Share

Bab 22. Ciuman Panas

Tentu saja tidak keberatan, mau ia telanjang juga tidak masalah. Malah pria bermata tembaga itu terus mengamati pergerakan Mutia dari waktu ke waktu dengan sesuatu yang berubah dalam dirinya.

“Damn it! Apa Mutia sengaja menggodaku?” Firheith bergumam dengan masih berdiri bersandar di sebelah cermin besar setinggi orang dewasa.

Tangannya yang dilipat ke dada sesekali turun. Menelan saliva begitu susah ketika di bagian tengah—pertemuan pangkal pahanya berkedut, saat menyaksikan Mutia beranjak ke atas ranjang dengan gaya erotis.

Betisnya yang mulus seperti dibiarkan tersingkap begitu Mutia menaikkan tubuhnya dan tidur posisi terlentang adalah pemandangan surga yang pastinya menggetarkan naluri pria mana pun.

Tidak terkecuali Firheith yang sulit mengenyahkan pandangannya kepada Mutia Aurora, sekalipun Firheith berusaha berpaling.

Menyadari dirinya terus dipandangi oleh Firheith dari pantulan kaca, Mutia yang membuka sedikit matanya lalu berkata, “Umm… Kenapa kau masih di sana Fir? Ap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Pengen tak remes2 mulutmu Fir....dasar sableng
goodnovel comment avatar
Anis Eko
fir fir emang dasar Casanova mah susah nahan nafsu......
goodnovel comment avatar
Raflesia
satu kata buat fir, gelooo
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status