Firheith telah terperosok ke dalam jeratan Mutia, tapi Mutia tidak ingin gila bersama pria itu dalam gairah yang terlihat berkobar di manik tembaganya. Tepat sebelum jari panjang Firheith menangkup bongkahannya yang ranum, Mutia melepas ciumannya.“Umm, Fir. Testernya aku rasa cukup,” ujarnya dengan manja, mendorong dada Firheith lembut. Anehnya, Firheith meski berat melepas Mutia. Ia pasrah dan tidak berkutik. “Baiklah, aku setuju dengan syaratmu itu.” Napas Firheith terengah, di sela debar jantungnya bertalu-talu. Ia mengusap bibirnya yang basah dengan sorot mendamba. Firheith akui, Mutia berbeda dari para wanita yang pernah dikencani sebelumnya. Mutia seperti punya daya tarik dahsyat yang sulit Firheith kendalikan. Bahkan jika dirasakan, satu kali tidak akan pernah cukup dan membuat ketagihan ingin bercinta dengannya lagi. “Uh, kau manis sekali honey.”Mutia tersenyum seraya menepuk pipi Firheith yang bergeming, sebelah matanya berkedip genit menguapkan rasa kecewa pria itu. Seb
Terakhir Diperbarui : 2024-04-21 Baca selengkapnya