taufan."Cynthia menimpali dengan yakin, "Nggak usah. Asalkan kamu pergi, dia pasti akan patuh. Kamu itu wanita yang baik, pintar, dan kompeten. Aku sangat mengagumimu dan aku bisa membantumu mengembangkan perusahaanmu untuk mencapai targetmu.""Aku juga bisa membantumu membimbing anakmu yang cantik, kamu tinggal pilih salah satu sekolah di luar negeri. Tapi, kamu nggak boleh bersama Taufan!" lanjut Cynthia."Kenapa?" tanyaku.Ekspresi Cynthia menjadi dingin, dia yang kesal meninggikan suaranya saat menjelaskan, "Kenapa? Kamu dan Taufan nggak cocok. Kalau Taufan ingin menjadi pemimpin Bright Celestial, dia harus mematuhi aturan keluarga. Sekalipun nggak ada Luna, Taufan juga nggak punya hak untuk memilih pasangan sendiri."Cynthia meneruskan ucapa
Baca selengkapnya
Bab 207 Diserang
Aku sengaja melambatkan mobilku untuk mengamati mobil di belakang. Setelah melaju sekitar 2 kilometer, aku yakin mobil SUV di belakang terus mengikutiku. Aku ingin melihat siapa yang ada di dalam mobil, jadi aku menghentikan mobilku di depan sebuah minimarket.Aku masuk ke dalam minimarket untuk membeli sebotol air dan minum di sana. Aku melihat mobil SUV itu lewat, tetapi kaca film yang dipasang di jendela mobil membuatku tidak bisa melihat keadaan di dalam mobil dengan jelas. Aku sengaja menunggu mobil itu menjauh baru kembali ke mobilku.Aku mengendarai mobilku dengan lambat dan tidak melihat mobil itu lagi. Aku pun merasa lebih rileks. Mungkin aku terlalu curiga. Dalam perjalanan pulang, aku bisa melewati jalan tol dan kembali ke pusat kota melalui Jalan Baronia.Siapa sangka, ketika mobilku melewati jalan menuju gunung, mobil SUV itu tiba-tiba muncul dan mengadangku. Aku langsung menginjak rem dan mengunci pintu mobil. Kemudian, aku memundurkan mobilku, tetapi ternyata ada sebuah
Baca selengkapnya
Bab 208 Keputusasaan dan Harapan
Langit mulai gelap, aku tahu waktu sudah malam. Namun, sampai sekarang tidak ada yang datang. Jangan-jangan, mereka berniat untuk menelantarkanku? Jika begitu, seharusnya pelakunya adalah Cynthia.Bagaimanapun, masalahnya akan selesai kalau aku mati. Hanya saja, rasanya terlalu berlebihan jika Cynthia menggunakan cara ini untuk menghadapi wanita lemah sepertiku. Tidak mungkin Cynthia pelakunya.Namun, sepertinya bukan Harry juga. Harry pasti ingin mendapatkan sesuatu dariku. Uang, perusahaan, atau sumber daya yang dia inginkan ....Aku terus berpikir, tetapi aku makin resah dan kebingungan. Akan tetapi, saat langit makin gelap, aku yang awalnya merasa putus asa tiba-tiba bersemangat. Sekalipun panggilan teleponku tidak menimbulkan kecurigaan, guru pasti akan menelepon karena aku tidak menjemput Adele.Jika tidak bisa menghubungiku, guru pasti akan berusaha mencari anggota keluarga murid yang lain atau cara apa pun untuk mengantar murid pulang. Kemungkinan, mereka akan mencari Taufan. B
Baca selengkapnya
Bab 209 Tato Bentuk Ular
Aku panik dan melihat ke arah orang-orang itu, pemimpin mereka membawa senter. Sebelum mendekatiku, pemimpin itu mengarahkan senternya kepadaku. Cahaya yang menyilaukan membuatku memejamkan mata. Aku tidak bisa melihat orang-orang yang datang.Namun, aku tidak mengenali suara mereka. Orang-orang ini benar-benar asing bagiku. Salah satu dari mereka berkomentar, "Wanita ini lumayan cantik, sayang sekali."Seseorang menegur, "Diam kamu! Jangan sembarangan! Cepat bawa dia pergi!"Aku yang kaget langsung membuka mata. Di tempat yang tidak disinari cahaya, aku melihat seseorang yang aneh menghampiriku. Aku berusaha untuk bersuara.Pria itu mengangkatku dan aku memberontak. Dia menendangku dan memperingatkan, "Untuk apa kamu bergerak? Simpan tenagamu, nggak ada gunanya kamu bergerak!"Aku melihat beberapa orang yang berdiri di kejauhan. Pemimpin mereka bertubuh kekar, mereka semua memakai penutup wajah dan hanya menunjukkan mata mereka. Aku tidak bisa melihat karakteristik mereka yang lain.A
Baca selengkapnya
Bab 210 Siapa Pelakunya?
Terdengar suara tembakan. Sesuatu yang panas menyembur ke wajahku dan aku mencium bau amis darah. Aku pun kehilangan kesadaran ....Saat bangun, aku mencium bau disinfektan. Aku melihat Fanny yang memandangku dengan cemas seraya berujar, "Maya, akhirnya kamu sadar!"Aku mengerjap dan sekujur tubuhku terasa sakit, apalagi wajahku. Aku langsung merasa gembira, ternyata aku tidak mati. Aku pikir aku sudah meninggal.Apa pria yang memegang pisau tertembak? Aku benar-benar ketakutan! Jika terlambat, aku pasti mati. Sampai sekarang, aku masih ingat momen ketika pisau itu menusuk ke arahku ...."Syukurlah, akhirnya kamu sadar!" seru Fanny. Dia berlari keluar, lalu berteriak, "Maya sudah sadar!"Kemudian, aku menangis saat melihat wajah Taufan. Dia memelukku seraya menghibur, "Kamu sudah aman, jangan menangis."Setelah beberapa saat, aku baru bertanya, "Siapa pelakunya?"Taufan menggeleng dan menjawab, "Pemimpin mereka kabur, hanya anak buahnya yang tertangkap. Tapi, mereka nggak tahu siapa ya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
30
DMCA.com Protection Status